PIMPINAN PUSAT ‘AISYIYAH
‘AISYIYAH PUSAT

Tiga Krisis Dunia, Sanggupkah Indonesia Mengatasinya ?

Tiga Krisis Dunia, Sanggupkah Indonesia Mengatasinya ?

Selasa, 12 April 2022

Dunia termasuk Indonesia saat ini tengah mengalami tiga krisis terkait alam. Hal tersebut dipaparkan oleh Emil Salim, Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup Indonesia ke-1 dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 yang dilaksanakan oleh Universitas Muhammadiyah Pontianak pada Sabtu (9/4/2022).

Tiga krisis tersebut dijelaskan Emil adalah, Pertama, Pandemi Covid-19. Emil menyebutkan bahwa pandemi yang menyebar hingga ke seluruh dunia dalam waktu singkat ini bersumber dari kelelawar. Dimana menurutnya kuat dugaan kelelawar ini mengalami gangguan dalam ekosistemnya sehingga menyebarkan virus Covid-19.

Kedua, perubahan iklim. Sejak revolusi industri hingga saat ini iklim dunia terus mengalami kenaikan suhu akibat pencemaran industri. Berdasarkan situasi ini, dunia melalui Persetujuan Paris, sudah menyepakati agar pada tahun 2050 kadar pencemaran di bumi ini akan nol atau net zero sum. Akan tetapi Intergovernmental Panel on Climate Change pada Februari 2022 menyimpulkan bahwa kemungkinan besar, net zero sum harus dipercepat bukan 2050 tetapi 2040. Itu artinya pada 2040 semua negara harus berusaha agar pencemaran yang dikeluarkan oleh industri dan manusia dunia untuk diserap sehingga pencemarannya menjadi nol.

Ketiga, dehumanisasi ilmu. Sejak revolusi industri pergeseran dari sumber energi alami seperti hewan sebagai tenaga untuk membantu kerja-kerja manusia. Akan tetapi kemudian berubah menggunakan serba mekanik, machinal, dan robotic tanpa rasa kehidupan budaya, sosial, dan agama. Hal ini menyebabkan unsur humanisme atas semua kendali menjadi terpinggirkan. “Sehingga kendali unsur humanisme, unsur kemanusiaan budaya, sosial, dan agama letaknya kepinggir,” imbuhnya.

Menghadapi ketiga krisis tersebut, Indonesia tentu juga menghadapi berbagai tantangan. Akibat perubahan iklim ini Indonesia mengalami kelangkaan air minum khususnya di pulau-pulau, pertanian, pangan, kesehatan, dan masih banyak yang lainnya.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalah tersebut, Emil menyebut Indonesiaa perlu melakukan berbagai pendekatan lokal atau kedaerahan. Selain itu juga diperlukan persebaran ketrampilan maupun keahlian yang merata khususnya peningkatan pengembangan sumber daya manusia di daerah. Hal ini diperlukan agar setiap daerah dapat mampu secara mandiri menanggapi tantangan perubahan iklim ini.
 

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

(QS. Ali 'Imran: 104)

Jl. Menteng Raya No. 62, 10340, Jakarta Pusat Telp/Faks: 021-3918318
Jl. Gandaria I/1, Kebayoran Baru, 12140, Jakarta Selatan Telp/Faks: 021-7260492
Jl. KH. Ahmad Dahlan Nomor 32, 55161, Yogyakarta Telp/Fax: 0274-562171 | 0274-540009