Tingkatkan Pemberdayaan Petani Perempuan, ‘Aisyiyah Launching Balai Belajar Petani Perempuan
Kesenjangan terhadap perempuan di Indonesia masih dirasakan di berbagai sektor termasuk dalam sektor pertanian. Para petani perempuan masih mengalami problem mendasar seperti pengakuan identitas sebagai petani perempuan, kurangnya representasi suara petani perempuan melalui kelompok tani, kesenjangan sistem upah bagi petani perempuan, teknologi pertanian yang tidak ramah perempuan, minimnya akses perempuan pada sumberdaya pertanian, dan sebagainya.
Melihat hal tersebut, ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan muslim berkemajuan melakukan berbagai upaya pemberdayaan bagi para petani perempuan melalui pemberdayaan kelompok tani perempuan, advokasi, dan sekolah tani perempuan. Upaya tersebut diwujudkan secara nyata dengan telah dilaunchingnya Balai Belajar Petani Perempuan dengan tema “Petani Perempuan Merawat Bumi : Menjaga Kedaulatan Pangan” yang digelar oleh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kabupaten Cirebon pada Sabtu (7/3).
Dyah Suminar selaku Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa walaupun mendapat julukan sebagai negara agraris, saat ini bidang pertanian kurang diminati oleh masyarakat oleh karena itu perlu dukungan berbagai pihak untuk memperkuat pertanian Indonesia. “‘Aisyiyah mempunyai jaringan sampai tingkat ranting di desa-desa, kami memiliki kekuatan untuk dapat memberikan pendampingan kepada petani perempuan dan pendampingan ini dapat berkelanjutan jika ada tokoh lokal yang mampu menjadi penggerak dan bersinergi dengan pemerintah desa, pemerintah daerah, beserta pihak-pihak terkait lainnya,” ujar Dyah.
Acara yang juga dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional ini disampaikan oleh Sri Ratna Istiqomah selaku Koordinator MAMPU ‘Aisyiyah Kabupaten Cirebon merupakan upaya ‘Aisyiyah untuk memberdayakan dan memperkuat kelompok tani perempuan. “Balai Belajar Petani Perempuan ini sangat penting sekali untuk diadakan karena teman-teman petani perempuan belum begitu banyak pemahaman tentang pertanian terutama bagaimana menanam yang sehat dan baik, tidak bergantung pada pupuk kimia, juga pemahaman tentang manajemen, administrasi, serta pemasaran hasil tani mereka.”
Menurut Sri Ratna selama ini ‘Aisyiyah sudah melakukan pendampingan kelompok tani perempuan di 3 desa yakni, Desa Kubang, Cirebon Girang, dan Sampiran. Untuk kelompok tani perempuan di Sampiran sendiri ditambahkan oleh Sri Ratna sudah berhasil mendapat SK Kelompok Wanita Tani pada tahun 2019. Ia berharap dengan adanya Balai Belajar Petani Perempuan ini masyarakat ataupun pemerintahan daerah dapat melihat dan memperhitungkan kelompok tani perempuan ‘Aisyiyah. “Ke depannya kami berharap akan dapat semakin meningkatkan kerjasama dengan dinas-dinas terkait lainnya untuk mengembangkan kelompok tani perempuan ini,” ujar Sri Ratna.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Ali Effendi menyampaikan dukungannya atas keseriusan ‘Aisyiyah memmberikan pendampingan kepada kelompok tani perempuan serta pada kegiatan-kegiatan pengelolaan lahan yang diinisiasi oleh ‘Aisyiyah. “Ini sangat penting dan diharapkan bisa dicontoh di desa-desa lainnya di mana rumah yang memiliki lahan kosong dapat dijadikan tempat bercocok tanam sayuran dan buah-buahan untuk dimanfaatkan bagi ekonomi keluarga.”
Lebih lanjut Ali Effendi meminta kepada setiap kepala bidang Dinas Pertanian agar dapat fokus mendampingi kelompok tani perempuan ‘Aisyiyah ini sehingga berhasil dan dapat menjadi contoh bagi kelompok yang lain. Pada acara ini Dinas Pertanian juga melakukan penandatanganan kerjasama dengan ‘Aisyiyah terkait pendampingan pemberdayaan ekonomi di bidang pertanian.
Sekretaris Desa Sampiran, Sugiyanti yang hadir juga menyampaikan sangat mendukung kegiatan pemberdayaan yang sudah dilakukan ‘Aisyiyah MAMPU di Desa Sampiran. “Saya merasa bangga, terharu, dan berterimakasih kepada ‘Aisyiyah MAMPU yang sudah merubah wajah Desa Sampiran dari IDT menjadi desa berkembang dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan di Desa termasuk pemberdayaan petani perempuan ini.” Bentuk dukungan dari Pemerintahan Desa Sampiran juga dibuktikan dengan diberikannya bantuan pembiayaan untuk pembibitan dan pemeliharaan lahan sebesar 20 juta yang berasal dari ADD tahun 2020.
Melalui advokasi yang dilakukan, kelompok tani perempuan ‘Aisyiyah di Desa Sampiran juga sudah mendapatkan dukungan dari pemerintahan desa berupa penyerahan lahan kosong untuk dapat dikelola yang direncanakan nantinya akan dikembangkan menjadi agrowisata dan edukasi. “Butuh kerjasama dengan berbagai pihak dalam pengembangan lahan ini dan akan kami jadikan sebagai pilot project yang nantinya jika sudah mandiri kita akan meluaskan dampingan ke daerah-daerah lain.”
Tri Hastuti Nur Rochimah, selaku Koordinator Program MAMPU ‘Aisyiyah menyampaikan harapannya melalui Balai Belajar Petani Perempuan ini untuk dapat semakin memperkuat dan memberdayakan petani perempuan dan juga mendorong munculnya dukungan yang maksimal dari berbagai pihak termasuk pemerintah. “Dengan adanya kerjasama dari berbagai pihak kami harapkan petani perempuan dapat semakin produktif menambah nilai ekonomi dari hasil pertanian yang dikelola sekaligus dapat menjaga kedaulatan pangan Indonesia.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!