Misi Internasionalisasi ‘Aisyiyah Harus Menjawab Permasalahan Perempuan Internasional
SUDAN – “Pasca Muktamar ke-48 ini penting untuk melakukan reaktualisasi spirit dakwah dan tajdid secara dinamis guna memasuki abad kedua yang sarat dengan tantangan yang kompleks termasuk permasalahan di luar negeri yang lebih kompleks,” hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PP ‘Aisyiyah) pada Musyawarah Cabang Istimewa (Musycabis) ke I yang diselenggarakan oleh ‘Aisyiyah Sudan pada Rabu (18/01/23).
Permasalahan yang kompleks tersebut menurut Salmah antara lain adalah masalah perempuan, kekerasan seksual, trafficking, permasalahan anak, permasalahan ideologi, dan sebagainya. “Dengan spirit dakwah yang dicanangkan maka diharapkan bisa memberikan solusi pada permasalahan spesifik yang ada terutama di Sudan ini,” lanjutnya.
Oleh karena itu Salmah mengharapkan agar Musyawarah Cabang Istimewa ini dapat dilakukan dan dimaknai dengan kesungguhan hati, berpikir cerdas, maju, dengan kebersamaan yang tingggi antara pimpinan sehingga menghasilakn keputusan praktis dan startegis yang menjadi acuan langkah PCIA Sudan ke depan.
Keberadaan Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah di mancanegara salah satunya di Sudan menurut Salmah merupakan salah satu langkah strategis mewujudkan program ‘Aisyiyah pasca Muktamar ke-48 yang disebut sebagai misi internasionalisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Dalam misi internasionalisasi tersebut Salmah mendorong agar Risalah Perempuan Berkemajuan (RPB) yang juga merupakan hasil keputusan Muktamar 48 dapat digaungkan di mancanegara tempat PCIA berada. Terlebih disebut Salmah realitas di dunia Islam memiliki isu terkait perempuan yang masih menjadi perdebatan, apalagi jika diletakkan dalam konsep Islam dan barat. “Perempuan harus menjadi perhatian bersama karena kita menyadari di beberapa negara muslim perempuan masih menduduki posisi yang kurang menggembirakan dan masih banyak doktrin yang mendiskreditkan peran perempuan.”
Berbagai permasalahan tersebut menurut Salmah harus mendapat perhatian besar dari ‘Aisyiyah sebagai organisasi yang sudah mengglobal. “Dalam konteks inilah maka salah satu langkah internasionalisasi ‘Aisyiyah ini harus kita perhatian juga dengan seiring perkembangan dunia digital yang sangat pesat dengan berbagai macam platform yang ada sehingga Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah di Sudan akan semakin eksis dan dinamika perempuan ‘Aisyiyah menjadi bagian yang harus diperhatan PCIA,” terang Salmah.
Lebih lanjut Salmah menjelaskan mengenai misi internasionalisasi Muhammadiyah ‘Aisyiyah yang terbagi dalam beberapa poin, yakni. Pertama, Internasionalisasi pemikiran, faham Islam berkemajuan, dan gerakan. “Misi utamanya adalah kita menyiarkan ke seluruh dunia tentang paham perempuan berkemajuan.” Konsep perempuam berkemajuan ini disebut Salmah memiliki landasan tentang nilai memuliakan laki-laki dan perempuan tanpa diskriminasi. “Dengan internasionalisasi ‘Aiysiyah ini juga gerakan kemanusiaan perlu digiatkan untuk membantu kaum perempuan di negara Islam dan ranah global yang belum mendapatkan posisi yang mulia dan rendahnya pendidikan, kondisi ekonomi, serta layanan kesehatan yang masih perlu diperhatikan,” tegasnya.
Kedua, melakukan gerak aksi yang nyata. Berbagai upaya internasionalisasi ‘Aisyiyah yang dapat dikembangkan di Sudan disebut Salmah adalah dengan lebih menguatkan dan meningkatkan peran sehingga PCIA dapat lebih eksis dan membangun jaringan luas. Kader ‘Aisyiyah diharapkan Salmah dapat berperan aktif di manapun ia berada termasuk di mancanegara.
Ketiga, mengembangkan kerjasama dalam hal pendidikan kesehatan sosial bersama Muhammadiyah yang ini bisa melibatkan Perguruan Tinggi yang ada atau melibatkan berbagai Majelis Lembaga yang ada di Muhammadiyah. Untuk poin ini Salmah menyebut ‘Aisiyah sudah bergerak dengan merintis layanan pendidikan seperti PAUD, TPA, TPQ di Mesir, Australia, dan Sudan.
Keempat, melakukan publikasi internasional dengan melakukan penerjemahan buku ‘Aisyiyah, buku perkaderan, ataupun menerjemahkan fatwa tarjih atau dokumen ideologi yang lain tentang isu perempuan dan anak sehingga bisa tersosialisasikan dengan baik di seluruh dunia. Kelima, melakukan koordinasi dan Kerjasama ke pemangku kepentingan baik di tingkat nasional maupun global. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!