Islam dan Perempuan Muslim Pembawa Perdamaian
“Kalau kita bicara perdamaian, maka sebenarnya itu adalah akar atau nilai dasar dari Islam itu sendiri.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti ‘Aisyah dalam Seminar Nasional Membangun Perdamaian untuk Indonesia Berkemajuan yang diadakan oleh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah pada Sabtu (19/2).
Dalam acara yang berlangsung secara daring ini, Siti ‘Aisyah menyebut bahwa salah satu akar kata dari Islam adalah nilai dasar perdamaian, yakni Islam yang berarti keselamatan. “Maka orang Islam adalah orang yang membawa keselamatan, menyebar keselamatan, yang kehadirannya diharapkan karena kehadirannya membawa keselamatan.” Ini juga sesuai dengan salah satu sunah Rasul dimana Nabi Muhammad saw menyampaikan sebarkanlah salam, sebarkanlah kedamaian, sambunglah kasih dan sayang karena melalui kasih sayang itulah akan terwujud perdamaian.
Muhammadiyah ‘Aisyiyah sebagai organisasi muslim berkemajuan disebut ‘Aisyah sejak awal membawa misi untuk menebarkan kedamaian. “Sejak berdirinya, perjuangan dan dakwah ‘Aisyiyah Muhammadiyah pada intinya adalah menebar kedamaian, memberi kemaslahatan, memberi ketenangan yang dimulai dari keluarga melalui keluarga sakinah” terangnya. Keluarga Sakinah bagi Muhammadiyah ‘Aisyiyah adalah ketenangan yang juga bermakna kedamaian yang diikat mawadah warahmah, yakni rasa cinta dan kasih, maka Keluarga Sakinah adalah keluarga yang penuh kedamaian.
Siti ‘Aisyah juga menyebut bahwa perempuan sebagai anggota keluarga memiliki salah satu peran penting sebagai pembawaperdamaian. “Saya yakin ibu-ibu di seluruh Indonesia sampai Cabang Ranting juga di Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah kita sudah menanamkan, menginternalisasikan nilai perdamaian sejak dini di sekolah, PAUD, keluarga, sampai Perguruan Tinggi. Demikian juga perdamaian di layanan kesehatan dan praksis sosial layanan masyarakat, semuanya sudah dilakukan oleh ‘Aisyiyah.”
Irfan Amalee, tokoh perdamaian yang merupakan pendiri Peace Generation juga Peacesantren Welasasih di Garut yang merupakan kader Muhammadiyah ini menyebut bahwa pilar besar dalam perdamaian adalah organisasi perempuan dan ‘Aisyiyah berada dalam garda terdepan. Irfan menekankan pentingnya pengajaran perdamaian dalam keluarga, dimana ia menyebutkan data dari UNICEF bahwa pola didik yang keras berkontribusoi terhadap hampir sebagian besar kekerasan di dunia. Oleh karena itu ia mengajak jika ingin menemukan potensi kedamaian di keluarga, maka kita harus menemukan kendala kenapa potensi kedamaian itu tidak muncul.
“Oleh karena itu, untuk menumbuhkan nilai-nilai perdamaian di keluarga dan komunitas kita perlu mensuplai cerita perdamaian dan pendidikan penuh welas asih atau cinta yakni disiplin positif, ini yang bisa menjadi amunisi menyebarkan perdamaian di tingkat keluarga dan komunitas,” terangnya.
Sementara itu, Yuniyanti Chuzaifah seorang pegiat HAM Perempuan, Ketua Komnas Perempuan 2010-2014, dan advisory board AMAN menyampaikan bahwa, untuk memahami perdamaian harus memahami persoalan karena banyak penyebab konflik yang terjadi meliputi konflik bersenjata, electoral, komunal, SDA dan tata bangunan, termasuk konflik berbasis keyakinan.
Konflik menurut Yuni adalah hal yang wajar terjadi akan tetapi yang tidak boleh terjadi adalah konflik yang destruktif. “Konflik adalah soal negosiasi kepentingan, tapi kalau kita dibiasakan untuk mengkomunikasikan keinginan kita maka itu akan menghasilkan hal yang baik,” paparnya.
Yuni menyebutkan salah satu contoh yakni kasus perceraian suami istri yang banyak terjadi salah satunya karena kita tidak dilatih bagaimana menyelesaikan isu konflik mulai dari privat sampai ke publik termasuk cara bernegara kita. Dalam konteks ketokohan di agama-agama, Yuni menyebut bahwa konflik electoral sering muncul karena pengkultusan salah satu tokoh keagamaan.
Menurut Yuni, agama Islam memiliki potensi besar untuk menjadikan agama sebagai resolusi konflik sebab dalam Islam banyak sekali ajaran-ajaran tentang perdamaian. Oleh karena itu ia mengharapkan peran organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah untuk terus dapat mengambil peran dalam membangun perdamaian. “Kita perlu juga diperkuat oleh organisasi-organisasi besar terutama dan salah satunya adalah peran ‘Aisyiyah yang sangat strategis karena jaringannya di mana-mana,” tuturnya. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!