GLHA, Potensi ‘Aisyiyah bagi Ketahanan dan Kedaulatan Pangan
“Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah adalah bagian dari upaya ‘Aisyiyah yang digerakkan ibu-ibu sekalian dalam menjawab isu global yakni kelangkaan pangan.” Hal tersebut disampaikan oleh Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK), Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Dyah Suminar dalam Webinar Nasional ‘Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.’ Kegiatan yang dilaksanakan secara daring pada Sabtu (9/4/2022) ini diikuti oleh seluruh Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah MEK seluruh Indonesia.
Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah (GLHA) merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatan pekarangan yang dikelola oleh keluarga atau kelompok masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya lahan yang tersedia dilingkungannya. Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah diharapkan mampu memberikan kontribusi ketersediaan pangan secara mandiri baik dimasa Pandemi COVID-19 , maupun pada saat situasi aman untuk mengantisipasi masalah kelangkaan pangan yang menjadi isu global.
Dyah menyampaikan bahwa gerakan inilah yang diluaskan di daerah masing-masing dan akan membuat sebuah ciri khas kegiatan ‘Aisyiyah. “Ciri khas ini bisa terlihat dari rumah ibu-ibu ‘Aisyiyah, dari lingkungan tempat tinggal, kantor, juga amal usaha ‘Aisyiyah. Ini semangat yang harus kita bangun untuk dapat memanfatkan lahan pekarangan secara optimal, secara berkelompok, teroganisir, dan membuahkan hasil untuk menjawab isu global kelangkaan pangan dan isu kekurangan oksigen dan udara bersih,” terang Dyah.
Lebih lanjut Dyah menyebut bahwa berdasarkan data per Maret 2022 GLHA sudah ada di 428 titik yang dilakukan oleh ibu-ibu ‘Aisyiyah di berbagai lokasi secara mandiri. Juga dilaksanakan di 27 titik yang sudah bekerja sama dengan dinas maupun pihak-pihak lain yang terkait serta memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Latifah Iskandar, Ketua PP ‘Aisyiyah yang membidangi MEK menyampaikan bahwa GLHA yang dilakukan ini adalah berdasar pokok pikiran ‘Aisyiyah Abad Kedua. GLHA disebut Latifah merupakan salah satu cara yang dilakukan ‘Aisyiyah juga sebagai alat mewujudkan Islam Rahmatan lil Alamin. “Kita juga yakin bahwa ibu-ibu melakukan GLHA berangkat dari usaha untuk menjadikan Islam Rahmatan lil Alamin, ini memang tidak lepas dari perintah di Qur’an, surat ar Rahman ayat 10 bahwa Allah membentangkan bumi untuk kehidupan kita semua dan Allah menjanjikan umat manusia melangsungkan kehidupan melalui apa yang diberikannya bagi manusia.”
Menurut Latifah GLHA ini memang harus terus digiatkan sebagai upaya kontribusi ‘Aisyiyah menegakkan kedaulatan pangan di Indonesia. Sehingga ia berharap kader-kader ‘Aisyiyah dapat menjadi motor atau tokoh sentral dari gerakan GLHA. “Kita harus terus melakukan GLHA dengan teratur, rapi, dan direncanakan sehingga akan menjadi hal besar dan membawa perubahan mindset serta perilaku masyarakat terkait lingkungan dan pangan juga dapat menjawab pesan-pesan al-Qur’an.”
Gunawan Budiyanto, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang hadir sebagai pembicara mengakui potensi dan kontribusi perempuan dalam ketahanan pangan. Menyampaikan materi dengan tema ‘Peran dan kontribusi Perempuan / Ormas dalam mewujudkan Ketahanan Pangan,’ Gunawan mengisahkan pengalamannya dalam kegiatan disaster management yang selalu mendapat bantuan dari para ibu-ibu.
“Pengalaman panjang saya di disaster managemen adalah selalu mengandalkan para ibu, yang bergerak duluan ibu-ibu bukan bapak-bapak hingga sampai melakukan recovery juga kita mulai dari kelompok kecil ibu-ibu, itu pengalaman berulang yang saya dapatkan di mana-mana.” Hal ini menurutnya menjadi suatu hal yang patut dipertimbangkan bahwa para perempuan harus ditempatkan di garda paling depan jika berbincang tentang ketahanan pangan.
Potensi ‘Aisyiyah dengan kader yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia hingga tingkat ranting menurut Gunawan juga dapat menjadi tonggak bagi ketahanan dan kedaulatan pangan Indonesia. “Potensi ‘Aisyah yang luar biasa berdasarkan pengalaman saya, sudah menjadi bukti bahwa ibu-ibu dapat menjadi tonggak negara dan bahwa benar bahwa perempuan adalah pilar suatu negara.” (Suri)