Program Inklusi ‘Aisyiyah Perkuat Pandangan Islam Berkemajuan dalam Isu GEDSI
“Menjadi misi dakwah ‘Aisyiyah sebagai organisasi muslim berkemajuan untuk menempatkan bagaimana posisi agama itu akan menjadi nilai atau dasar bagi kita dalam menggerakkan masyarakat, dan ini harus terus menerus dikuatkan termasuk memperkuat kerjasama dengan para tokoh agama.” Hal tersebut disampaikan oleh Koordinator Program Inklusi ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah pada Workshop Penyusunan Buku GEDSI (Gender, Equality, Disability, Sosial Inclusion) dalam Pandangan Islam Berkemajuan yang digelar oleh Program Inklusi Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PP ‘Aisyiyah) pada Rabu (11/1/23).
Tri menyebut bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal dari rencana penyusunan buku terkait GEDSI dalam Pandangan Islam Berkemajuan. Program Inklusi ‘Aisyiyah sendiri disebut Tri ingin mengarusutamakan tentang GEDSI termasuk untuk kelompok-kelompok marginal dimana ‘Aisyiyah disebut Tri selama ini sudah sangat kuat sekali dalam menyuarakan terkait perspektif agama dalam isu GEDSI.
Lebih lanjut, Tri yang juga merupakan Sekretaris Umum PP ‘Aisyiyah ini menyebut bahwa banyak problem di masyarakat seperti isu kesehatan, isu ekonomi, isu kepemimpinan perempuan yang sangat dekat sekali dengan isu bagaimana pemahaman keagamaan dan budaya. “Misalnya isu perkwinan anak itu sangat jelas sekali di komunitas bagaimana kultur budaya dan perspektif agama menjadi alasan orang menikah anak, juga terkait kesehatan yakni isu stunting juga kesehatan reproduksi, juga isu sunat perempuan.”
Oleh karena itu Tri berharap buku terkait GEDSI yang akan dihasilkan, nantinya akan menguatkan perspektif Islam Berkemajuan dan akan menjadi pandangan luas untuk menunjukan pandangan Muhammadiyah ‘Aisyiyah terkait berbagai isu tersebut. “Bagaimana terus mendorong para mubaligh kita untuk memiliki pandangan Islam berkemajuan tentang isu gender dan bagaimana memposisikan kelompok-kelompok marginal dan terkait isu disabilitas, oleh karena itu penting sekali kita bersama hadir di sini,” terang Tri.
Hamim Ilyas dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjelaskan bahwa bahwa Inklusi sosial adalah kondisi di mana semua individu atau kelompok masyarakat dapat berpartispasi dalam seluruh bidang kehidupan: sosial, agama, ekonomi, politik, pendidikan dan lain-lain. Inklusi sosial disebutnya telah menjadi gerakan untuk merengkuh kaum tersisihkan yang selama ini dianggap “tidak ada” dan dieksklusi. “Dalam partisipasi, mereka tidak hanya sekedar menjadi obyek, tetapi juga subyek yang memberi kontribusi dalam kehidupan bersama dalam semua bidang kehidupan tersebut. Dalam ekonomi, misalnya, mereka tidak hanya sekedar diberi akses untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga mendapatkan kesempatan yang luas untuk produksi, menghasilkan barang dan jasa untuk mewujudkan kesejahteraan bagi semua warga,” terangnya
Hamim menyebutkan bahwa ajaran Islam sejak awal sudah menunjukkan sifat inklusi sosial dimana sesuai dengan pewahyuannya pada awal abad ke-7 M. Hal ini menurutnya termuat dalam berbagai ayat dalam al-Qur’an seperti mewujudkan rahmat Allah bagi seluruh alam dalam al-Qur’an surat al-Anbiya’, 21: 107; ajaran persatuan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah, 2: 213 dan Yunus, 10 : 19; ajaran kemuliaan dalam al-Qur’an surat al-Isra’, 17: 70; ajaran tentang kemerdekaan manusia dalam al-Qur’an surat al-Ahzab, 33: 72; juga dalam hadis Nabi Muhammad saw tentang persamaan (H.R. Ahmad).
“Dalam sejarah, ajaran-ajaran hebat ini kemudian menjadi bagian dari sumbangan Islam untuk pelembagaan hak asasi manusia (HAM) yang mulai tahun 1990-an dilakukan dengan gerakan inklusi sosial,” terangnya. Hamim menyebut bahwa GEDSI atau inklusi sosial ini sebenarnya gerakan tahun 90-an yang merupakan pelembagaan tentang hak asasi manusia dan ajaran al-Qur’an tentang manusia menjadi nilai-nilai yang menjadi spirit HAM.
Oleh karena itu Hamim sangat mendukung penyusunan Buku GEDSI ini dan ia mengharapkan buku ini nantinya akan dapat menggambarkan sosok Islam Berkemajuan dengan jelas, di mana wawasan Islam Berkemajuan, Mazhab Muhammadiyah dapat dijadikan alternatif rujukan dalam memberi respon kreatif terhadap gerakan GEDSI ataupun inklusi sosial tersebut. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!