95th Suara ‘Aisyiyah Berkesinambungan Terbit, Raih MURI
Terbit sejak 1926 dan hingga kini, majalah Suara ‘Aisyiyah meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Majalah Perempuan Islam Tertua yang Berkesinambungan Terbit. Penghargaan tersebut dianugerahkan dalam acara Puncak Milad 95tahun Suara ‘Aisyiyah pada Sabtu (30/10/2021) dan diserahkan langsung oleh Jaya Suprana selaku pencetus sekaligus Ketua Umum Museum Rekor Dunia Indonesia.
Museum Rekor Dunia Indonesia menyematkan penghargaan bagi Suara ‘Aisyiyah atas konsistensinya selama hampir satu abad menjadi corong peradaban dan suluh penggerak literasi di kalangan perempuan. Kehadiran poros media perempuan di Persyarikatan menegaskan bahwa Muhammadiyah dalam aksinya turut memperhitungkan perempuan. Kesadaran tersebut sudah sekian tahun yang lalu muncul dan dilakukan oleh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, bahwa perempuan berhak mendapat kesempatan yang sama dalam berbagai persoalan kehidupan yang ada, khususnya dalam aspek pendidikan dan literasi.
“Piagam Penghargaan Museum Rekor Dunia dan Indonesia, Majalah Perempuan Islam Tertua yang Berkesinambungan Terbit, rekor ini kami berikan kepada Suara ‘Aisyiyah. Kenapa saya menyebutkan rekor dunia dan Indonesia? Karena setelah kami kurasi kembali ternyata pencapaian yang dilakukan oleh Suara ‘Aisyiyah tidak hanya dalam ruang lingkup negara kita saja, melainkan juga di dunia,” tutur Jaya Suprana.
“Saya harap dunia Internasional dapat menjadikan perempuan-perempuan di dalam lingkaran Persyarikatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sebagai contoh. Saya mendengar kabar misalnya perempuan-perempuan Afgan di bawah kekuasaan Taliban dibatasi ruang geraknya. Contohlah perempuan Indonesia yang dicitrakan oleh ‘Aisyiyah. Sekali lagi saya tegaskan, ini bukan cuma rekor Indonesia melainkan rekor dunia,” tambah Ketua Umum MURI tersebut.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang diberikan oleh MURI kepada Suara ‘Aisyiyah. “Semoga menjadi bentuk kesyukuran kita semua. Sama-sama kita berjuang,” ujar Noordjannah.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir juga mengakui bahwa Suara ‘Aisyiyah telah memainkah peran sebagai media yang mencerdaskan kaum perempuan sejak awal berdiri. “Kelekatan Suara ‘Aisyiyah dengan ‘Aisyiyah merupakan wujud dari kehadiran gerakan ‘Aisyiyah yang berusaha mengangkat harkat martabat perempuan,” tegasnya.
Suara ‘Aisyiyah, lanjut Haedar, telah menjadi pilar media yang telah membangun kesadaran literasi bagi kalangan generasi muda perempuan dan perempuan secara keseluruhan. Oleh karenanya, ke depan, ia berpesan agar Suara ‘Aisyiyah terus meningkatkan kualitas berita, informasi, dan pesan-pesannya kepada masyarakat di tengah tantangan dunia online, serta terus memainkan perannya sebagai suluh bagi perempuan Indonesia.
Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy yang juga menyampaikan ucapan selamatnya kepada Suara ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa selama 95 tahun peran strategis Suara ‘Aisyiyah dapat dirasakan. Terlebih di masa-masa awal terbitnya, pada zaman tersebut perempuan kesulitan mendapat akses bacaan dan kehadiran Suara ‘Aisyiyah menantang situasi yang ada. Ia berharap agar Suara ‘Aisyiyah dapat senantiasa menjadi suluh bagi dakwah perempuan berkemajuan, menjadi media yang segenap usahanya didasarkan untuk kesejahteraan perempuan, dan dapat menjadi alternatif di tengah maraknya berita bohong yang beredar.