105th ‘Aisyiyah Bangun Peradaban Melalui Pendidikan Bagi Semua
“Kalau bicara peradaban tentu kita akan bicara pendidikan, salah satu hal capaian yang dikontribusikan oleh ‘Aisyiyah itu tentang Pendidikan.” Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah dalam acara Muktamar Talk “Perempuan Mengusung Peradaban Utama” pada, Jumat (20/5).
Tepat pada 19 Mei atau sehari sebelum acara berlangsung, ‘Aisyiyah melaksanakan Tasyakur Milad ke-105 tahun. Di usianya yang sudah memasuki abad kedua ini, disampaikan oleh Tri bahwa ‘Aisyiyah telah mengukir jejak-jejak baik dan memberikan kontribusi terhadap peradaban kemanusiaan. Selain itu, milad juga dimaknai sebagai refleksi dari derap langkah yang telah dilakukan. Kesyukuran Milad disebut Tri harus diimplementasikan dalam derap langkah ke depan untuk lebih baik dalam membangun peradaban utama.
Dalam bidang pendidikan, dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menyampaikan bahwa ‘Aisyiyah menjadi salah satu organisasi perempuan Islam pertama yang mempelopori pendidikan anak usia dini. Dari tahun 1919 sampai saat ini tercatat sebanyak 20.135 Taman Kanak-Kanak Bustanul Athfal (TK ABA) yang dimiliki oleh ‘Aisyiyah. Puluhan ribu amal usaha bidang pendidikan bagi anak-anak usia dini tersebut, imbuh Tri, tersebar bukan hanya di seluruh Indonesia, tapi beberapa di antaranya sudah ada di luar negeri yang eksis bersama dengan Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA).
“Dari ujung timur dan ujung barat Indonesia, bahkan di luar negeri, seperti di Kairo, di Malaysia kita juga mendirikan TK di sana. Kemudian juga pendidikan dasar mulai dari SD, SMP, bahkan ‘Aisyiyah juga punya kepedulian terhadap difabel. Kita juga punya sekolah untuk difabel,” ucapnya. Dalam bidang pendidikan ‘Aisyiyah juga memiliki ‘Aisyiyah Boarding School, dan memiliki sembilan perguruan tinggi. Bahkan beberapa waktu lalu ‘Aisyiyah baru saja launching Institut Sains Teknologi dan Kesehatan (ISTEK) di Kendari.“Kita meyakini bahwa pendidikan ini akan membuka kesempatan bagi banyak perempuan untuk meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kualitas-daya saing bangsa itu saya kira salah satunya lewat pendidikan,” tuturnya.
Dari sudut pandang ‘Aisyiyah, pendidikan merupakan alat yang cocok digunakan untuk memangkas ketimpangan, membangun dan menuju peradaban utama. Menurutnya, pendidikan yang diberikan oleh ‘Aisyiyah pada awal abad ke 20 sangat inklusif dan pendidikan inklusif tersebut tetap terawat sampai sekarang. Salah satu bukti nyata disampaikan oleh Tri adalah pendirian Maghribi School dan Pengajian Wal Ashri serta Sapa Tresna oleh Kiai Ahmad Dahlan dan Nyai Siti Walidah. Maghribi School adalah wadah belajar bagi para buruh yang pelaksanaanya dilakukan setelah waktu maghrib di mana waktu tersebut adalah waktu luang para buruh usai bekerja.
“Di mana sekolah itu diberikan tidak hanya pada waktu itu saudagar, tetapi juga bagi saudara-saudara kita kaum buruh. Artinya bahwa pendidikan itu untuk semua,” tuturnya. Selain memangkas ketimpangan antara kaum buruh dengan ningrat atau pedagang waktu itu, pendidikan yang dipelopori oleh Kiai Dahlan dan Nyai Walidah juga dilakukan secara inklusif. Bahwa yang berhak berpendidikan bukan hanya kaum laki-laki tapi juga perempuan. Bahkan pendidikan inklusi gender tersebut melahirkan tokoh-tokoh perempuan tangguh, nama-nama mereka terukir indah sebagai generasi awal ‘Aisyiyah dan dalam konteks bangsa, nama mereka melekat dalam Kongres Perempuan I yang dilangsungkan di Yogyakarta pada 1928.
‘Aisyiyah kekinian, selain menyelenggarakan pendidikan formal juga menyediakan pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal ini tidak hanya diselenggarakan di Indonesia, tapi juga di luar negeri, seperti di Taiwan. Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah Taiwan mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang diperuntukan bagi Pekerja Migran Indonesia. Melalui program pendidikan non formal yang didirikan oleh PCIM dan PCIA yang ada di Taiwan ini, para buruh bisa mendapatkan ijazah SD, SMP, maupun SMA. “Melalui kegiatan ini ‘Aisyiyah ingin memberikan kontribusi pendidikan dan akses pendidikan pada semua pihak termasuk di sini adalah teman-teman yang menjadi buruh migran yang ingin juga melanjutkan pendidikannya.”
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!