‘Aisyiyah Dorong Peran Perempuan untuk Ketahanan Ekonomi Keluarga
Dalam kondisi pandemi, perempuan juga seperti dituntut memiliki peran yang baru. “Berdasar data kemensos ada 5,9 juta keluarga yang terdampak pandemi, mau tidak mau perempuan sebagai manajer dalam keluarga harus ikut berperan.” Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Laras Windyawati dalam Harmoni Keluarga Seri #28 yang bertema ‘Mengoptimalkan Peran Perempuan untuk Ketahanan Ekonomi Keluarga.’
Dalam acara yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PP ‘Aisyiyah yang bekerjasama dengan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah ini Laras menyebut dalam situasi pandemi, penguatan ekonomi keluarga menjadi suatu kebutuhan. “Keluarga adalah soko guru yang utama, suatu negara akan besar makmur sejahtera jika keluarga yang menjadi struktur yang utama itu kuat dan sejahtera.” Demikian juga peran perempuan untuk ketahanan ekonomi keluarga. Dimana disebut Laras perempuan memiliki peran penting sebagai bentuk penguatan keluarga sakinah.
Pentingnya peran perempuan dalam ketahanan ekonomi keluarga ini sudah menjadi fokus dakwah ‘Aisyiyah sejak awal berdirinya. “‘Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan melakukan banyak hal untuk mengoptimalkan peran perempuan untuk ketahanan ekonomi keluarga, diantaranya melakukan kegiatan seperti edukasi dan pemberdayaan ekonomi,” ujar Laras.
Beberapa kontribusi ‘Aisyiyah dalam meningkatkan perekonomian perempuan adalah seperti mendorong keterlibatan perempuan dalam koperasi dimana saat ini ‘Aisyiyah sudah memiliki koperasi induk yang berlevel nasional, pendirian BUEKA (Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah), pengembangan produk ekonomi perempuan, pendirian SWA (Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah), serta pendirian KUKA (Klinik Usaha Keluarga ‘Aisyiyah). “Disitulah ‘Aisyiyah melakukan edukasi pendidikan kewirausahan supaya ibu-ibu yang mempunyai minat untuk melakukan kegiatan usaha mempunyai ilmu dan bekal juga bisa mengembangkan potensi yang ada di dirinya. Sehingga bisa menjalankan usaha dengan profesional dan menjadi pelaku usaha yang mandiri.”
Selain itu MEK juga menggalakan program GLHA (Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah) untuk meningkatkan peran perempuan dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga dalam memanfaatkan lahan yang ada di lingkungannya. Laras menyebut kegiatan GLHA ini mendapatkan sambutan postif oleh para warga ‘Aisyiyah bahkan hasil dari lumbung hidup di berbagai daerah kemudian bisa untuk menggerakkan program ta’awun sosial di masa pandemi ini. Kemudian ‘Aisyiyah juga melakukan pembinaan bagi para TKI purna untuk dapat menata kehidupan perekonomiannya setelah kembali dari luar negeri. “Pendampingan TKI Purna ini kami lakukan di beberapa daerah terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah yang bertujuan mengadvokasi para mantan pekerja migran agar memiliki usaha yang eksis dan tidak kembali lagi menjadi TKI,” terang Laras.
Keseluruhan gerakan ekonomi ‘Aisyiyah ini disampaikan Laras dilakukan dengan berbasis pengajian, pendekatan kelompok, dan melakukan pendampingan. Tercatat saat ini ‘Aisyiyah memiliki 3475 BUEKA, lebih dari 500 kelompok ketahanan pangan, dan 466 koperasi ‘Aisyiyah.
Potensi perempuan disebut Laras harus terus dikembangkan serta diberikan akses yang setara dengan laki-laki. Ia menyebut bahwa di Indonesia, 65% UMKM dikelola oleh perempuan. Akan tetapi sayangnya inklusi keuangan perempuan, yakni kondisi perempuan bisa mengakses pelayanan atau lembaga keuangan formal masih di bawah laki-laki, begitu pula akses pembiayaan bagi perempuan masih diangka 20%. Padahal hal tersebut penting bagi pengembangan ekonomi perempuan.
Disebut Laras bahwa potensi diri peremuan memiliki dimensi entrepreneurship yakni cerdas untuk mengelola aspek ekonomi sebagai sendi utama suatu bangsa dan umat. Oleh karena itu MEK akan terus melakukan edukasi dan pemberdayaan ekonomi perempuan dengan membangun legalitas usaha, meningkatkan kompetensi UMKM melalui SWA dan KUKA, peningkatan kualitas dan nilai jual produk, go digital dan melek teknologi, serta menumbuhkan dampak sosial bagi masyarakat.
“Tujuan akhirnya adalah semua peran perempuan-perempuan itu baik di ranah domestik maupun di ranah publik adalah untuk mewujudkan keluarga sakinah,” tegas Laras. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!