EdutabMu, Kado Muhammadiyah ‘Aisyiyah untuk Hari Kemerdekaan Indonesia
“Nampak bahwa kehadiran Edutabmu ini begitu penting agar supaya kita bisa semakin mendekatkan anak bangsa yang jauh di sana, di kepulauan terpencil, di daerah terpencil yang mereka tidak mendapatkan akses internet bahkan akses pendidikan.” Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini saat menyampaikan sambutan dalam Launching Program EdutabMu Digital Learning Acceleration yang dilakukan secara hybrid event pada Selasa (17/8).
Noordjannah menyebut bahwa bertepatan dengan Kemerdekaan RI di usianya yang ke-76 tahun ini harus diisi dengan berbagai ikhtiar kemajuan dan Muhammadiyah ‘Aisyiyah terus melakukannya sejak awal perjuangan kemerdekaan RI. Ia menyebut bahwa program EdutabMu ini juga adalah salah satu upaya Muhammadiyah ‘Aisyiyah untuk memajukan generasi akan datang bagi kepentingan Indonesia dan kepentingan SDM global.
EdutabMu merupakan program kerjasama Lazismu, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah bersama Enuma. Sebagai mitra strategis Lazismu dalam program EdutabMu, Enuma berperan aktif dalam menyediakan aplikasi Sekolah Enuma, melatih para guru tentang penggunaan aplikasi dan Sistem Manajemen pembelajarannya serta dukungan teknis dan implementasi di seluruh program. EdutabMu berisikan ratusan buku, gambar, cerita, dan permainan mengenai literasi, numerasi dan bahasa dengan pembelajaran berbasis digital nir-internet yang menyenangkan, interaktif, mengasyikkan dan mencerahkan.
Program inovatif EdutabMu ini akan dilaksanakan selama 5 Tahun ke depan. Hingga Tahun 2025, ditargetkan 12.000 Tablet untuk 1.200 Sekolah TK ABA dan SD Muhammadiyah seluruh Indonesia. Program EdutabMu tidak hanya menyentuh siswa dan sekolah semata, akan tetapi penguatan dan peningkatam kapasitas 2.400 Guru TK ABA dan SD Muhammadiyah di bidang pengajaran literasi, numerasi dan bahasa.
Noordjannah melanjutkan bahwa konten dari EdutabMu ini tentu sudah disesuaikan dengan kepentingan ‘Aisyiyah Muhammadiyah yang berisi nilai-nilai yang merupakan pondasi anak usia dini, nilai islam yang mengajarkan Rahmatan lil Aalamiin, Islam yang tidak diskiriminatif yang penuh kebersamaan, peduli, serta kasih sayan sehingga anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang kokoh jiwanya karena telah mendapatkan pendidkan yang diikhtiarkan selama ini. “Kami meyakini dan percaya bahwa program EdutabMu akan menghadirkan pendidikan yang menggugah, menggembirakan anak-anak kami di daerah terpencil di mana nantinya mereka akan punya harapan, punya tempat untuk belajar melalu instrumen yang sangat penting ini.”
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyebutkan bahwa melalui kerjasama EdutabMu antara Muhammadiyah ‘Aisyiyah serta Enuma yang berbasis di Korea menunjukkan bahwa Indonesia dan Korea Selatan bukan hanya partner strategis dalam hal bisnis tetapi juga pengembangan pendidikan yang berkemajuan. Ia menyebut Korea Selatan sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia karena korean drama tetapi ke depannya melalui EdutabMu ini Korea juga akan dikenal masyarakat Indonesia karena sistem pendidikannya yang maju serta memanfaatkan teknologi.
Mu’ti menyebut pendidikan di Indonesia mengalami berbagai tantangan terlebih di masa pandemi ini di mana interaksi tatap muka termasuk kegiatan belajar mengajar di sekolah sangat terbatas. “Situasi ini sangat menantang, bagaimana pandemi ini menantang bagaimana kita bisa tetap mengantarkan cara belajar yang efektif walaupun dalam pandemi.” Melalui EdutabMu ini akan muncul pergerakan baru pendidikan digital dan teknik belajar mengajar berbasis teknologi yang dapat menjangkau mereka yang ada di daerah terpencil dan tertinggal karena masalah ekonomi.
Dalam situasi pandemi ini menurut Mu’ti, Indonesia menghadapi empat tantangan yang harus dihadapi yakni gadget, internet, budget, dan mindset. Keterbatasan akses teknologi salah satunya kepemilikan gadget untuk mendukung pembelajaran di masa pandemi menurut Mu’ti menjadi permasalahan bagi keluarga di Indonesia. Oleh karena itu gadget yang disediakan di program EdutabMu ini sudah bisa menjadi solusi. Kemudian, akses internet, Mu’ti menyebut bahwa tanpa internet maka gadget itu tidak akan berfungsi. Menurutnya sejumlah 40% desa di Indonesia tidak memiliki akses kepada listrik maka bisa dibayangkan berapa yang tidak memiliki akses terhadap internet. “Akan tetapi melalui program ini kita bisa melakukan kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan aplikasi secara offline.”
Tantangan selanjutnya adalah budget, yakni bagaimana masyarakat Indonesia dibebani permasalahan pembiayaan untuk membeli gadget maupun pulsa untuk dapat memiliki akses kepada internet ataupun kegiatan pendidikan yang dilaksanakan secara online. Tantangan terakhir adalah mindset di mana salah satu masalah paling esensial. “Bagaimana kita merubah pikiran kita bahwa kita tidak ada disituasi normal, maka kita harus merubah cara kita berpikir, cara kita mengajar, cara belajar berdasarkan situasi.”
Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyebutkan bahwa melalui EdutabMu ini majelis Dikdasmen akan dapat semakin melakukan proses pembelajaran yang bersifat akseleratif. Keniscayaan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan Muhammadiyah di tingkat dasar dan menengah termasuk meningkatkan kualias pembelajaran di tingkat pendidikan usia dini yang diselenggarakan ‘Aisyiyah.
“Kami berharap progrm ini juga didukung keahlian pimpinan sekolah, guru, dan tenaga pendidkan yang adaptif terhadap IT serta mampu melakukan akselerasi inovasi dan kreasi sehingga ada perpaduan dengan kecanggihan teknologi dan kecerdasan kemampuan inovasi para penyelenggara pendidikan Muhamamdiyah ‘Aisyiyah.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!