Komitmen Kaum Al Maunis untuk Kelompok Mustadh’afin
“Orang-orang yang terpinggir karena berbagai alasan baik struktur maupun kultur sudah menjadi tugas Muhammadiyah untuk mendampingi dan membantu mereka. Ini bagian dari semangat Al Maun.” Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy dalam acara Seminar Pra Muktamar ke-48 Muhammadiyah ‘Aisyiyah pada Kamis (31/03).
Muhadjir mengatakan bahwa sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, Muhammadiyah harus terus mengambil bagian penyelesaian masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, kebodohan, dan problem anak yatim. Hal ini merupakan bagian dari spirit al-Maun.
QS. Al Maun diawali dengan pertanyaan yang cukup menohok, “tahukah kamu siapa yang mendustakan agama?”. Dalam surat tersebut diterangkan bahwa orang yang mendustakan agama adalah mereka yang menelantarkan anak yatim dan orang miskin. Oleh K.H. Ahmad Dahlan, surat ke-107 dari al-Quran tersebut menjadikan agama bukan sekadar teks doktrinal, tapi juga praktik nyata.
Karenanya, Muhadjir menyebut bahwa orang-orang yang senantiasa menghadirkan diri sebagai pelayan-pelayan bagi anak yatim dan orang miskin adalah kaum Al Maunis dan ideologinya Al Maunisme. Sebaliknya, orang-orang yang lalai menolong anak yatim dan fakir miskin adalah para pendusta agama.
“Doktrin Ahmad Dahlan salah satunya diilhami dari QS. Al Maun ini. karena itu saya sering menyebut, orang-orang Muhammadiyah yang konsisten kepada mereka yang terpinggirkan seperti yatim dan miskin adalah kaum al Maunis,” ujar Muhadjir.
“Kalau sama orang miskin dan yatim kita harus menolong. Apa itu cukup? Kepada mereka yang tidak miskin juga tidak yatim juga tetap harus berbagi kebahagiaan dan manfaat. Kalau tidak kita sama saja dengan mendustakan agama,” ucapnya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!