Pengalaman Baru Juipa Dipercaya Jadi Ketua Kelompok Perempuan Petani
Dipercaya untuk menjadi Ketua adalah hal baru yang dirakan oleh Juipa Karya, seorang perempuan berusia 52 tahun asal Desa Lesung Batu, Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Juipa yang merasa dirinya tak lagi muda merasa heran mengapa ia dipercaya untuk menjadi ketua kelompok perempuan petani yakni Kelompok Wanita Tani (KWT) Usaha Maju yang dibentuk dari Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA) Desa Lesung Batu.
Pengalaman ini disampaikan Juipa saat menceritakan bahwa BSA Desa Lesung dampingan Inklusi ‘Aisyiyah Kabupaten Lahat kemudian membentuk KWT untuk memberdayakan para perempuan anggota BSA. Dari pertemuan awal pembentukan KWT Juipa menyebut banyak ibu-ibu yang mengusulkan namanya sebagai ketua. “Saya tidak tahu nama saya ada di depan. Trus kembali aku tanya, hei kenapa aku disuruh kata aku, emangnya aku bisa,” cerita Juipa. Akan tetapi ketidak percayaan dirinya itu kemudian ditepiskan oleh Koordinator Program Inklusi ‘Aisyiyah Lahat yang hadir di pertemuan tersebut, bu Laela namanya. “Hei belajar, kata ibu Laela. Kan kita belum berjalan memang belum tahu, tetapi orang sudah percaya sama kamu jadi ayo terima. Begitu awalnya,” lanjut Juipa.
Akhirnya Juipa menerima tanggung jawab itu dengan ikhlas. Keikhlasan yang menurutnya memang harus dimiliki oleh sosok seorang ketua.
“Alhamdulillah ikhlas, kalau tidak ikhlas tidak akan berjalan sampai sekarang. Ternyata banyak yang harus diikhlaskan kalau jadi ketua, ikhlas orang tidak datang bekerja, ikhlas orang lambat, harus lebih capek dari yang lain, tapi aku ikhlas kok,” ucapnya sambil tertawa.
Dari tanggung jawab menjadi ketua itu Juipa belajar bagaimana berkomunikasi dengan banyak orang, bagaimana mengkoordinir orang dengan berbagai sikap dan sifat. Ini adalah pengalaman baru baginya dan mungkin juga bagi ibu-ibu anggota BSA dan anggota KWT. Hal ini karena sebelum adanya Inklusi ‘Aisyiyah para ibu sangat jarang berkumpul dan berkegiatan bersama. “Kita itu kalau tidak ada Inklusi akan sibuk di kebun dan sawah masing-masing. Tetapi sekarang kami sudah akrab kayaknya kalau tidak ketemu rasa rindu.”
Perempuan kelahiran 27 Juni 1971 ini menyebutkan tantangan lain yang dihadapi KWT adalah kendala masalah ekonomi. “Sebabnya kalau ruyungan harus pergi bersama-sama ke kebun terkendala kegiatan ekonomi masing-masing. Kita ibarat baru nanam belum mendapatkan hasil memuaskan, sehingga orang sering ijin mengerjakan kebun dan taninya ini kendala yang kita alami di kerja kelompok ini,” tutur Juipa. Akan tetapi persoalan ini tidak membuat Juipa patah arang, ia kemudian membentuk jadwal piket yang beranggotakan lima orang. “Kita buat jadwal setiap Senin hingga Minggu setiap hari 5 orang, kalau ada yang tidak bisa hadir dia bisa tukar hari dan kita sampaikan di grup WA,” cerita Juipa.
Juipa berharap KWTnya akan semakin maju dan berkembang, terlebih KWT Usaha Maju sudah terdaftar di Simulthan Kementerian Pertanian. Juipa juga selalu menumbuhkan semangat para anggotanya untuk kompak dalam merawat kebun KWT. (Suri)