Pembukaan Musywil Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Jawa Tengah Meriah dan Dihadiri Sederet Tokoh Nasional



YOGYAKARTA – “Sekolah-sekolah ‘Aisyiyah di berbagai daerah sudah menapaki pendidikan inklusif untuk semua, pendidikan untuk anak-anak kita yang seharusnya mendapatkan haknya yang merupakan hak dasar bagi warga negara tetapi memang ketersediaan agar semua anak mendapatkan akses pendidikan inklusif ini masih menjadi tantangan tersendiri.” Hal tersebut disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PP ‘Aisyiyah), Tri Hastuti Nur Rochimah dalam kegiatan Miniloka Penyusunan Panduan Pendidikan Inklusif bertema Akses Pendidikan Tanpa Diskriminasi pada Rabu (01/03/23).
Tri menyebutkan bahwa sejak tahun 2009 pemerintah Indonesia sudah menerbitkan Permendiknas No.70 Tahun 2009 yang merupakan sebuah mandat khusus bahwa pendidikan di Indonesia harus inklusif yang dimulai sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Akan tetapi hingga kini menurut Tri masih banyak tantangan dalam menyediakan pendidikan inklusif. “Meskipun demikian setiap warga negara harus memiliki haknya untuk menerima pendidikan, no one left behind,” tegas Tri.
Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah disebut Tri mempunyai kepentingan untuk membuka akses seluas-luasnya bagi anak-anak Indonesia agar terpenuhi hak pendidikannya termasuk membuka akses pendidikan inklusif. “Menjadi penting juga bagi kita untuk membangun model pendidikan inklusif untuk menjadi mainstream di amal usaha kita, mengupayakan bersama agar semua anak-anak kita berada di satu ruang, satu atap untuk mendapatkan pendidkan yang sama.”
Tri juga menyampaikan keprihatinannya karena saat bertugas di berbagai daerah Ia menemukan banyak anak-anak yang berkebutuhan khusus tetapi belum dapat pendidikan yang layak. Salah salah satunya menurut Tri adalah kendala SDM yang belum dilatih khusus untuk mengawal anak-anak berkebutuhan khusus agar mendapatkan hak yang sama atas pendidikan.
Miniloka ini disebut Tri menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan modul pendidikan inklusif. “Semoga langkah kita ini akan sustain sehingga ‘Aisyiyah akan menjadi model rujukan proses pembelajaran yang inklusif untuk semua sehingga pertemuan pada siang hari ini penting dan signifikan bagi kita semua,” terang Tri.
Fitniwilis, Ketua Majelis PAUD dan Pendidikan Dasar Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menyebut bahwa pendidikan inklusi adalah suatu hal yang sudah tidak bisa ditunda lagi. “Kalau kita mengacu pada Permendiknas, artinya semua anak Indonesia dari sisi pendidikan inklusi semuanya bisa diberikan pendidikan berdasarkan kelebihannya, oleh karena itu mereka harus disatukan pendidikannya dengan anak yang lain,” terang Fitni. Penyatuan pendidikan bagi semua ini menurut Fitni penting untuk membangun pendidikan sosial bagi anak-anak. “Yang selama ini dijalankan di Indonesia adalah pendidikan tepisah, seperti kita ketahui saat ini pendidikan SLB. Kalau dia terpisah secara sosial mereka tidak mendapatkan pendidikan yang layak, tidak mendapatkan pendidikan sosial yang baik, pendidikan inklusi itu menyatukan semuanya.” Akan tetapi Fitni juga mengakui bahwa tentu saja ada tantangan yang luar biasa untuk membangun kesiapan sarana prasarana serta kesiapan para guru.
Lebih lanjut, Fitni menyampaikan bahwa pada periode sebelumnya Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah sudah mulai melakukan penyusunan panduan pendidikan inklusif dan akan dilanjutkan pada periode ini. “Di tingkat PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah kita akan membuat panduan dan akan ada pelatihan untuk guru-guru kita untuk mendampingi anak-anak di kelas atau sekolah inklusi.”
Fitni berharap melalui pertemuan ini akan semakin menguatkan pengembangan panduan pendidikan inklusi yang bisa dilakukan oleh ‘Aisyiyah.”Kita bisa memberi akses pendiikan kepada semua anak tanpa diskriminasi, karena semua anak Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu.”
Kis Rahayu, Pegiat PAUD yang juga merupakan pimpinan PAUD ‘Aisyiyah Nur’aini menyampaikan bahwa PAUD ‘Aisyiyah/TK ‘Aisyiyah sebagian besar sudah menerima anak-anak berkebutuhan khusus akan tetapi memang kebanyakan belum berani mendeklarasikan diri sebagai PAUD Inklusi. Hal ini dikarenakan pengelola PAUD/TK ‘Aisyiyah merasa belum memiliki instrumen maupun sarana prasarana yang memadai untuk menjadi sebuah sekolah inklusi. Padahal menurutnya banyak peluang pendidikan inklusi ini salah satunya adalah banyaknya kebutuhan dari masyarakat. Oleh karena itu Kis mengharapkan peran ‘Aisyiyah dalam mendorong layanan pendidikan inklusi ini. Salah satunya adalah melalui penyusunan panduan atau modul pelaksanaan pendidikan inklusi ini. Kemudian melakukan sosialisasi pentingnya pendidikan inklusi bagi sekolah-sekolah ‘Aisyiyah.
Selain itu ‘Aisyiyah juga perlu menyelenggarakan pelatihan atau bimtek tentang pendidikan inklusi, merintis sekolah model inklusi sebagai sekolah contoh, bekerjasama dengan berbagai pihak dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi, serta mengusulkan kepada Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah untuk membuka program studi pendidikan khusus. “Semoga kita bisa mewujudkan bersama sehingga sekolah ‘Aisyiyah betul bisa menjadi sekolah berkemajuan,” tandasnya.
Nuwuningsih, Kepala Sekolah PAUD Srawung Bocah menyampaikan bahwa untuk dapat mengelola PAUD Inklusi terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan. Hal utama yang diperlukan menurutnya adalah kesiapan siswa, orang tua, kepala sekolah, pendidik, serta tenaga kependidikan. Kemudian dilanjutkan dengan peran perguruan tinggi, psikolog, dokter, ataupun terapis, serta guru pembimbing khusus.
Terkait kompetensi guru, Nuwu menyebutkan bahwa menjadi guru dengan jiwa pembelajar disebut Nuwu sangat diperlukan di sekolah inklusi. Berdasarkan pengalamannya, PAUD Srawung Bocah mengembangkan tenaga pedidik melalui laku, ngilmu itu laku atau sambil berjalan. Karena banyak pembelajaran baru yang tidak muncul di text book melainkan dari pengamatan dan interaksi dengan para murid. “Guru-guru kami hampir semua fresh graduate jadi kami membangun semua secara simultan mulai dari sarana prasarana hingga guru-gurunya kami kuatkan di capacity building untuk peningkatan kapasitas.”
Para guru disebut Nuwu juga harus mempunyai kemampuan mengkomunikasikan kepada murid yang lain kenapa temannya ada yang berkemampuan berbeda. Termasuk pada awal tahun baru Nuwu juga mengharuskan adanya pijakan awal untuk mengenalkan kepada anak-anak bahwa ada teman-teman yang berkebutuhan khusus. “Biar anak-anak paham dan muncul sifat saling menghargai,” terangnya.
Selain itu ia juga mengajak para pegiat PAUD untuk dapat juga memperhatikan anak-anak yang disebutnya ada di posisi tengah yang tidak kekurangan juga tidak kelebihan. Karena menurutnya setiap anak memiliki persoalannya sendiri. “Sisi tengah tidak bisa diabaikan begitu saja karena juga memiliki persoalan sendiri. Kami perhatikan anak-anak, bukan yang lebih atau yang kurang juga punya permasalahan tersendiri yang cukup besar misalkan karena kesalahan pengasuhan dan memiliki kecemasan yang berlebihan.”
Nuwu mengajak semua pihak dapat berkontribusi untuk meluaskan pendidikan inklusi ini. “Jika ada pertanyaan pendidikan inklusi itu tanggung jawab siapa? Siapapun kita, apakah kita sebagai masyarakat, kita sebagai guru, kita sebagai PP ‘Aisyiyah, siapapun kita, kita tidak perlu berbicara pemerintah tapi mulai dari diri kita, apa yang bisa kita lakukan walau hanya tahu sedikit maka sampaikan apa itu pendidikan inklusi.”
Ceria Hermina, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin mengamini bahwa masi banyak tantangan yang harus dijawab untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi secara menyeluruh di Indonesia. Sebagai praktisi pendidikan dan juga seorang psikolog Ia juga mendorong teman-teman di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin untuk dapat konsen mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus terutama di sekolah-sekolah Muhammadiyah ‘Aisyiyah di Banjarmasin.
“Kami mendampingi sekolah-sekolah termasuk SD dan TK ‘Aisyiyah yang jika guru mendeteksi dini ada anak dengan kebutuhan khusus maka dapat langsung mengkontak kita dan kita akan hadir atau anak bersama orangtua dapat hadir di lab kita untuk kita tegakkan diagnosanya.”
Tegaknya diagnosa mengenai kondisi kebutuhan khusus seorang anak diperlukan agar orang tua dapat mengetahui tindakan atau pengobatan atau pendidikan seperti apa yang terbaik bagi anak. Akan tetapi Ceria mengakui hingga kini pihaknya masih kesulitan untuk dapat merekomendasikan anak ke sekolah inklusi. “Kami kebigungan harus merekomendasikan ke sekolah mana, harapan besar kami selama bertahun-tahun bahwa ketika sudah terdiagnosa itu kami tidak lagi kesulitan merujuk anak ke sekolah inklusi.”
Selain itu Ceria juga mendorong optimalisasi peran keluarga dan pendidik untuk motivasi tumbuh kembang anak dengan kebutuhan khusus. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk dapat sepenuh hati menerima dan mendukung anak dengan kebutuhan khusus. Penting bagi orangtua menerima tanpa syarat anaknya, mengadakAn stimulasi dan memahami perkembangan dan perangai anaknya.
“Orang tua diharapkan dapat memahami tumbuh kembang anak adalah agar anak tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin baik dari sisi fisik, mental dan sosial dengan deteksi dini setiap kelainan tumbuh kembang dapat diketahui agar dapat melakukan penanganan yang efektif dan komprehensif serta melakukan langkah pencegahan penyimpangan tumbuh kembang,” terang Ceria. (Suri)

JAKARTA – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PP ‘Aisyiyah) terima hibah buku dengan tema kesehatan dari The Asia Foundation. Serah terima sejumlah 3328 buku ini berlangsung di Kantor PP ‘Aisyiyah, Menteng, Jakarta yang dihadiri oleh Country Representative The Asia Foundation, Hana Satriyo dan diterima oleh Ketua PP ‘Aisyiyah, Masyitoh Chusnan; Bendahara PP ‘Aisyiyah, Rita Pranawati; serta perwakilan Majelis-Majelis di PP ‘Aisyiyah.
Masyitoh Chusnan menjelaskan hibah medical book ini merupakan kelanjutan perbincangan antara The Asia Foundation dengan Ketua Umum PP ‘Aisyiyah periode 2015-2022, Siti Noordjannah Djohantini. “Setelah mengurus berbagai perijinan buku ini baru tiba hari ini. Karena ‘Aisyiyah memiliki banyak Universitas maupun Perguruan Tinggi berbasis wawasan kesehatan maka buku ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan di Universitas-Universitas ‘Aisyiyah,” terang Masyitoh.
Hana Satriyo menjelaskan bahwa hibah buku ini merupakan salah satu program Book For Asia yang dilakukan The Asia Foundation. Buku-buku yang terkumpul merupakan pemberian dari berbagai penerbit yang bekerjasama dengan The Asia Foundation, salah satunya buku-buku medis dari penerbit Elsevier.
‘Aisyiyah sendiri sudah menjalin kerjasama dengan The Asia Foundation sejak tahun 1960an. Hibah ini disebut Rita merupakan awal dari kerjasama lebih lanjut ‘Aisyiyah dengan The Asia Foundation untuk penguatan gerakan literasi.
“Kedepannya Insya Allah akan berlanjut kerjasama ini karena The Asia Foundation sedang menguatkan gerakan literasi dan mempunyai buku dalam beragam bahasa baik bahasa Inggris, Indonesia, Sunda, Batak, Jawa dll dengan jumlah lebih dari 9000 buku yang Insya Allah akan ada kerjasama dengan Majelis Dikdasmen untuk menguatkan literasi masyarakat terutama para anak didik.”
Penguatan literasi bagi generasi muda menurut Rita harus terus digenjot agar generasi muda mempunyai critical thinking yang bagus dan pemahaman atas fakta yang baik. Dengan literasi yang baik diharapkan agar anak-anak terbiasa berpikir logis sehingga lebih arif dan bijaksana dalam menerima informasi di era digital. (Suri)

HATAYA, TURKI – Setelah berakhirnya penugasan 23 personil EMT Muhammadiyah menjadi bagian dari Indonesia Emergency Medical Team (INA – EMT) Misi Kemanusiaan RI untuk Turki, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menghibahkan seluruh perlengkapan Rumah Sakit Lapangan senilai 2,5 Milyar lebih kepada Kementrian Kesehatan Turki. Proses hibah ini dilakuan dalam satu paket hibah Rumah Sakit Lapangan Indonesia pada hari senin (27/2) yang diserahkan oleh Duta Besar RI untuk Turki Dr Lalu Muhammad Iqbal kepada Arif Çetin dari Hubungan Internasional Kesehatan – Kementerian Kesehatan Türkiye. Dari Muhammadiyah diwakili oleh Abdoel Malik dan dr Corona Rintawan SpEM disaksikan seluruh anggota EMT Muhammadiyah yang bertugas di Hataya – Turki.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui dr Agus Taufiqurrahman, SpS MKes memandang bahwa gempa bumi yang menelan korban meninggal sebanyak 43.556 jiwa, meruntuhkan lebih dari 6.000 apartemen dan 150.000 tempat komersial lainnya sangatlah memerlukan penanganan yang berkelanjutan. Berakhirnya misi pelayanan Kesehatan oleh pemerintah RI bersama anggota EMT Muhammadiyah pada tanggal 27 Februari 2023 tentu masih memerlukan penanganan lebih lanjut dengan sumberdaya yang sangat besar dan berupa perangkat yang aman menghadapi ancaman gempa susulan. Terlaporkan bahwa gempa susulan yang terus terjadi hingga tercatat 3.930 kali sejak gempa pertama terjadi pada 6 Februari 2023.
Sementara itu Lalu Muhamad Iqbal, Dubes RI untuk Turki menjelaskan rencana alih Kelola rumah sakit lapangan tersebut. “Petugas dan dokter Ina-EMT memang akan mengakhiri misi medis kedaruratannya secara resmi pada tanggal 27 Februari 2023. Namun seluruh rumah sakit lapangan akan dihibahkan kepada Kementerian Kesehatan Turki yang akan melanjutkan operasi dengan petugas dan dokter Turki sendiri hingga 3 bulan ke depan”, ujarnya.
Keputusan untuk menghibahkan perlengkapan yang cukup besar nilainya ini dilakukan setelah melakukan diskusi, kajian dan koordinasi dengan berbagai pihak baik komandan tim EMT, Dubes RI untuk Turki, Kementrian Kesehatan Turki maupun hasil konsultasi tim EMT Muhammadiyah dengan perwakilan warga penyintas gempa bumi turki. “Ketulusan Muhammadiyah untuk hadir luar biasa” kata Lalu Muhammad Iqbal. “Kita akan tinggalkan ini sebagai legacy kita kepada bangsa turki yang setiap kita membutuhkan selalu datang paling awal” lanjut Dubes RI yang terus berkomunikasi dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah sejak awal persiapan bantuan kemanusiaan di Turki ini.
Komplek Rumah Sakit Lapangan Indonesia yang dihibahkan terdiri dari 18 tenda pelayanan kesehatan dari EMT Muhammadiyah, PMI, dan Kementerian Kesehatan serta sekitar 11 tenda pendukung ukuran besar milik BNPB, Kementerian Kesehatan, Polri , TNI dan ada juga ada 3 buah tenda dormitory dari EMT Muhammadiyah. Selain tenda perlengkapan, dihibahkan juga alat – alat kesehatan untuk pelayanan keehatan di masa darurat gempa bumi yang masih memerlukan waktu yang cukup lama.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dr Agus Tufiqurrahman mengucapkan terimakasih kepada pemerintah Republik Indonesia, dari Kementrian Kesehatan, Kementrian Luar Negeri, BNPB, Bapak Menko PMK, Dubes RI untuk Turki, juga TNI dan Polri yang terus berkomunikasi dengan PP Muhammadiyah sehingga bisa menyiapkan kebutuhan dan keluarga besar relawan Muhammadiyah bisa terlibat dalam EMT Indonesia ini.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui MDMC yang mengelola keberadaan EMT Muhammadiyah, LAZISMU dan Majelis/Lembaga terkait akan terus mendukung program yang bisa dilakukan untuk kelanjutan bantuan kemanusiaan pasca gempa bumi Turki, termasuk melalui Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah/Aisyiyah Turki. (Arif Nur Kholis – Sekretaris MDMC PP Muhammadiyah)


YOGYAKARTA – Pemilu 2024 harus memberi akses bagi semua untuk berpartisipasi dalam pemilihan, termasuk untuk warga negara yang memiliki kebutuhan khusus (disabilitas), lansia, dan juga masyarakat yang lokasinya jauh dari TPS. Akses TPS harus terjangkau dan didekatkan kepada para pemilih. Hal tersebut menjadi pesan yang disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PP ‘Aisyiyah), Tri Hastuti Nur Rochimah pada saat menerima KPU dan Bawaslu Sleman beserta PPK Gamping untuk melakukan Pencocokan dan Penelitian (Coklit) data pemilih pada Kamis (23/2/23).
“Harus diperhatikan dengan seksama bagaimana menjangkau teman-teman yang disable yang memiliki kebutuhan khusus tadi, bagaimana menjangkau mereka agar mereka bisa menggunakan hak pilihnya,” terang Tri.
Hal ini disambut baik oleh Trapsi Haryadi, Ketua KPU Kabupaten Sleman dengan menyebutkan bahwa melalui Coklit yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) ini diharapkan dapat mendata dengan lebih detil kondisi setiap calon pemilih termasuk kondisi seperti disabilitas maupun lansia. Sehingga dari data yang terkumpul tadi panitia pemilihan akan mampu merancang berbagai strategi untuk memudahkan para pemilih.
Noor Aan Muhlishoh, Kadiv Teknis Penyelenggaraan KPU Kabupaten Sleman juga mengamini pernyataan tersebut dengan menyampaikan bahwa dalam PPK telah dibekali dengan formulir untuk mendata kondisi para pemilih dan para petugas diharapkan dapat secara teliti melengkapi data tersebut.
Lebih lanjut, Tri juga menyampaikan harapannya seluruh masyarakat dapat mendukung pelaksanaan Pemilu 2024 dan juga menggaungkan Pemilu damai, penuh persaudaraan. “Jangan sampai pemilu mengkotak-kotakkan kita karena perbedaan pilihan, jangan mempertajam perbedaan karena identitas pilihan, hati-hati dengan hoaks yang memecah belah kita,”tegas Tri. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini juga berharap agar seluruh masyarakat mencurahkan perhatiannya untuk memilih pemimpin yang terbaik, baik legislatif, eksekutif maupun DPD. Harapannya kita semua menyandarkan pilihan dan memilih pemimpin yang memiliki kepedulian dan keberpihakan pada kepentingan masyarakat,” ungkap Tri
Turut hadir dalam kesempatan ini adalah Adnan Nur Cahyo, Panwascam Gamping; Mualif, Ketua PPK Gamping; beserta tim. (Suri)

YOGYAKARTA – “Muhammadiyah ‘Aisyiyah Yogyakarta menjadi jendela yang merepresentasikan dinamika Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah. Banyak bukti-bukti peradaban yang telah ditinggalkan Muhammadiyah ‘Aisyiyah yang ini terus dirawat.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti ‘Aisyah dalam Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Ke-13 dan ‘Aisyiyah Ke-12 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Sabtu (18/2).
Fakta sejarah ini menurut Siti ‘Aisyah menjadikan ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah Yogyakarta memiliki peran startegis. Lebih lanjut ‘Aisyah menyebut beberapa contoh amal usaha yang berdiri di ‘Aisyiyah DIY seperti Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah pada tahun 1919 hingga kini berkembang dengan baik di Kauman. Demikian juga mushala ‘Aisyiyah di Kauman yang pada 2022 sudah berusia satu abad.
DIY ini TK ‘Aisiyah bersama PAUDnya sekarang sudah berjumlah 1026. Oleh karena itu ‘Aisyah menyatakan keyakinannya bahwa kemajuan dan keberhasilan yang telah ditorehkan dalam sejarah sosial dan peran kebangsaan ‘Aisyiyah Muhammadiyah ini akan terus menorehkan kemajuan. “Insya Allah lembaga pendidikan yang dikelola ‘Aisyiyah sejak TK dan Perguruan Tinggi, dengan integrasi ilmu pengetahuan dan ilmu itu telah ditanamkan, Insya Allah akan membentuk kemajuan peradaban umat Islam.”
Lebih lanjut, Siti ‘Aisyah menyampaikan harapannya melalui Musywil kali ini untuk dapat merumuskan program lima tahun ke depan dan melanjutkan peradaban yang sudah ditorehkan dan akan mengukir kperadaban baru. “Musywil ini memiliki makna penting, bukan hanya kewajiban institusional organisasi namun menggambarkan dinamika persyarikatan Muhammadiyah ‘Aisyiyah sebagai momentum keberlanjutan perjuangan dan dakwah di berbagai bidang kehidupan.”
Ketua PP Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman menyampaikan bahwa Muhammadiyah hadir di Yogya dan bagaimana menjadi pusatnya Muhammadiyah. “Maka tentu ini harus terus dijadikan spirit kita, Muhammadiiyah harus terus dapat menginspirasi perkembangan persyarikatan di tempat lain,” tegas Agus Taufiq.
Ia melanjutkan, bahwa agar dapat menginspirasi tempat lain, salah satu jalan yang harus ditempuh adalah agar seluruh yang dimiliki persyarikatan Muhammadiyah di Yogyakarta harus menjadi pusat kemajuan. Ia juga mendorong agar Muhammadiyah ‘Aisyiyah Yogyakarta terus mengembangkan semangat untuk mendirikan lebih banyak amal usaha. “Semoga dengan Musywil ini betul-betul Yogya semakin banyak pusat-pusat keunggulan yang bisa dicontoh,” ujarnya.
Acara yang berlangsung di Gedung Siti Bariyah Lantai 1 ini dihadiri juga oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr H Agus Taufiqurrahman, SpS., MKes, Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ir Ahmad Syauqi Suratno, MM, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, Drs H Gita Danu Pranata, SE., MM, Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah DIY, Hj Siti, Zulaihah, Kapolda DIY, Irjen Pol Suwondo Nainggolan, SIK., MH, Bupati Sleman periode 2010-2015 dan 2016-2021, Drs H Sri Purnomo, MSi, Kepala Biro Bina Mental Spiritual Setda DIY, Djarot Margiyantoro, STP., MSc, Anggota DPD RI, Drs H Afnan Hadikusumo, Rektor UNISA Yogyakarta, Warsiti SKp., MKep., SpMat, Rektor UAD Yogyakarta, Dr H Muchlas Arkanuddin, MT, Sesepuh Muhammadiyah sekaligus Dewan Redaksi Suara Muhammadiyah, HM Muchlas Abror, Prof Hyung Jun Kim, Guru Besar Antropologi Kangwon National University Korea Selatan. (Suri)

JAYAPURA – Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Papua menyelenggarakan Musyawarah Wilayah ke-8 pada Sabtu (18/2/23). Acara yang berlangsung di Aula Balai Penjaminan Mutu Pendidikan/BPMP Kotaraja, Jayapura ini dibuka oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir dengan penabuhan tifa.
Hadir pula pada kesempatan ini Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Atiyatul Ulya, Sekretaris PP Muhammadiyah M. Sayuti, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Papua Subhan Hafid Massa, Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Papua, Wahyu Widayati, beserta masing-masing jajaran dan anggota, peserta, peninjau, penggembira Muswil dari unsur Amal Usaha Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, Organisasi Otonom dan mitra undangan. Turut hadir pula jajaran Pemerintah Daerah diwakili oleh Plh. Gubernur Papua, jajaran FORKOPIMDA Papua, Kepala Kemenag Kota Jayapura.
Dalam amanatnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan agar Musywil Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah menjadi forum yang membawa kemajuan di bumi Papua. “Diharapkan juga agar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah menebar Islam yang Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi alam semesta) atau kebaikan bagi masyarakat luas,’’ ujar Haedar.
Haedar juga mengharapkan Muhammadiyah menebar Islam yang damai dan moderasi yang membawa kemajuan. Haedar berpesan bahwa peran kemasyarakatan kebangsaan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah harus terus ditingkatkan.
Sekretaris PP ‘Aisyiyah, Atiyatul Ulya pada acara pembukaan menyampaikan bahwa acara Musywil ‘Aisyiyah ke-8 Papua ini luar biasa karena bertepatan dengan Milad ‘Aisyiyah ke 109H atau 27 Rajab 1444H. Moment yang luar biasa ini karena Milad juga mensyiarkan Musyawarah Wilayah. Keduanya terangkai menjadi komitmen ‘Aisyiyah dalam mendinamisasi gerakannya yang semakin baik, unggul dan meluas dalam membangun dan mencerahkan kehidupan umat, bangsa dan kemanusiaan semesta.
Ketua PWA Papua, Dra. Wahyu Widayati, pada acara serah terima jabatan kepada pejabat baru menyampaikan agar semua keberhasilan ‘Aisyiyah Papua pada periode yang lalu menjadi tolok ukur dalam penyelenggaraan kegiatan sehingga ‘Aisyiyah Papua dapat bersemangat dengan kekuatan 3x lebih cepat sebagaimana arahan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah pada Muktamar ‘Aisyiyah ke-48 di Solo. Oleh karenanya mengambil ‘Aisyiyah Papua mengambil tema “Perempuan Berkemajuan Membangun dan Mencerahkan Papua. Wahyu juga berpesan kepada seluruh PDA, PCA yang hadir agar tetap bersemangat dalam berdakwah di daerah sehingga ‘Aisyiyah terus bergerak berkemajuan. Kepada Ketua yang baru Wahyu menyampaikan untuk menjadi pemimpin ‘Aisyiyah yang visioner agar gerak ‘Aisyiyah lebih meningkat dan mencerahkan.
Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Papua yang baru Atira Maddu dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada pengurus ‘Aisyiyah Papua periode 2015-2022 atas kinerja dan hasil kerja yang baik dan berharap agar semua anggota ‘Aisyiyah tetap bersinergi dan mencerahkan ‘Aisyiyah di Papua.
Penutupan Muswil dilaksanakan dengan pembacaan hasil Musyawarah Wilayah ke-8 ‘Aisyiyah Papua yang dirangkai dengan sambutan Ketua PWA yang lama dan Ketua PWA Papua terpilih serta sambutan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah sekaligus menutup Musyawarah Wilayah ke-8 ‘Aisyiyah Papua (Purwi Lestari/Suri)

YOGYAKARTA – Musywil (Musyawarah Wilayah) dan Musyda (Musyawarah Daerah) merupakan mandat dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah. Bahwa setelah dilaksanakan Muktamar, maka Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah harus melaksanakan Musywil dan Musyda. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah dalam ‘Aisyiyah Talk #1 Sukses Musywil dan Musyda ‘Aisyiyah, pada Senin (20/2/23).
Musywil dan Musyda sendiri disebut Tri merupakan musyawarah tertinggi di tingkat Wilayah dan Daerah. “Musywil dan Musyda adalah juga merupakan mandat organisasi untuk menjaga keberlangsungan atau sustainability kepemimpinan dan organisasi,” terang Tri.
Berbicara mengenai kegiatan apa saja yang dilangsungkan dalam Musywil dan Musyda, Tri menyebutkan bahwa ada beberapa agenda yang harus dilaksanakan. “Pertama, laporan pertanggung jawaban atau pelaksanaan program kerja, kemudian manetapkan calon pimpinan, kemudian menyusun program kerja untuk lima tahun mendatang, menyusun isu-isu strategis, dan menyusun rekomendasi untuk para pihak.”
Ummul Baroroh, Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Tengah menyebut pihaknya telah bersiap melaksankaan Musywil pada awal tanggal 3-5 Maret 2023 mendatang. Jawa Tengah menurut Ummul selalu menunjuk Pimpinan Daerah secara bergantian untuk menjadi panitia dalam perhelatan besar seperti Musywil. Untuk tahun ini ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah Jawa Tengah melaksanakan Musywil di Kota Tegal.
Ummul menyebut bahwa Jawa Tengah belajar banyak dari pelaksanaan Muktamar ke-48 lalu yang sukses dan bersih. “Meskipun Musywil kami tidak mengundang pengembira tetapi tampaknya ibu-ibu di Jawa Tengah banyak yang akan ikut pembukaan di Kota Tegal yakni di GOR Kota Tegal kami mengantisipasi agar lokasi tetap bersih,” terang Ummul
Untuk mendukung kebersihan lokasi Musywil tersebut Ummul menyebut aada pantia khusus kebersihan melalui GNPS (Gerakan Nasional Pedulii.Sampah) yang panitianya dari HW dan TS Kota Tegal yg mengelola sampah di GOR.
Sementara itu, Marlina Gazali, Ketua PWA Sulawesi Tenggara menyampaikan ‘Aisyiyah Sulawesi Tenggara juga tengah mempersiapkan pelaksanaan Musywil yang akan dilangsungkan satu bulan lagi. “Sekalipun waktunya masih satu bulan ke depan, Alhamdulillah peserta dari daerah sudah mengirimkan mandat data anggota musywil baik itu ketua maupun sekretaris, PDA maupun PCA yang sudah mendapaatkan pengesahan PWA.” Terang Marlina.
Lebih lanjut, Tri menekankan pentingnya salah satu agenda yang ada di dalam Musywil dan Musyda yakni penyusunan program kerja. Muktamar ke-48 disebut Tri telah menghasilkan dokumen salah satunya program kerja yang sudah ditanfidzkan yakni program umum dan program bidang, Risalah Perempuan Berkemajuan (RPB), dan isu strategis. “Program inilah yang kemudian menjadi acuan atau refernsi PWA PDA dalam menyusun program di wilayah dan daerahnya masing-masing.”
Tri sangat menekankan agar Wilayah dan Daerah dapat secara responsif menangkap isu atau permasalahan yang ada di tempatnya masing-masing sehingga program kerja yang sudah disusun oleh Pimpinan Pusat dapat dikontekstualisasikan sesuai problem yang ada di masing-masing Wilayah dan Daerah. Sehingga dengan demikian diharapkan gerak ‘Aisyiyah di setiap wilayah dan daerah dapat menjawab tantangan atau permasalahan yang ada yang tentunya berbeda disetiap lokasi.
Demikian juga terkait Isu-Isu Strategis yang sudah ditetapkan dalam Muktamar ke-48. Isu strategis disebut Tri adalah isu yang harus menjadi perhatian banyak pihak termasuk ‘Aisyiyah. Akan tetapi Tri meminta para pimpinan di Wilayah dan Daerah dapat melihat secara jeli isu-isu apa saja yang menjadi prioritas di lokasi masing-masing dan dapat mengkontekskan isu strategis dengan isu program. (Suri)


Jl. KH. Ahmad Dahlan Nomor 32, 55161, Yogyakarta
Telp/Fax: 0274-562171 | 0274-540009
Jl. Menteng Raya No. 62, 10340, Jakarta Pusat
Telp/Faks: 021-3918318
Jl. Gandaria I/1, Kebayoran Baru, 12140, Jakarta Selatan
Telp/Faks: 021-7260492
ppaisyiyah[at]aisyiyah.or.id
