Kolaborasi Antar Umat Beragama Berperan Persempit Kesenjangan
YOGYAKARTA – “Sudah sepantasnya kita berkumpul di Indonesia untuk menghadiri konferensi ini, karena Indonesia telah menjadi model yang luar biasa dalam kolaborasi antaragama.” Hal tersebut disampaikan oleh Rev. Canon Grace Kaiso, Chairman of the Steering Council at the Faith to Action Network (F2A) saat memberikan sambutannya dalam Konferensi Global tentang Hak-Hak Perempuan dalam Islam / The Global Conference of Women’s Rights in Islam (GCWRI) yang berlangsung di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta pada Selasa (14/5/24).
Indonesia disebut Canon memiliki peran penting atas berdirinya F2A. Organisasi-organisasi keagamaan besar di Indonesia merupakan salah satu pendiri dari F2A yakni Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama melalui Fatayat, Dewan Hindu Indonesia, Dewan Budha Indonesia, dan Matakin. Dan GCWRI ini adalah pertemuan penting untuk mempraktikkan hal yang F2A yakini yaitu semua umat manusia adalah setara dan masing-masing harus diberi ruang untuk mewujudkan potensi yang diberikan Tuhan.
“Konferensi ini menunjukkan keberanian organisasi keagamaan untuk mengeksplorasi hak-hak perempuan dalam Islam, saat kita bergulat dengan kesenjangan antara teologi dan praktik,” ungkap Canon. Karena menurutnya, salah satu hambatan besar bagi kemajuan kita adalah keengganan untuk terlibat dalam percakapan sulit di semua tingkatan, baik pribadi, keluarga, komunitas, tingkat nasional hingga global.
“Dengan memilih untuk terlibat dalam isu-isu kontemporer, keadilan gender, perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, Faith to Action Network menunjukkan bahwa untuk mewujudkan aspirasi kita sebagai anggota SDGs, diperlukan upaya kolektif.”
Melalui konferensi ini, Canon mengajak seluruh anggota F2A yang tersebar di seluruh dunia untuk memperkuat komitmennya mewujudkan dunia yang lebih sehat, inklusif, adil dan damai dengan menjadi lem yang dapat mempersempit kesenjangan. “Mari menjadi lem yang mempersempit kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, yang kaya dan yang miskin, yang muda dan yang tua, antara mereka yang diberkahi secara berbeda, mereka yang memiliki kemampuan fisik beragam. Sebab, dengan bekerja sama kita akan membangun landasan bagi masa depan yang lebih menjanjikan bagi generasi kita dan generasi mendatang.” (Suri)