Sembilan Agenda Arsitektur Gerakan Perempuan Berkemajuan
“Arsitektur gerakan perempuan berkemajuan bagi ‘Aisyiyah memiliki fondasi nilai, bingkai, orientasi, dan cita-cita yang kuat dalam perspektif ajaran Islam berkemajuan.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah pada kegiatan Seminar Pra Muktamar ke-48 Muhammadiyah ‘Aisyiyah yang mengangkat tema ‘Arsitektur Gerakan Perempuan Berkemajuan’ pada Kamis (14/4).
Dalam pembahasan arsitektur gerakan perempuan berkemajuan ini menurut Noordjannah tentu tidak bisa melepaskan dari lintasan sejarah pergerakan perempuan oleh para tokoh-tokoh perempuan yang luar biasa yang berjuang menghadirkan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan.
Perjuangan perempuan Indonesia disebut Noordjannah dapat terus dilihat keterlibatannya dalam berbagai aspek perkembangan bangsa Indonesia. Mulai dari pejuang perempuan yang terlibat dalam kancah perjuangan merebut kemerdekaan bangsa, fase perjuangan perempuan dalam bidang pendidkan dan ingin memajukan perempuan dari pendidikan, fase perjuangan perempuan melalui organisasi-organisasi perempuan yang menyatukan, fase orde baru, dan sebagainya.
Dalam berbagai fase tersebut, ‘Aisyiyah terus hadir dan berkontribusi. “’Aisyiyah terus hadir dalam dinamika pergerakan perempuan di tengah perkembangan jaman yang komplek untuk berkiprah tidak kenal lelah memajukan kehidupan di berbagai bidang dalam spirit dan pandangan Islam yang berkemajuan,” terang Noordjannah.
Dalam kesempatan tersebut Noordjannah juga memaparkan mengenai agenda gerakan dalam kepentingan arsitektur gerakan perempuan yang harus diperhatikan gerakan perempuan berkemajuan. Pertama, mensosialisasikan pandangan Islam Berkemajuan dalam ranah keluarga, masyarakat-umat, kehidupan kebangsaan, dan kemanusiaan global. Bersamaan dengan itu dilakukan pengembangan pemikiran dan wawasan keagamaan Islam Berkemajuan yang berbasis pada manhaj Tarjih dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani.
“Penting dikembangkan pandagan Islam Berkemajuan yang meneguhkan pemikiran wasathyah dan bersifat kritiskondtruktif di tengah pandangan keislaman yang cenderung konservatif yang mendomestikasi perempuan maupun pandangan liberal-sekuler yang tidak sejalan dengan nilai dasar Islam, sehingga Aisyiyah hadir memberikan pemikiran alternatif sebagai kekuatan Ummatan Wasatha yang menjadi saksi bagi kehidupan.”
Kedua, pengembangan kehidupan beragama yang mencerahkan, yakni beragama yang mampu memberi jawaban atas masalah-masalah kemanusiaan seperti kemiskinan, ketertinggalan, kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan dalam berbagai bentuk, ketidakadilan gender, nestapa kelompok rentan, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusian global lainnya. “Selain itu, beragama yang mencerahkan juga menjunjung toleransi, perdamaian, menghargai kemajemukan, inklusif, serta berkomitmen untuk memuliakan martabat dan mengembangkan relasi kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan yang berkeadilan tanpa diskriminasi.”
Ketiga, gerakan perempuan Islam berkemajuan melaksanakan dakwah untuk kesejahteraan warga bangsa, menegakkan keadilan bagi semua, memastikan para pemimpin negara menjalankan amanah sesuai konstitusi, merekat persatuan, menjalankan politik yang berkeadaban, serta menjadikan agama, Pancasila, dan budaya bangsa sebagai nilai dan sumber dalam berbangsa dan bernegara.
Keempay, mendinamisasi kepemimpinan perempuan. Menguatkan dan meluaskan peran kepemimpinan perempuan diberbagai bidang dan lembaga baik lokal, nasional, dan kancah internasional. Termasuk Kepemimpinan perempuan dalam entrepreneurship atau berwirausaha juga kepemimpinan perempuan di birokasi pemerintahan maupun lembaga publik lainnya.
Kelima, mendorong dan menguatkan peran dan partisipasi perempuan dalam kehidupan politik melalui keterlibatan dalam eksekutif, partai politik, DPR/legislatif, yudikatif, dan lembaga-lembaga publik lainnya. Keenam, pengembangan strategi gerakan perempuan berkemajuan dengan meluaskan keterlibatan aktif dalam dalam memajukan kehidupan umat dan bangsa serta kemanusiaan global. Mengedepankan strategi dakwah lil muwajahah (proaktif-konstruktif) daripada lil-mu’aradlah (reaktif-konfrontatif) dalam proses yang bersifat transformasional atau transformatif, yakni melakukan perubahan-perubahan yang dinamis atau progresif sejalan dengan misi untuk pembaruan kehidupan dalam menghadapi tantangan zaman.
Ketujuh, merespon, menyikapi, dan memecahkan masalah-masalah dan isu-isu ketidakadilan gender dengan perspektif Islam Berkemajuan yang memiliki karakter wasathiyah disertai langkah-langkah praksis yang membawa perubahan ke arah kemajuan dalam kehidupan masyarakat. Delapan, mengembangkan gerakan perempuan berkemajuan yang memiliki karakter dan kekuatan kemandirian (self-reliance) sehingga dapat memposisikan dan memerankan fungsinya sebagai masyarakat madaniyah (civil society) yang tidak tergantung pada kekuatan-kekuatan lain yang mengintervensi dan menjdikan gerakan perempuan kehilangan basis identitas dan kultural yang kokoh dan autentik.
Sembilan, melakukan praksis amal usaha dan dakwah komunitas yang lebih dinamis dan meluas sebagai strategi dan agenda strategis dalam satu kesatuan gerakan pencerahan yang bersifat memebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta. Seluruh konstruksi tadi disebut Noordjannah menggambarkan secara luas bagaimana ‘Aisyiyah ke depan bersama organisasi perempuan lain untuk bahu membahu dalam kepentingan kebangsaan dan keumatan. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!