Ikhtiar Muhammadiyah ‘Aisyiyah Memberi Solusi di Situasi Pandemi
Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar pengajian virtual dengan judul “Civitas Hospitalia Muhammadiyah ‘Aisyiyah Tetap Istiqomah di Masa Pandemi dengan Semangat Baru untuk Negeri” pada Selasa(10/8). Pengajian yang diikuti oleh pimpinan RS maupun Klinik Muhammadiyah ‘Aisyiyah seluruh Indonesia ini menurut Agus Samsudin, Ketua MPKU PP Muhammadiyah merupakan upaya mengingat kembali spirit al Maun, spirit yang menjadi alasan pertama dan utama dilahirkannya MPKU Muhammadiyah.
Agus Taufiqurrahman, Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi MPKU juga menyampaikan bahwa sejak awal amal usaha pelayanan kesehatan Muhammadiyah adalah bagian dari dakwah. “Sehingga jika kita berada di amal usaha kesehatan saat ini, maka berangkat ke RS, melayani pasien itu merupakan jalan dakwah dan ungkapan syukur atas apa yang diberikan Allah.”
Ia melanjutkan bahwa spirit al-Maun adalah semangat awal tetapi bersamaan dengan itu di Muhammadiyah juga ada satu kata kunci lagi yakni berkemajuan. Menurutnya, selain peduli pada sesama dan menolong yang membutuhkan dengan sifat inklusif maka spirit kemjuan maka harus terus senantiasa berkembang sehingga RSMA akan selalu menjadi unggulan di mana pun berada.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menyampaikan rasa bangga dan terimakasih sebesar-besarnya atas apa yang telah dilakukan Muhammadiyah ‘Aisyiyah dalam situasi pandemi dengan konsolidasi yang sangat kuat.
Noordjannah bersyukur karena Muhammadiyah ‘Aisyiyah selalu hadir dan memberi solusi atas segala persoalan yang dihadapi bangsa. “Itu semua perlu menjadi kesyukuran kita dimana ‘Aisyiyah Muhammadiyah ini masih tegak kokoh dan istiqomah bisa memberi untuk negeri disaat negeri ini memang sedang pilu memerlukan kehadiran kita.”
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebut bahwa situasi pandemi ini adalah tantangan berat bagi para civitas hospitalia termasuk di RS maupun Klinik Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Di mana para tenaga kesehatan sering disebut sebagai garda terdepan dalam usaha menangani covid ini dan sekaligus juga benteng terakhir dalam upaya penyelamatan jiwa.
Haedar melanjutkan, karena tenaga kesehatan menjadi garda depan dan benteng terakahir dari perjuangan menghadapi pandmei ini maka harus jauh lebih kokoh keberadaanya. “Bebannya memang sangat berat karena mereka berada di lapangan nyata.”
Oleh karena itu beban yang berat tersebut harus diringankan oleh semua pihak dengan cara membangun pola pikir positif dan konstruktif yang bersifat ikhtiar duniawi dan rohani. “Itu harus kita betulkan, kita luruskan, kita satukan agar menjadi kekuatan kita melawan pandemi ini.”
Menurutnya positifme dalam menghadapi pandemi ini harus dibangun dan pesimisme harus dihilangkan. Seluruh lapisan masyarakat Indonesia harus bersama meluruhkan egoisme karena pandemi ini adalah pandemi bersama. “Kita ini bisa menghadapi pandemi ini karena setiap pandemi ada akhirnya, setiap pandemi ada ikhtiarnya, dan ada sunatullahnya, tetapi sunatullah melawan pandmei dan melawan segala hal itu harus ada muhajjadah kita, ada kesungguhan kita.”
Haedar juga mengajak semua pihak untuk terus bermohon kepada Allah agar pandemi ini segera diangkat dan dihilangkan. “Musibah ini harus kita lawan dengan mengadu, mengeluh, menangis, meminta, memohon, memaksa Allah dengan kasih sayangnya dengan Rahman Rahimnya agar Allah mengangkat penyakit ini.” Ia menyebut gelombang munajat kita yang hadir dari hati yang tulus Insya Allah akan membuka pintu langit. (Suri)