Musywil Muhammadiyah ‘Aisyiyah Sulsel, Momentum Perkuat Jiwa Fastabiqul Khairat
ENREKANG – “Momentun Musyawarah Wilayah (Musywil) mudah-mudahan menjadi kesempatan kita semua menjadi lebih baik dalam memimpin persyarikatan sehingga kita dapat mengikuti apa yang dipesankan Kyai Ahmad Dahlan bahwa Indonesia akan maju jika kita ber-fastabiqul khairat dan bersama membangun umat.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Latifah Iskandar dalam Musyawarah Wilayah (Musywil) ke-40 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Sabtu (4/3/2023).
Acara yang bertempat di lapangan Abubakar Lambogo, Battili, Enrekang ini berlangsung meriah dengan dihadiri lebih dari 6.000 warga Sulawesi Selatan. Meriahnya gelaran Musywil ini disambut Latifah dengan rasa syukur sekaligus merefleksikan perjalanan persyarikatan yang memasuki usia dua abad. Latifah kemudian mengajak para hadirin untuk dapat memikirkan hal-hal yang mendukung Muhammadiyah ‘Aisyiyah beserta segenap ortom dapat terus eksis hingga kini. “Kenapa ya banyak organisasi berguguran tetapi persyarikatan Muhammadiyah bisa panjang usianya?” ucap Latifah.
Lebih lanjut Latifah menyebut bahwa ada lima hal yang menyebabkan persyarikatan Muhammadiyah bisa terus hadir di Indonesia hingga kini. Pertama, pergerakan persyarikatan yang dinamis. “Ada Muktamar, Musywil, Musyda, Musycab, hingga Musyran, serta punya amal usaha yang luar biasa yang merupakan kontribusi dan partisipasi nyata Muhammadiyah ‘Aisyiyah pada bangsa ini.” Kedua, memiliki identitas yang jelas. “Kalau ‘Aisyiyah cirinya perempuan berkemajuan. Muktamar ke-48 sudah memutuskan tuntunan cara kita bergerak yakni Risalah Perempuan Berkemajuan dan selalu berbasis akar rumput.”
Ketiga, konservatif dalam keuangan yang dijelaskan Latifah adalah mencari uang dengan cara-cara yang baik dan halal. Keempat, Toleran pada pikiran baru, terlebih situasi saat ini dengan fenomena beragama yang luar biasa keras, Muhammadiyah ‘Aisyiyah disebt Latifah berpandangan pada Islam Wasathiyah atau Islam Tengahan. Kelima, arif memilih pimpinan.
Terkait pemilihan pimpinan ini menurut Latifah adalah momen yang tepat di gelaran Musywil ini. Latifah kemudian menyebutkan kriteria pimpinan yang harus diperhatikan oleh warga persyarikatan yang pernah disampaikan oleh Ibu Siti Munjiyah yang merupakan Ketua Umum ‘Aisyiyah tahun 1928 dan Steering Commite Kongres Perempuan Pertama di Indonesia. Di mana Siti Munjiyah menyebut kriteria pemimpin yang perlu dilihat adalah tinggi ilmunya, tinggi budinya, serta baik kelakuannya.
Latifah berharap, momentum Musywil kali ini dapat berlangsung lancar dan kemudian diikuti Musyda, Musycab, dan Musyran yang menghasilkan pimpinan yang terbaik.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agung Danarto dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Musywil juga merupakan upaya untuk menguatkan jiwa berfastabiqulkhaerat, sebab jiwa berlomba dalam kebaikan Muhammadiyah yang sudah mendarah daging juga tetap memerlukan tanggapan dan pandangan satu sama lain dari PDM hingga PCM.
“Musywil ini juga momentum, untuk maju dan berkembang. Misi memajukan peradaban sebagaimana telah ditunjukkan umat Islam di masa lalu harus digairahkan dengan semangat fastabiqulkhaerat. Semangat ini kita pupuk dengan ilmu dan iman,” jelasnya. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!