Peran Muhammadiyah, Dua Tahun Hadapi Pandemi
“Agama harus menjadi solusi dalam kehidupan manusia karena agama hadir untuk keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan manusia.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah), Haedar Nashir dalam acara Refleksi 2 Tahun Pandemi : Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dalam Penanganan Pandemi Covid-19 pada Selasa (28/12). Berkaca dari kondisi pandemi Covid-19 yang sudah dihadapi oleh Indonesia selama dua tahun ini Haedar menyebut bahwa Islam merupkan ajaran yang selain selalu memberi solusi terhadap problem juga memiliki pandangan multiperspektif dalam melihat dan memecahkan problem.
Menuju tahun 2022 Haedar berharap agar umat Islam selalu dapat menghadirkan Islam sebagai agama yang membawa rahmat, membawa pencerahan, dan agama yang membangun serta menyelamatkan peradaban. “Agama tidak lagi menjadi titik pertengkaran, perdebatan, dan titik krusial di dalam kehidupan, tetapi justru agama harus memberi jalan terang, menjadi suluh dan penawar jalan pemecahan dari berbagai kerumitan hidup,” tegas Haedar.
Terkait situasi pandemi, Haedar menyebut sejak awal Indonesia mengumumkan masuknya Covid-19 pada 2 Maret 2020, Muhammadiyah pada tanggal 5 Maret 2020 sudah menyatakan kesanggupannya bersama pemerintah dalam upaya memerangi pandemi. “Bersama 117 RS dan lembaga lainnya yang dimiliki Muhammmadiyah ‘Aisyiyah sejak tanggal 5 Maret kita menghadirkan bukan hanya program kesehatan yang bersifat reguler tretapi darurat pandemi. Ini telah mengajarkan kita untuk program-program yang bersifat emergensi yang memerlukan manajemen darurat.”
Dua tahun masa pandemi Haedar melihat bagaimana begitu rupa perjuangan para tenaga kesehatan di garda terdepan dalam usaha penyelamatan nyama manusia. “Tenakes juga menjadi benteng terakhir dalam menghadapi pandemi ini karena pada saat itu kita tidak sepenuhnya siap.” Oleh karena itu Haedar berharap pemerintah ke depannya akan dapat semakin memperbaiki tatanan pelayanan kesehatan nasional. “Pandemi ini harus mempertangguh sistem kesehatan nasional kita.”
Muhammadiyah juga akan terus mengembangkan amal usaha kesehatannya agar siap menghadapi berbagai situasi. Selain itu menurut Haedar, Muhammadiyah akan mempertajam, melakukan revitalisasi program-program pelayanan kesehatan masyarakat yang berbasis komunitas. “Selain mengembangkan amal usaha kesehatan, ke depan harus mempertajam, revitalisasi program-program pelayanan kesehatan masyarakat termasuk yang berbasis di komunitas sehingga integrasi amal usaha dengan masyarakat makin kuat karena pandemi ini mengajarkan kita untuk memperkuat basis kesehatan masyarakat di jamaah.”
Agus Samsudin, Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah menyebut bahwa dalam dua tahun masa pandemi Muhammadiyah telah menjangkau lebih dari 45.192.895 orang dengan berbagai kegiatannya. Termasuk melayani 650.000 lebih orang untuk vaksinasi Covid-19. Menurutnya ini merupakan capaian yang luar biasa yang dilakukan oleh sebuah organisasi kemasyarakatan.
Kerja-kerja Muhammadiyah dalam mengatasi pandemi ini bisa terlaksana dengan baik karena Muhammadiyah bisa memberikan satu koordinasi atau komando secara organisatoris di bawah satu payung. Termasuk pembentukan MCCC di seluruh wilayah dan juga kerjasama yang apik antar seluruh komponen persyarikatan. “Kita mampu membentuk MCCC di 34 wilayah termasuk daerah dan cabang, ortom dan amal usaha bergerak dalam satu komando yang merupakan pengalaman luar biasa Muhammadiyah berjalan di lintas majelis dan lembaga mengatasi pandemi,” ujarnya.
Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (MenkoPMK) yang turut hadir dalam acara yang dilaksanakan oleh Pusat Studi Muhammadiyah ini menyampaikan ucapan terimakasihnya atas dedikasi Muhammadiyah dalam upaya mengatasi situasi pandemi di Indonesia. “Atas nama pemerintah saya ucapka terimakasih atas dedikasi seluruh jajaran Muhammadiyah dalam menangani, menyelesaikan berbagai macam persoalan mulai dari Covid-19 sampai jaringan pengaman sosial, termasuk sektor ekonomi.”
Dalam situasi pandemi, Muhadjir menyebut ada lima unsur kekuatan yang berkontribusi dalam upaya penanganan pandemi yang disebutnya sebagai pentahelix. Yakni pemerintah, sector swasta, perguruan tinggi, lembaga sosial keagamaan, dan media massa. Muhadjir menyebut Muhammadiyah mengambil sekaligus dua posisi yang ada, yakni sebagai lembaga sosial keagamaan serta perguruan tinggi dengan tersebarnya ratusan perguruan tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah di penjuru Indonesia. “Muhammadiyah punya jangkar di dua komponen strategis yaitu gerakan sosial keagamaan dan gerakan di perguruan tinggi sebagai kelompok akademik yang juga ambil bagian.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!