Delapan Nilai Keutamaan Menggerakkan Persyarikatan
Dalam mengelola organisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ada delapan nilai-nila keutamaan yang harus dilakukan oleh seluruh penggerak organisasi. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Shoimah Kastolani dalam kegiatan Konsolidasi Nasional 2022 Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) pada Jum’at (18/2).
Dalam acara yang mengambil tema Penguatan Implementasi Social Protection dan GACA (Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak) ini Shoimah menjelaskan delapan poin tersebut. Pertama, Nilai Ketauhidan dan Kemanusiaan. Menurutnya nilai ketauhidan dan kemanusiaan itu terkoneksi karena sebagai insan yang beriman maka manusia harus melaksanakan Habluminallah sekaligus Habluminannas.
Kedua, Nilai Pemuliaan Manusia. Ikhtiar memelihara dan memuliakan manusia sebagai makhluk Allah yang terbaik (fī aḥsan altaqwīm) yang bertujuan untuk menjaga jiwa (hifẓ al-nafs), menjaga agama (hifẓ al-dīn) , menjaga akal (hifẓ al-‘aql), menjaga harta (hifẓ al-māl), fan menjaga keturunan (hifẓ al-nasl).
Ketiga, Nilai Persaudaraan dan Kebersamaan. “Kita di ‘Aisyiyah itu harus gembira menjalankan tugas dan karena berhasilnya ‘Aisyiyah adalah karena kolektif kolegial kebersamaan maka tidak boleh egois,” terangnya. Ia melanjutkan, sebagaimana Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat”.
Kemudian, dalam dalam mengelola ‘Aisyiyah harus mengedepankan nilai yang Keempat, Nilai Kasih Sayang. Bentuk dari kasih sayang ini adalah ihsan, nilai kepedulian; ukhuwah, rasa simpati, ikut merasakan kesusahan orang lain; dan diikuti dengan silaturahim. Kesemuanya ini ditambahkan Shoimah, dilakukan untuk membantu orang lain yang kesulitan. “Apabila tidak memberi solusi, maka jangan menjadi sumber masalah.”
Kelima, Nilai Tengahan/Moderat. Karena ‘Aisyiyah adalah Gerakan Islam Berkemajuan dan Perempuan Muslim Berkemajuan maka kita harus mengedepankan nilai moderasi, nilai tengahan, Islam yang wasathiyah, Islam yang penuh keutamaan. “Wasathiyah dalam Bahasa Arab sinonim dari tawashut yakni jalan tengah, tawazun yakni seimbang, i’tidal yakni tegak lurus, dan iqtisad yakni tidak berlebihan.”
Keenam, Nilai Keunggulan. Adalah mengatasi masalah dengan bersungguh-sungguh. “Ibu-ibu adalah mujahidah di ‘Aisyiyah, pejuang yang bersungguh-sungguh di ‘Aisyiyah yang bersungguh-sungguh dengan pikiran, tenaga, dan dana jika diperlukan.”
Ketujuh, Nilai Keilmuan/ilmiah. Ilmu menurut Shoimah akan mencerdaskan mengangkat derajat manusia, sesuai dengan Quran Surat al-Mujadalah ayat 11. Oleh karena itu, berjuang di ‘Aisyiyah itu harus pinter, bener, pener, dan kober. “Berjuang di ‘Aisyiyah itu harus cerdas alias pinter, bener alias benar berjuang di jalan Allah, dan pener yakni tepat, serta kober yakni meluangkan waktu.”
Terakhi nilai Kedelapan, Nilai Kemajuan. Dalam Nilai Kemajuan ini Shoimah meminta agar para kader ‘Aisyiyah jangan hanya sak sak e, yakni jangan hanya melakukan sebisanya saja. “Jangan puas dengan apa yang kita lakukan, yang kita lakukan harus baik, berkualitas, berkeunggulan, dan berkeutamaan.” Itulah yang disebutnya sebagai kemajuan sehingga memandang kehidupan sangat bermakna dan berharga serta memahami permasalahan dengan mendalam dan multiperspektif. “Sehingga apa yang kita lakukan di ‘Aisyiyah termasuk melalui MKS ini adalah bekal menghadap Allah SWT.” Shoimah mengajak segenap peserta dapat menerapkan kedelapan nilai-nilai ini sehingga dapat bersama memajukan ‘Aisyiyah. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!