Enam Kekuatan Amal Usaha Muhammadiyah ‘Aisyiyah
Muhammadiyah bersama ‘Aisyiyah sejak awal berdirinya telah menaruh perhatian pada pendidikan. Hingga kini lembaga pendidikan Muhammadiyah ‘Aisyiyah telah tersebar di penjuru negeri dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi juga pendidikan non formal.
Dengan lembaga pendidikannya yang mampu bertahan selama satu abad lebih dan masih diikhtiarkan untuk mampu bertahan, ini menunjukkan ada sesuatu yang hidup dalam Muhammadiyah. “Ada kekuatan yang terus bergelora sampai Muhammadiyah dapat hidup selama satu abad ini dan InsyaAllah hingga seterusnya,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam amanah yang diberikan untuk pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) yang mengikuti Leadership Training PTMA Angkatan ke-VI.
Haedar menyebut ada enam poin kekuatan yang dapat membuat Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) hidup dan terus berkelanjutan. Keenam hal tersebut yaitu:
Pertama, Ruh Islam sebagai pondasi gerakan Muhammadiyah termasuk dalam dunia Pendidikan. Muhammadiyah menjadi gerakan modern yang bersumber dari agama Islam sebagai ajaran yang harus diimplementasikan dan nilai yang menjadikan warga Muhammadiyaah sebagai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan berdampak luas untuk mewujudkan Rahmatan Lil Alamin. Sebagai pimpinan PTMA, perlu untuk terus menghidupkan ruh Islam sebagai sumber inspirasi, optimisme, dan menjadi api yang menggelorakan jiwa untuk selalu berbuat baik dalam mengemban amanah. Sebagaimana diatur pada Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah yang disebutkan bahwa Islam yang dibungkus sebagai pandangan hidup dan pola dari tingkah laku dan tindakan. Agar ruh Islam hidup, dapat didorong dengan terus menghidupkan ruh Islam melalui belajar. Ruh Islam akan menjiwai kita sebagai pemimpin dalam memahami kebijakan, sehingga gunakan selalu ruh Islam sebagai sumber utama dan pondasi utama.
Kedua, Misi dakwah dan tajdid sebagai nilai yang melekat dengan organisasi Muhammadiyah. Dakwah yaitu menyebarluaskan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, organisasi, dan cakupan lebih luas, antar bangsa ataupun ditingkat global. Dakwah menjadi DNA Muhammadiyah yang merujuk pada QS. Ali Imran ayat 104 dan 110. Dalam dunia pendidikan perlu untuk mendalami jiwa dakwah agar pendidikan tidak selalu bersifat instrumental. Kedua, misi tajdid yaitu misi pembaharuan maka jiwa diri sendiri akan selalu dinamis karena ada tuntutan untuk melahirkan karya yang lebih baik. Dakwah dan tajdid perlu diberikan asupan yaitu pemahaman mengenai Islam termasuk dunia pendidikan yang harus terus diperbaharui.
Ketiga, Keikhlasan dari pimpinannya yaitu hidupnya jiwa ikhlas yang menjadi karakter dari Muhammadiyah. Dengan begitu tampilan dari keikhlasan perlu dihidupkan dalam lingkungan Muhammadiiyah. Ukuran ikhlas ini akan digunakan pada saat kritis yaitu disaat kecewa, merasa tidak diperhatikan, dirugikan, namun dapat terus ikhlas, maka akan memperoleh ikhlas yang murni. Akumulasi keikhlasan ini yang akan membawa kemajuan dari seluruh AUM dan pergerakan Muhammadiyah. PTMA tidak akan maju jika tidak memiliki jiwa ikhlas.
Keempat, Sistem modern dan good governance menjadikan Muhammadiiyah sebagai karakter modern dan terus beradaptasi dalam perkembangan zaman. Muhammadiyah memiliki sifat good governance yang menjadi budaya organisasi yang ditopang oleh kejujuran, sidiq, amanah, tabligh, dan fatonah dari semua yang ada dilingkungan PTMA dan AUM.
Kelima, Adaptif terhadap perubahan yaitu hidup ditengah zaman yang terus berubah dan dengan nilai dasar yang dimiliki kita mampu hadir ditengah zaman tersebut. KH Ahmad Dahlan merancang perubahan dengan karya Islam. Sehingga KH Ahmad Dahlan sebagai mujaddid bukan hanya pemurnian namun juga pembaharuan yang lebih luas. Begitu juga dengan kemampuan sistem pendidikan, perlu melakukan perubahan-perubahan.
Keenam, Hasil dari Muhammadiyah untuk masyarakat luas. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran lembaga pendidikan kita dapat diterima dalam pelosok negeri. Hal ini dikarenakan Muhammadiyah memiliki sikap yang inklusif dan membawa Rahmatan Lil Alamin. Sehingga jadikan lembaga pendidikan ini bukan hanya berdaya saing pada instrumental namun juga dari aspek value yang mempunyai karakter pembeda yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Pada tahun 2002 lahir gerakan dakwah kultural dan pada tahun 2015 lahir gerakan dakwah komunitas sebagai ikhtiar memperbarui cara dalam berdakwah. Hal ini yang menjadikan Lembaga Pendidikan Muhammaadiyah menjadi instrumen yang paling inklusif untuk misi dakwah dan tajdid kita. (muhammadiyah.or.id/Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!