18 RS ‘Aisyiyah Berkoordinasi dan Berbagi Pengalaman untuk Maju Bersama
“Apresiasi dan penghargaan yang besar kepada seluruh civitas hospitalia Rumah Sakit ‘Aisyiyah di seluruh Indonesia yang tentu saya melihat mewujudkan sebuah Rumah Sakit yang dicintai masyarakat, dicintai umat itu tugas yang tidak sederhana, karena kita dihadapkan pada tantangan yang sangat kompleks.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PP ‘Aisyiyah), Siti Noordjannah Djohantini dalam Pertemuan Rumah Sakit ‘Aisyiyah Seluruh Indonesia pada Jum’at (24/12).
Pertemuan yang dilakukan secara daring ini diikuti oleh 18 Direktur dan BPH Rumah Sakit ‘Aisyiyah (RSA), Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah dan Majelis Kesehatan 6 Provinsi yang memiliki RSA (Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo), Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah dan Majelis Kesehatan (Pariaman, Kudus, Purworejo, Boyolali, Muntilan, Klaten, , Kendal, Jepara, Ponorogo, Nganjuk, Tulangan Sidoarjo, Bangkalan, Samarinda, Pinrang, Gorontalo), serta Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah dan Majelis Kesehatan Pekajangan.
Menurut Noordjannah pertemuan RSA seluruh Indonesia ini sangat penting dan bermakna karena ‘Aisyiyah akan terus memikirkan dan mengawal untuk memajukan amal usaha Rumah Sakit yang tentu bukan merupakan amal usaha yang mudah dibangun. “Rumah Sakit menjadi amal usaha ‘Aisyiyah yang sungguh sangat besar pengabdiannya kepada kepentingan dakwah dan kemanusiaan yang digerakkan ‘Aisyiyah Muhammadiyah sehingga pertemuan ini adalah untuk mengikhtiarkan jihad kita dalam pengabdian kepada Allah melalui dakwah di bidang kesehatan.”
Kemunculan RSA hingga kini berjumlah 18 di seluruh Indonesia disampaikan oleh Noordjannah banyak yang dimulai dari berdirinya klinik-klinik ‘Aisyiyah. Dimana klinik-klinik tersbeut di bangun oleh para tokoh-tokoh ‘Aisyiyah yang kini sudah berusia sepuh dengan jatuh bangun bahkan berdarah-darah tetapi tetap bersemangat para ibu-ibu ‘Aisyiyah bersama Muhammadiyah merintis amal usaha kesehatan ini. “Apa yang terus kita garap dan kita lakukan itu membawa bendera besar ‘Aisyiyah, membawa bendera Muhammadiyah, bendera Islam Rahmatan lil ‘Alamiin, bendera Islam Wastiyah berkemajuan yang bisa kita sebarkan ke seluruh dunia.”
Ia juga mengingatkan kembali bahwa gerak dakwah pelayanan kesehatan ‘Aisyiyah Muhammadiyah sudah dirintis sejak awal oleh Kyai Dahlan karena keprihatinannya dalam melawan penjajah saat itu dan saat ini menurutnya kondisi terjajah juga masih dialami oleh bangsa Indonesia. “Penjajahannya saat ini juga masih ada, kondisi konkrit yang masyarakat alami seperti angka kemiskinan yang masih tinggi, derajat kesehatan bangsa Indonesia yang masih memperihatinkan, itu adalah beberapa kondisi yang masih harus kita lawan,” tegas Noordjannah. Sehingga menurut Noordjannah adalah penting bagaimana civitas hospitalia RSA dapat merawat, mengembangkan, menghadirkan Rumah Sakit yang betul-betul dicintai masyarakat, disegani dan taat regulasi, dan tetap membawa misi persyarikatan dalam membangun kesehatan bangsa.
Chairunnisa, Ketua Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah menyebut dari 18 RSA ini proses perkembangannya sangatlah variatif sehingga pertemuan ini dapat menjadi media untuk saling berbagi pengalaman untuk semakin menambah kemajuan bagi masing-masing Rumah Sakit. Atikah M. Zaki, Ketua PP ‘Aisyiyah yang juga koordinator bidang Majelis Kesehatan menyampaikan rasa bangganya karena seluruh civitas hospitalia RSA ikut menjadi garis terdepan dalam melawan pandemi dan melayani masyarakat yang terkena Covid-19. Rasa bangga juga ia sampaikan karena dalam situasi Covid pun RSA tetap bergerak dan membangun termasuk berdirinya beberapa klinik pratama ‘Aisyiyah di berbagai tempat. Ia berharap selain memperhatikan kemajuan Rumah Sakit, para civitas hospitalia juga mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan beberapa peraturan baru pemerintah di bidang layanan kesehatan. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!