‘Aisyiyah, Salah Satu Modal Sosial Indonesia
“Indonesia patut bersyukur atas hadirnya ormas perempuan, salah satunya ‘Aisyiyah yang merupakan modal sosial yang luar biasa dan menjadi kekhasan Indonesia karena organisasi keagamaan begitu kuat menyangga negara ini dan ikut mendirikan republik ini.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PP ‘Aisyiyah), Siti Noordjannah Djohantini dalam webinar Moderasi Indonesia untuk Dunia: Peran Strategis Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dalam Mendukung Kepemimpinan Indonesia di Tingkat Global yang dilaksanakan secara daring pada Senin (15/11).
Keterlibatan ‘Aisyiyah dalam mendirikan Republik ini disebut Noordjannah menunjukan peran, ikhtiar, serta perjuangan dari para perempuan yang dilakukan bahkan sebelum kemerdekaan diraih. Ia menyebutkan bagaimana dua tokoh ‘Aisyiyah menjadi inisiator dari pergerakan perempuan Indonesia yang pertama yakni Kongres Perempuan Indonesia I di tahun 1928. “Tokoh ‘Aisyiyah, berbicara yakni Ibu Hayinah dan Ibu Munjiyah, menjadi inisiator dan berbicara tentang peran perempuan bukan secara domestik tetapi bagaimana perempuan mensinergikan dan bekerjasama dengan banyak pihak untuk bersama memperjuangkan kemerdekaan,” terangnya. Noordjannah menyebutkan dari sekian banyak organisasi perempuan di kongres tersebut saat ini hanya tiga yang masih bertahan yakni ‘Aisyiyah, Wanita Katolik, dan Taman Siswa.
Oleh karena itu menurutnya, jika terkait dengan Forum G20 di mana Indonesia akan memimpin maka haruslah memperhatikan dan melibatkan para penggerak perjuangan bangsa ini. “Forum G20 di Indonesia harus menguatkan bagaimana peran organisasi masyarakat sipil terutama dalam hal ini perempuannya harus menjadi bagian memperkuat Indonesia.”
Dalam usianya yang menjelang abad kedua, ‘Aisyiyah sebagai civil society adalah organisasi yang bergerak secara mandiri sebagaimana Muhammadiyah. Ini dibuktikan dengan tersebarnya amal usaha ‘Aisyiyah seperti dalam bidang pendidikan di seluruh pelosok negeri hingga luar negeri yang turut memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa. Belum lagi amal usaha ‘Aisyiyah di bidang kesehatan, ekonomi, hukum, dan amal usaha sosial lainnya.
Selain itu, ‘Aisyiyah juga turut menunjukkan kontribusinya bagi bangsa dengan berpartisipasi pada pencapaian SDGs yang juga menjadi perhatian pemerintah. “Indonesia sangat commited mendukung capaian SDGs dengan 17 tujuan itu dan sebagian pilar seperti sosial ekonomi serius ditangani ‘Aisyiyah bahkan sebelum SDGS muncul yakni MDGs.”
Noordjannah menyebutkan tujuan SDGs yang menjadi perhatian ‘Aisyiyah yakni Tujuan 1 : Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk di manapun, Tujuan 2: Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan, Tujuan 3: Memastikan Kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraa bagi semua untuk semua usia, Tujuan 4: Pendidikan berkualitas yang menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan, Tujuan 8: Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua.
Noordjannah mencontohkan terkait ekonomi, bagi ‘Aisyiyah, UMKM perempuan luar biasa banyaknya dan ekonomi yang dilakukan perempuan selalu menyangga situasi kritis dan bencana. “Pada situasi kritis perempuan selalu rentan tetapi perempuan menjadi tumpuan bagi keselamatan keluarganya karena perempuan lebih kuat, lebih ubet, lebih memikirkan cara untuk keselamatan keluarganya.”
Noordjannah juga menyampaikan keprihatinannya karena pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa bagi kehidupan ekonomi rumah tangga sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan ‘Aisyiyah. Oleh karena itu ‘Aisyiyah terus melakukan penguatan ekonomi melalui peningkatan kapasitas, permodalan, jaringan, dan digitalisasi. Hal ini dilakukan ‘Aisyiyah melalui berbagai cara seperti melalui amal usaha ‘Aisyiyah contohnya koperasi yang berjumlah 465 koperasi, 3435 Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah (BUEKA) yang ada di tingkat cabang ranting, maupun Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah (SWA)
Lebih lanjut, Noordjannah meminta agar pemerintah harus terus memberikan perhatian pada UMKM setor mikro atau gurem yang masih mencoba bertahan di situasi pandemi ini. “Pada situas covid ini bisa jadi yang betul-betul gurem yang itu lebih banyak saat ini berada pada situasi yang tidak menyengkan, oleh karena itu program pemerintah harus pro pada kepentingan ekonomi di bawah.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!