Enam Program Memperkuat Gerakan Internasionalisasi Muhammadiyah
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, memaparkan program Muhammadiyah dalam mengaktualisasi paham wasathiyah Islam berkemajuan di tingkat global. Hal tersebut disampaikan dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 yang dilaksanakan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Senin (30/05/2022).
Dalam seminar yang bertema “Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah” tersebut Haedar menyampaikan bahwa Muhammadiyah melalui Islam berkemajuan perlu hadir kembali untuk memperkuat peran revitalisasi dan transformasi Islam berkemajuan di tingkat global. Tema ini, menurut Haedar merupakan satu bentuk ikhtiar Muhammadiyah dalam rangka memfiltrasi pelbagai masukan yang strategis dalam jangka panjang, utamanya Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah mengenai langkah-langkah Muhammadiyah dalam mewujudkan program internasionalisasi Muhammadiyah.
Berikut enam poin yang perlu dilakukan Muhammadiyah dalam memperkuat dan mengaktualisasikan internasionalisasi gerakan Muhammadiyah. Pertama, revitalisasi PCIM dan PCIA sebagai sebuah jaringan baru untuk makin selain intensif hadir di setiap negara tetapi juga membangun jaringan luas agar berperan di ranah global secara proaktif. Hingga saat ini Haedar menyebut terdapat Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan ‘Aisyiyah (PCIA) yang telah tersebar di beberapa negara. Terdapat 27 PCIM dan beberapa diantaranya telah memperoleh pengakuan badan hukum dari otoritas negara setempat yakni di Australia, Malaysia, Jerman Raya, dan Amerika Serikat.
Kedua, program kontinuitas forum-forum dunia untuk agama dan perdamaian. Melalui forum-forum dunia untuk agama dan perdamaian ini Haedar berharap akan semakin memperkuat peran agama dan perdamaian dalam konteks dunia untuk mencari ruang baru yang lebih efektif sehingga suara agama dan perdamaian tidak hanya sekadar deklarasi-deklarasi semata, tetapi bisa memengaruhi kehidupan dunia yang disebutnya saat ini tengah berada dalam kondisi yang sarat konflik.
Ketiga, Interkoneksi kerja sama pendidikan, kesehatan, kebencanaan, dan kemanusiaan yang selama ini sudah dilakukan oleh Muhammadiyah. “Kita sudah membuka sekolah untuk alternatif bagi para pengungsi sekaligus juga saudara-saudara kita di Rohingnya dengan sekolah Indonesia, lalu di Beirut kita membuka madrasah Muhammadiyah, juga tempat-tempat lain di mana kita perlu hadir. Saya pikir ini merupakan langkah yang cukup menantang bagi hubungan luar negeri lewat berbagai jaringan dan majelis kita untuk kerja sama pendidikan, kesehatan, kebencanaan, dan kemanusiaan,” katanya.
Keempat, diaspora kaderMU. Kader Muhammadiyah diharapkan oleh Haedar dapat berperan besar di negara tempat mereka berada saat ini, menjadi kader sekaligus aktor yang potensial untuk dapat berperan sesuai dengan bidang dan kepentingan Muhammadiyah di ranah global. Kelima, publikasi internasional. Adalah sebuah keharusan untuk melakukan penerjemahan buku-buku dan pemikiran-pemikiran Muhammadiyah yang dilakukan secara masif. Selain itu, kehadiran perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sangat penting dan diharapkan.
Keenam, membangun pusat keunggulan. Penting untuk membangun dan mengembangkan pusat-pusat keunggulan Muhammadiyah sebagai fase baru dan program baru untuk internasionalisasi gerakan Muhammadiyah yang konkret dan nyata. Pusat keunggulan ini juga untuk memberi dampak kehadiran Muhammadiyah ke dunia internasional.
Lebih lanjut, Haedar juga menekankan pentingnya pengembangan sistem untuk mendukung internasionalisasi gerakan Muhammadiyah di ranah global. “Ini merupakan agenda yang terus berkembang pada masa-masa yang akan datang, yang hadir tidak lewat hanya orang-orang saja, tetapi lewat sistem. Orang bisa datang dan pergi, tetapi sistem akan memberikan jaminan kita untuk hadir di masa yang akan mendatang secara lebih kontinu dan berkesinambungan bahkan lebih kuat peran dan kehadirannya di tingkat internasional,” tegasnya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!