MEK ‘Aisyiyah Dorong Pengembangan Koperasi Berbasis Digital
“Potensi membentuk koperasi di komunitas sangat besar, ketika koperasi kuat dan bisa dikelola secara profesional, biarpun kita terengah-engah tapi saya yakin kita bisa memulai dan bisa maju dengan tujuan produktif, Insya Allah kita bisa maju.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dyah Suminar dalam RAT KSPPS BUEKA Walidah Mulia (BWM) ke IV dan Webinar penguatan koperasi ‘Aisyiyah dengan tema ‘Masa Depan Koperasi Aisyiyah di Era Digital’ pada Kamis (31/3).
KSPPS BWM merupakan koperasi sekunder tingkat nasional yang mengemban lima fungsi pokok yang sudah menjadi kesepakatan bersama yaitu pertama, sebagai regulator; kedua, sebagai lembaga pengendali jaringan; ketiga, sebagai mediator kebutuhan likuiditas; keempat, sebagai lembaga edukasi; kelima, sebagai lembaga supervisi. Di usia tahun ke-4 ini KSPPS BWM akan terus berupaya untuk dapat menjalankan kelima fungsi pokok tersebut dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki.
Sebagai regulator, saat ini KSPPS BWM bersama-sama dengan divisi Koperasi dan LKM Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan PP ‘Aisyiyah sudah menyelesaikan pedoman SOP dan SOM bagi koperasi syariah agar dapat digunakan sebagai acuan masing-masing koperasi anggota BWM dalam menjalankan usahanya.
Disebutkan dalam laporan bahwa selama tiga tahun ini banyak perkembangan di koperasi baik secara manajemen dan keuangan maupun dalam penambahan anggota. Secara kuantitatif jumlah anggota BWM bertambah sebanyak 1 (satu ) koperasi sekunder, berkurang 1 koperasi primer karena bergabung ke koperasi sekunder DIY Sehingga keseluruhan jumlah anggota KSPPS BWM menjadi 15 (lima belas ) koperasi yang mencakup 3 koperasi sekunder dan 12 koperasi primer.
Dalam acara yang diikuti oleh 41 peserta baik dari anggota dan pengurus KSPPS BWM serta perwakilan koperasi ‘Aisyiyah ini, Dyah Suminar mengajak agar dapat terus memajukan koperasi ‘Aisyiyah. “Agar terus maju, jadi pengelola koperasi ra keno sambat (tidak boleh mengeluh), kita harus terus berjuang dan mengupayakan yang lebih baik,” tegasnya.
Latifah Iskandar, Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah yang membidangi MEK menyampaikan hal yang senada bahwa anggota ‘Aisyiyah dan para pengurus koperasi harus mencontoh perilaku semut yang cerdas bergotong royong dalam mencapai tujuannya. “Maka, mari menjadi semut yang cerdas berjamaah dalam mewujudkan koperasi ‘Aisyiyah yang besar,” ujarnya. Latifah menyebut bahwa koperasi ‘Aisyiyah adalah wujud konkrit Islam Berkemajuan. Ia percaya bahwa koperasi bisa menjadi salah satu faktor yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu pengembangan koperasi harus dilakukan secara serius. “Insya Allah gerakan koperasi bisa menjawab pasal yang dimandatkan di UUD 1945 sehingga bisa membawa masyarakat tercapai kesejahteraannya, sehingga kita diberi kemudahan mencapainya.”
Syafarudi Alwi, yang menyampaikan materi tentang ‘Masa Depan Koperasi Aisyiyah di Era Digital’ menyebut bahwa ada dua paradigma layanan koperasi yakni Paradigma Layanan Berbasis HighTouch dan Paradigma Layanan Berbasis High Tech. Paradigma layanan berbasis high tech ini disebutnya tak bisa dipungiri sangat dibutuhkan oleh sistem koperasi yang berbasis semangat bersama, berjuang bersama dalam mewujudkan kesejahteraan. “Dalam sebuah sistem koperasi, maka dalam cara berbisnis dan cara melayani anggota, pengembangan teknologi harus diterapkan, kalau tidak kita akan terlambat mengambil keputusan atau ada miss data,” paparnya. Lebih lanjut Syafarudin juga menyampaikan bahwa growth mindset menjadi salah satu faktor bagi pengembangan koperasi ‘Aisyiyah. “Masa depan koperasi ‘Aisyiyah di era digital tergantung pada sejauh mana mindset perubahan growth mindset dapat dibangun oleh pengurus manajemen dan anggota.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!