‘Aisyiyah Gelar Jambore Kader, Perkuat Peran Perempuan untuk Perubahan Sosial
“Kader ‘Aisyiyah memiliki peran yang penting untuk mengedukasi masyarakat khususnya menjangkau kelompok rentan terkait isu kesehatan reproduksi dan nutrisi selama pandemi, memperkuat peran dari tokoh agama dan tokoh masyarakat serta memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat.” Hal tersebut disampaikan oleh Kate Shanahan selaku Team Leader Program MAMPU dalam kegiatan Jambore Kader Nasional ‘Aisyiyah pada Kamis (16/7).
Acara Jambore Kader Nasional ‘Aisyiyah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam kemitraan Program MAMPU, mengambil tema “Kepemimpinan di Komunitas Sebagai Agen Perubahan : Belajar dari Pengalaman Perempuan”. Diikuti oleh 500 kader dari 15 Kabupaten/Kota dan 6 Provinsi, serta dilakukan secara daring. Jambore Kader ‘Aisyiyah merupakan kegiatan yang bertujuan memfasilitasi kader perempuan berbagi pengalaman dan praktik baik untuk penguatan strategi pemberdayaan serta advokasi terkait isu kesehatan reproduksi dan gizi perempuan.
Kate mengakui peran strategi kader ‘Aisyiyah sebagai pemimpin perempuan di komunitas untuk membawa perubahan sosial di masyarakat terkait isu kesehatan, sosial, dan juga kebijakan yang berperspektif gender serta inklusif. “Peran ‘Aisyiyah sebagai mitra MAMPU di akar rumput sangat penting untuk memastikan perubahan perilaku yang positif terjadi di masyarakat.”
Terkait situasi pandemi Covid-19 saat ini, Kate menambahkan telah membawa dampak sosial kesehatan dan ekonomi yang serius di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Ia juga menyampaikan bahwa kesenjangan sosial dan ekonomi antara laki-laki dan perempuan serta kelompok rentan lainnya akan semakin lebar karena pandemi ini. “Mitra MAMPU menguatkan pengorganisasian kelompok perempuan di desa, membangun ketahanan di komunitas, dan melibatkan multi pihak dalam penanganan Covid-19,” terang Kate.
Tri Hastuti Nur selaku Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah yang juga merupakan Koordinator Program MAMPU ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa ‘Aisyiyah melalui kader-kadernya telah memiliki banyak pengalaman untuk melahirkan kebijakan yang berperspektif gender dan memperhatikan kepentingan perempuan termasuk di masa pandemi ini. “Beberapa pengalaman baik ‘Aisyiyah melahirkan perdes dan mengatasi perkawinan anak menjadi isu yang sangat penting sekali, kemudian isu-isu kesehatan reproduksi yang saya kira sampai saat ini belum menjadi perhatian bagi banyak pihak di mana ‘Aisyiyah ikut mendorong bagaimana isu kesehatan reproduksi dan isu stunting menjadi perhatian.” Tri pun menyoroti bahwasanya situasi pandemi ini membawa dampak yang sangat besar bagi perempuan terutama mereka dari kelompok dhuafa mustadhafin. “Sekali lagi dalam situasi pandemi dengan meningkatnya kemiskinan maka akses perempuan dalam mendapatkan akses layanan kesehatan dan akses bantuan sosial ini menjadi berkurang secara signifikan sekali.”
Dengan banyaknya problem yang dihadapi perempuan di masyarakat, Tri menyampaikan bahwa kader ‘Aisyiyah dapat banyak berkontribusi untuk menggerakkan dan menjadi agen perubahan di komunitas. “Saya kira ini aset yang sangat luar biasa sekali seperti visi pengembangan ‘Aisyiyah bahwa kekuatan komunitas menjadi masyarakat sipil yang kuat untuk menjadi mitra strategis dari pemerintah di semua level pimpinan itu menjadi inti dari gerakan kita.”
Oleh karena itu kegiatan Jambore Kader ini merupakan salah satu contoh konkrit d imana koordinasi multi pihak terjadi dan pengalaman-pengalaman lapangan dapat menjadi salah satu bentuk rekomendasi kebijakan baik pemerintah daerah dan juga di pusat. “Kader ‘Aisyiyah dapat mengerakkan melalui Cabang dan Ranting sehingga para kader ‘Aisyiyah dapat terus berkiprah dan berdakwah agar mewujudkan Islam rahmatan lil alamin,” pesan Tri.
Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah yang juga turut hadir menyampaikan apresiasinya atas kerja keras dan ikhlas para pimpinan dan kader yang bersentuhan langsung dengan akar rumput. “Para kader dan pimpinan di komunitas betapa mereka sangat luar biasa juga keikhlasannya berjuang untuk saudara-saudaranya dan untuk dirinya itu tidak kenal lelah, tulus dan ikhlas. Kekuatan itu yang harus terus kita kuatkan kemudian kita berkolaborasi bersama-sama.” Para kader ‘Aisyiyah menurut Noordjanah memiliki semangat yang sangat luar biasa dalam mengajak lingkungannya ke dalam kebaikan. “Para perempuan kader ‘Aisyiyah itu memiliki semangat yang luar biasa untuk berkomunikasi mengajak dan berikhtiar agar seluruh perempuan itu memiliki hak-haknya yang lebih adil, agar para perempuan mendapatkan pengetahuan yang penting. Keberhasilan para kader ini bukan hanya mengajak para perempuan lain tetapi juga dapat memberikan pengetahuan itu kepada para laki-laki sehingga dapat menimbulkan perubahan.”
Kekuatan para perempuan ini menurut Noordjannah merupakan akar dari kekuatan ‘Aisyiyah, dimana sejak awal berdirinya ‘Aisyiyah juga digerakkan oleh kekuatan para perempuan. “‘Aisyiyah sendiri yang berusia lebih dari 100 tahun digerakkan oleh para perempuan yang luar biasa yang ingin mendorong para perempuan untuk mendapatkan hak-haknya, untuk mendapatkan kemuliaan mendapatkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang pada waktu itu kita ikuti bagaimana Nyai Dahlan dengan Kyai yangmendukung sedemikan rupa berdirinya ‘Aisyiyah untuk kepentingan martabat perempuan pemuliaan perempuan.” Lebih lanjut Noordjannah mendorong para kader ‘Aisyiyah untuk terus bergerak dan membawa perubahan kebaikan bagi umat. “Ibu-ibu ini luar biasa, kita semua sedang berjihad dan jihad itu tidak memanggul senjata tetapi jihad ‘Aisyiyah adalah jihad untuk memberikan kemuliaan kepada perempuan, menegakkan keadilan kepada perempuan, membuat hidup perempuan dan orang di sekitar kita menjadi lebih baik dan membangun kekuatan kita di tingkat komunitas itu juga bagian dari jihad kita.” (Suri)