‘Aisyiyah Urun Tangan Atasi Stunting di Jember
“Jember menempati kasus stunting tertinggi di Provinsi Jawa Timur, sehingga Aisyiyah mempunyai tugas berat dalam membantu pemerintah mengurangi masalah itu.” Hal tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Daerah (PDA) Kabupaten Jember, Chumaidah dalam pertemuan antar Cabang ‘Aisyiyah di Masjid ar-Ruhama (Padepokan Tapak Suci) Jember, Ahad (12/9/2021).
Chumaidah melanjutkan bahwa Jember menempati peringkat satu dalam beberapa hal seperti stunting, perceraian, dan angka kematian ibu melahirkan, “Ini bukan prestasi yang bisa kita banggakan,” tandasnya.
Tingginya angka stunting di Jember ini membutuhkan peran semua pihak termasuk ‘Aisyiyah untuk urun rembug mengatasinya. Oleh karena itu, pada kegiatan ini ‘Aisyiyah Jember juga mengukuhkan kepengurusan Program Stunting Aisyiyah Jember ditandai dengan penyerahan SK Kepengurusan dari Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Jember, Menik Chumaidah kepada Ketua Majelis Kesehatan PDA Jember, Fitriana Putri.
Fitriana Putri dalam penjelasannya mengenai stunting menjelaskan bahwa stunting itu berbeda dengan gizi buruk. Kalau gizi buruk ditandai dengan badan yang kurus dan perut yang buncit. Akan tetapi stunting lebih kepada pertumbuhan tinggi badan di bawah normal. “Penderita stunting di Kabupaten Jember mencapai lebih kurang 20.000 anak. Kita menempati nomer wahid di Provinsi Jawa Timur, ini sangat memperihatinkan,” katanya.
Dalam pertemuan yang dihadiri 19 dari 23 Pimpinan Cabang Asiyiyah (PCA) yang ada di Kabupaten Jember itu, Fitriana menjelaskan bahwa ‘Aisyiyah akan menggandeng guru-guru TK ABA di seluruh Kabupaten Jember dan melibatkan kader-kader Nasyiatul Aisyiyah yang rata-rata mempunyai anak balita. Para guru TK ABA akan dilibatkan dalam bentuk pendataan jumlah siswa yang menderita stunting di masing-masing lembaga. “Dilanjutkan dengan memberikan pemahaman kepada guru untuk mengawasi bekal yang dibawa peserta didik. Tujuan jangka panjangnya adalah memberikan pemahaman kepada orang tua tentang makanan yang sehat.”
Fitriana juga mendorong agar keluarga dapat kreatif menyajikan asupan makanan bagi anak-anaknya. Ia menjelaskan, anak-anak tidak mau makan nasi bukan berarti tidak mau makan. Karbohidrat pada nasi bisa diganti dengan kentang atau ketela pohon. “Pandai-pandai ibu lah untuk mengolah makanan apalagi untuk anak-anak yang baru belajar makan yaitu usia 6 bulan ke atas. Untuk membantu ibu-ibu yang masih menyusui, buatlah suasana yang menyenangkan dan nyaman. Karena ini berhubungan dengan lancar tidaknya air susu ibu,” jelas Fitriana. (Sumber : pwmu.co, Penulis: Humaiyah, Co-Editor: Nely Izzatul, Editor: Mohammad Nurfatoni)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!