Retno Marsudi : Tiga Pondasi Penting Perkuat Peran Perempuan
“Perempuan dapat menjadi agen perdamaian dan toleransi, peningkatkan peran perempuan dalam isu peace and security, perdamaian dan keamanan saat ini menjadi salah satu prioritas politik luar negeri Indonesia dan Indonesia sangat aktif dalam isu women, peace, and security. Indonesia juga sangat aktif memperjuangkan hak-hak perempuan termasuk akses pendidikan bagi kaum perempuan.” Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi saat menyampaikan keynote speech-nya dalam kegiatan Tasyakur Milad ke-105 ‘Aisyiyah dan Halal Bihalal pada Kamis (19/5/2022).
Perempuan, walaupun menjadi pihak yang sangat terdampak dari berbagai persoalan yang ada menurut Retno tetap memiliki nilai keunggulan yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Keunggulan tersebut dapat menempatkan posisi perempuan sebagai agen perubahan serta agen pembangunan.
Dalam acara yang diikuti oleh lebih dari seribu undangan tersebut Retno menyampaikan tiga pondasi yang harus dipersiapkan untuk dapat memperkuat posisi perempuan sebagai agen perubahan pembangunan, agen perdamaian, maupun agen toleransi.
Pertama, menguatkan pendidikan. “Dalam hal ini Muhammadiyah ‘Aisyiyah memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan pendidikan. Pendidikan tidak hanya memperbaiki kualitas individu melainkan juga kualitas masyarakat, inilah awal terciptanya suatu bangsa yang beradab.” Retno menyampaikan bahwa Ilmu pengetahuan dapat membuka cakrawala perempuan dalam berbagai bidang.
Beberapa data di Indonesia menunjukkan betapa jumlah perempuan yang meraih pendidikan sedikit lebih unggul jika dibandingkan laki-laki. “Data BPS pada tahun 2021 98% perempuan berhasil menyelesaikan pendidikan dasar, sedikit lebih tinggi dari laki-laki yang berjumlah 97%. Kemudian sepuluh dari 100 perempuan juga telah menamatkan perguruan tinggi. Hal ini tidak lepas dari kontribusi dan peran lembaga pendidikan, organisasi masyarakat seperti ‘Aisyiyah dan saya snagat mengapresiasi ‘Aisyiyah yang sejak didirikan lebih dari satu abad yang lalu telah secara konsisten mendorong akses pendidikan formal dan nonformal bagi masyarakat Indonesia.”
Kedua, komitmen. Keterwakilan perempuan di berbagai organisasi serta sektor eksekutif, legislatif, dan yudikatif penting untuk di dorong. “Perlu setidaknya keterwakilan 30% perempuan untuk dapat mempengaruhi suatu kebijakan. Rendahnya keterwakilan perempuan tentu akan mempengaruhi perannya dalam melahirkan kebijakan yang responsif pada isu gender ini adalah tantangan yang masih dihadapi seluruh dunia.”
Ketiga, sosial kemasyarakatan. “Berkaca pada diri saya sendiri, sulit rasanya sampai pada posisi sekarang ini tanpa dukungan dari keluarga. Mengembangkan sebuah kemitraan yang baik dengan kaum laki-laki penting sekali sehingga dapat tercipta sebuah enabling environmnet yang mampu mendukung kemajuan kaum perempuan,” ujar Retno. Dalam Milad ke-105th ini, Retno berharap ‘Aisyiyah akan semakin terus menguatkan kiprahnya dalam mengemban misi mengangkat harkat dan martabat perempuan Indonesia. (Suri)