Halimah: Para Pengungsi Itu Tamu Saya dan Tanggung Jawab Saya
“Tanggung jawab kita yang ada memberi kepada yang tidak ada, jangan biasakan untuk meminta-minta tetapi ini tanggung jawab kita, saya anggap yang mengungsi di rumah saya itu sebagai tamu saya, selama mereka masih ada di sini mereka adalah tanggung jawab saya,” tegas Halimah, Ketua Pimpinan Daerah (PDA) Kabupaten Mamuju yang membuka dapur umum setelah bencana gempa melanda Mamuju.
Saat diwawancarai pada Senin (18/1) melalui sambungan telepon, Halimah mengisahkan gempa yang terjadi pukul 02.30 WITA itu terjadi di tengah kondisi hujan deras dan masyarakat tertidur pulas.”Saat saya tersadar barang-barang sudah berjatuhan dan kami lari ke luar masih dalam keadaan hujan.” Di saat itulah tetangga sekitar Halimah berteriak kebingungan karena tidak memiliki kendaraan untuk menjauh dari pantai yang dekat dengan lokasi kami. “Pada saat itu kami semua khawatir akan terjadi tsunami, kebetulan karena di rumah saya ada tiga armada kemudian anak saya kasih naik semua dengan prioritas orang tua dulu jadi saya bawa mereka ke rumah saya yang ada di ketinggian,” ujar Halimah.
Pada saat itu ada kemudian Halimah menampung empat keluarga yang merupakan tetangga sekitarnya. Halimah bersyukur bahwa pada sat itu stok makanan masih tersedia di rumahnya, ia menyebutkan masih ada beras dan mi yang bisa dimasak untuk mengisi perut esok hari. “Pagi harinya saya memasak untuk mereka, tidak lama beberapa yang lain datang, Alhamdulillah rumah saya ini juga menjadi satu-satunya rumah yang waktu itu listriknya bisa menyala, saya juga tidak tahu kenapa, karena itu jadi tempat berkumpul.” Dari situlah Halimah memutuskan untuk membuka dapur umum bagi pengungsi yang membutuhkan.
Sampai saat ini menurut Halimah, ia berupaya melakukan semuanya sendiri tanpa menunggu atau meminta sumbangan karena menurutnya masih banyak tempat lain yang lebih membutuhkan dengan kondisi bantuan yang masih terhambat. Menurut Halimah dirinya tidak meminta-minta bantuan tetapi jika ada yang datang ia akan terima dengan tangan terbuka. “Kita tidak usah bicara dulu, yang penting tindakan nyata kita, tidak usah sibuk cari sumbangan dulu, selama masih ada kita pergunakan yang ada dan saya berprinsip kalau saya makan, mereka juga harus makan,” tegas Halimah.
Halimah percaya, jika niat baik akan selalu ada pertolongan dari Allah. “Saya punya cerita ketika teman anak saya yang sedang di Jakarta meminta bantuan karena orang tuanya belum makan dua hari, kemudian saya buatkan mi, telor ceplok dan nasi lima bungkus, saya mintakan anak saya antar ke sana, alhamdulillahnya setelah anak saya pulang ada yang memberikan ke saya mi lima kardus. Semua itu pertolongan Allah mba, Allah yang menggerakkan hati mereka yang memberi bantuan ke sini,” tutur Halimah.
Halimah bersyukur, semua warga yang mengungsi di lingkungan rumahnya ini juga saling membantu. “Mereka kebanyakan perempuan dan mereka juga bergerak sendiri, mereka memasak, mencuci piring, mereka atur sendiri siapa yang mencuci piring, siapa memasak, siapa buat minum, tidak saya atur tetapi mereka bergerak sendiri.”
Hal paling penting saat ini menurut Halimah adalah perlunya trauma healing bagi para pengungsi yang masih sering merasa ketakutan. Bahkan menurutnya ia bersama para pengungsi mendirikan tenda-tenda di depan rumahnya untuk tempat berlindung dan tidur karena khawatir akan muncul gempa jika berdiam di dalam rumah. Ia berharap gempa ini segera berakhir karena masih muncul gempa-gempa susulan dan juga akan ada bantuan bagi para pengungsi yang sudah kehilangan harta benda mereka. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!