‘Aisyiyah Terima Penghargaan KemenPPPA di Hari Ibu
Bertepatan dengan perayaan Hari Ibu ke-93 tahun 2021, ‘Aisyiyah menerima penghargaan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Republik Indonesia. Piagam penghargaan Nomor 1126/MEN/KA/2021 tersebut diberikan kepada ‘Aisyiyah sebagai Organisasi Perempuan yang Terlibat dalam Kongres Perempuan I pada 22-25 Desember 1928 dan Hingga Saat Ini Masih Berperan dalam Memajukan Kesejahteraan Perempuan Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan oleh KemenPPPA dalam acara Puncak Peringatan Hari Ibu ke-93 yang dilaksanakan pada Rabu (22/12) bertempat di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, Yogyakarta.
Seperti diketahui, Kongres Perempuan Indonesia Pertama merupakan tonggak pergerakan perempuan untuk berperan dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada masa itu, ‘Aisyiyah bersama tujuh organisasi perempuan Indonesia yang lain menjadi inisiator dan menjadi pembicara dalam Kongres tersebut. Dua tokoh ‘Aisyiyah yakni Siti Munjiyah dan Siti Hayinah terlibat sebagai Comite Congres (Panitia Kongres) dan menyampaikan pandangannya dalam kongres. Siti Munjiyah menyampaikan pidato berjudul “Derajat Perempuan” dan Siti Munjiyah menyampaikan pidatonya berjudul “Persatuan Manusia.” Presiden Soekarno mengenang semangat perempuan dalam pergerakan tersebut dengan menjadikan tanggal 22 Desember menjadi Hari Nasional yakni Hari Ibu.
‘Aisyiyah menerima penghargaan bersama dua organisasi perempuan lain yang terlibat dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama dan masih berdiri hingga saat ini yakni Wanita Taman Siswa dan Wanita Katolik. Penghargaan diberikan langsung oleh Menteri PPPA, Bintang Puspayoga; Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo; dan Linda Amalia Sari Gumelar, mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti ‘Aisyah yang hadir menerima penghargaan menyampaikan bahwa ini merupakan bentuk pengakuan dari pemerintah atas kontribusi ‘Aisyiyah pada kemajuan perempuan Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. “Penghargaan ini adalah pengakuan pemerintah bahwa ‘Aisyiyah sebagai salah satu organisasi perempuan inisiator pergerakan perempuan pertama di Indonesia melalui Kongres Perempuan yang sampai sekarang masih eksis bersama tiga organisasi perempuan lain.”
Pada masa itu berdasarkan sejarah, Siti ‘Aisyah menyebut bahwa perempuan masih banyak terbatas oleh budaya dibatasi geraknya di ruang publik, perempuan masih terpinggirkan. “Kemudian pada 22 Desember 1928 saat itu suara perempuan bersama bersatu meraih kemerdekaan, perempuan bersatu memajukan perempuan, perempuan bersatu mengadvokasi para perempuan lain,” terangnya.
Menurut Siti ‘Aisyah, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh para perempuan Indonesia karena permasalahan yang ada pada kongres perempuan sampai saat ini masih belum terselesaikan. Ia menyebut permasalahan seperti perkawinan anak, pencatatan perkawinan, perceraian yang tercatat, kesempatan pendidikan bagi perempuan masih menjadi belenggu bagi perempuan Indonesia. “‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan muslim berkemajuan, sampai saat ini masih terus aktif dan berkomitmen menyelesaikan permasalahan perempuan Indonesia yang sejak Kongres Perempuan Pertama sudah disuarakan dan masih ada sampai sekarang.”
Menteri PPPA pada saat pembukaan acara menyebut bahwa esensi peringatan Hari Ibu bukan merupakan peringatan untuk mengucapkan terimakasi atas jasa ibu yang memang begitu istimewa bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tetapi lebih dari itu bertujuan mendorong semua pemangku kepentingan dan masyarakat luas untuk memberikan perhatian dan pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan. “Peringatan Hari Ibu sesungguhnya merupakan bentuk apresiasi bagi semua perempuan Indonesia atas peran, dedikasi, dan kontribusinya bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!