Tahun Baru Islam, Peran Para Shahabiyah dan Peningkatan Kualitas Iman
Tahun baru Islam ditandai dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw. Dalam peristiwa hijrah Nabi Muhammad tersebut terdapat banyak peran yang dilakukan oleh para perempuan, para shahabiyah. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PP ‘Aisyiyah) dalam Perempuan Mengaji pada Sabtu (30/7/2022). “Dalam peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw dan hijrah umat Islam disana ada peran para perempuan, para muhajirah yang berjuang karena hijrah ini juga bagian dari perjuangan,” terang ‘Aisyah.
Dalam Perempuan Mengaji edisi Bulan Juli yang mengangkat tema “Meningkatkan Kualitas Iman dalam Memaknai Tahun Baru Islam” ini Aisyah menyebut bahwa peristiwa hijrah merupakan peristiwa yang digambarkan dalam sejarah sebagai peristiwa yang luar biasa, penuh perjuangan dan tantangan. Perjuangan dan tantangan tersebut menurut ‘Aisyah juga dilalui oleh para shahabiyah. “Para perempuan, para shahabiyah yang berhijrah ini juga merupakan bagian dari perjuangan, katakanlah hidup dan mati adalah perjalanan dari hijrah itu sendiri.”
‘Aisyah menceritakan peran salah satu shahabiyah yakni Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. Pada waktu itu Asma’ berada dalam keadaan hamil tetapi menurut ‘Aisyah perjuangannya luar biasa. “Dalam hijrah Nabi Muhammad saw kita juga mengenal sejarah peran dari Asma’ binti Abu Bakar, beliau yang saat itu keadaan hamil tapi perjuangannya luar biasa, menjadi semacam intelegen, mencari informasi di Mekah agar perjalanan Nabi dan ayahandanya aman dari ganguan orang Quraisy.”
‘Aisyah juga menyampaikan bagaimana peran Asma’ ketika Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar Ash-Shiddiq bersembunyi di Gua Tsur ketika dua insan pilihan Allah tersebut berhijrah. Asma’ pada waktu itu berjuang dengan memberikan layanan dan informasi terkait kondisi di tanah Mekkah. “Ini menjadi salah satu torehan sejarah, bagaimana peran perempuan dalam Hijrah Nabi Muhammad saw, kalau ibu-ibu sekalian pergi Haji dan Umrah itu melihat kondisi Goa Tsur saya tidak bisa membayangkan, kalau sekarang sudah ada jalan tetapi kondisinya masih tetap sulit, maka bayangkan bagaimana kondisinya pada masa itu yang juga dipenuhi dengan situasi tidak aman dan situasi kekhawatiran.”
Lebih lanjut ‘Aisyah juga menyampaikan nama-nama shahabiyah lain yang berjuang dan melakukan hijrahnya. Kisah perjuangan hijrah Nabi Muhammad saw juga para shahabiyah ini menurut ‘Aisyah sepatutnya menjadi contoh para mubalighat ‘Aisyiyah untuk membawa perubahan kemajuan dalam berbagai dakwah yang dilakukan. “Bagaimana ke depan hijrah para mubalighat, secara umum orang berhijrah kan ada perubahan seperti hijrah Nabi ada banyak perubahan, perubahan dalam bidang dakwah, perubahan strategi dakwah, dan perubahan dalam orientasi syiar yang sebelumnya lebih banyak berorientasi pada akidah dan akhlak maka di Madinah itu lebih berorientasi pada pembangunan masyarakat dan penataan masyarakat.”
‘Aisyah berharap semua mubalighat bisa meningkat dan layanan-layanan yang dilakukan melalui pengajian bisa lebih menguatkan dalam rangka mencerahkan semesta dan peradaban bangsa.
Aly Aulia, Sekretaris Divisi Kajian al-Qur’an dan Hadis Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang juga merupakan Direktur Madrasah Mua’allimin Muhammadiyah Yogyakarta menyebut bahwa momen hijrah mengandung tekad, perencanaan, dan kerja keras dimana di sana ada tujuan yang jelas. “Satu Hijriyah hadir dalam visi misi yang menggerakkan, visi misi yang di dalamnya ada tekad, ada arah yang jelas, ada semangat, ada perjuangan yang itu diawali dengan perencanaan yang baik dan jelas,” terangnya.
Dalam memaknai Tahun Baru Islam ini, Aly mengajak untuk memaknainya dengan meningkatkan kualitas keimanan dan keilmuan. “Bahwa iman harus kuat, dengan ilmu iman akan semakin kukuh, berimanlah dan berilmulah agar kita bisa memenuhi ketentuan Allah Swt.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!