Gunakan Teknologi Terbaruz LSB Muhammadiyah Siap Produksi Film Ir. H. Juanda Pemersatu Laut Indonesia
YOGYAKARTA – Siapa yang tidak pernah mendengar nama Djuanda? Nama ini terpampang sebagai nama bandar udara, nama jalan, nama bendungan, nama taman hutan raya, hingga gambaran sosoknya tercetak di lembaran uang 50 ribu rupiah. Tetapi apakah kita mengetahui kisahnya? Bahwa tokoh bangsa ini adalah seorang kader Muhammadiyah yang kemudian berperan dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui laut.
Oleh karena itu Lembaga Seni Budaya (LSB) Pimpinan Pusat Muhammadiyah berinisiatif untuk mengangkat sosok Ir.H.Juanda dalam sebuah film “Ir. H. Juanda Pemersatu Laut Indonesia” yang bekerjasama dengan Mixpro dan Bank BCA.
Ketua LSB, Gunawan Budiyanto menyebutkan sosok Juanda adalah sosok yang dekat dengan dunia pendidikan. Bahkan Juanda pernah menjadi Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah di Jakarta. Akan tetapi Juanda dipercaya oleh Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno untuk menjadi Menteri Perhubungan.
“Pada masa kemerdekaan, Ir. Soekarno paham bagaimana sulitnya menyatukan negara kepulauan akan tetapi wawasan kebangsaan yang didampaikan Ir. H. Juanda ini membahana, bagaimana menomorsatukan tujuan bangsa.”
Deklarasi Juanda disebut Gunawan menjadi kunci dari kedaulatan kelautan Indonesia dan mempersatukan bangsa. “Oleh karena itu masyarakat Indonesia khususnya warga Muhammadiyah harus bangga akan sosok pahlawan Ir. H. Juanda.”
Direktur Corporate Bank BCA, Widodo Mulyono menyebut bahwa BCA sepakat untuk mendukung dibuatnya film Ir. H. Juanda ini karena sosoknya penting untuk diketahui oleh semua.
“Bagaimana seorang tokoh besar pada masanya sudah membuat Indonesia melalui wilayah lautnya menjadi seperti hari ini,” ujarnya.
Informasi ini menurut Widodo harus diketahui oleh generasi muda dan dikemas dengan cara yang menarik. “Anak-anak harus paham tentang sejarah, bahwa Indonesia tidak bisa seperti hari ini jika tidak ada tokoh-tokoh founding father kita, salah satunya Ir.H.Juanda.”
Andika Prabangkara dari MixPro menyebutkan bahwa persiapan pembuatan film ini dilakukan hampir selama dua tahun. “Hampir dua tahun yang lalu saya ditunjuk sebagai produser film. Dan selama dua tahun ini kami berjuang ingin menulis dan memfilmkan Ir.H.Juanda.”
Mixpro sendiri sudah memproduksi tiga film sejarah Muhammadiyah ‘Aisyiyah yakni 20, kedua Sembilan Putri, ketiga Dua ulama,
Persiapan pembuatan film Juanda ini diakui Andika penuh dengan perjuangan akan tetapi sejarah Juanda ini membuat timnya tetap bertekad memproduksinya. “Kenapa kita tetap nekad karena tonggak NKRI ada Sumpah Pemuda, Proklamasi, dan Deklarasi Juanda, dan tidak semua orang tahu pemersatu laut Indonesia adalah Juanda. Laut Indonesia yang dulunya hanya 2 mill menjadi 12 mill.”
Pembuatan film yang dimulai bulan September ini disebut Andika mengusung teknologi perfilman tercanggih yang ada saat ini yakni unreal enggine. Dengan konsep film konvensional, Andika menyebut beberapa lokasi yang ingin diangkat dalam film sangat sulit untuk dapat dijangkau oleh karena itu teknologi unreal enggine dimanfaatkan.
Gedung-gedung seperti pertemuan PBB sudah dibuat oleh timnya dalam versi unreal. Proses pembuatan film yang rumit ini disebut Andika menyebabkan harus dilakukan pergantian sutradara hingga tiga kali karena tidak semua sutradara paham tentang teknologi tersebut. Selain itu teknologi suara yang digunakan juga versi tertinggi yakni Dobly Utmost yang semuanya dikerjakan di studio di Yogyakarta. “Insya Allah ini akan jauh lebih bagus karena ini teknologi tertinggi yang ada dan kita sudah menggunakan teknologi tersebut,” terangnya
Lebih lanjut, film Juanda ini juga melibatkan banyak komponen Muhammadiyah. Seperti musik yang dipercayakan kepada Adi Jikustik yang juga merupakan cucu K.H. Ahmad Dahlan. Juga melakukan kolaborasi dengan orkestra Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kemudian tim juga melibatkan 6 SMK dan teman-teman perfilman UMY. “Selain kita transfer ilmu karena ini teknologi baru, mereka bisa mengembangkan ilmu ini di post masing-masing.”
Oleh karena melibatkan banyak komponen Muhammadiyah maka Andika menyebut film Ir. H. Juanda ini adalah oleh Muhammadiyah untuk Muhammadiyah
Andika berharap di akhir tahun, film Juanda ini dapat disaksikan dibioskop CGV di seluru Indonesia dan selain itu juga timnya akan menggelar pop up cinema sehingga bisa disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Irwan Akib, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyebutkan bahwa jika sejarah Juanda ditulis dalam bentuk buku, ia yakin bukunya akan tebal akan tetapi kemungkinan hanya akan masuk rak buku dan tidak dibaca terutama oleh anak-anak generasi bangsa. “Tetapi hadir dalam bentuk film nanti tentu akan memasyarakat dan lebih bisa dipahami dengan baik khususnya oleh generasi muda kita. Termasuk saya, yang saya bayangkan dulu Juanda adalah Surabaya dan Bandar Udara ternyata justru lautlah yang membuatnya dikenang, inilah yang tidak diketahui dengan baik anak-anak kita,” ujar Irwan.
Disampaikan Akib, bahwa tanpa kehadiran Deklarasi Juanda, luas laut Indonesia tidak jelas karena hanya dibatasi pulau-pulau. “Ini sebuah hal yang sangat penting untuk dipahami generasi muda kita, Deklarasi Juanda menjadikan Indonesia negara kepulauan dengan batasan yang jelas.”
Sosok Juanda disebut Akib adalah salah satu tokoh Muhammadiyah seperti Soekarno yang sebenarnya adalah seorang pendidik yang memiliki keterpanggilan hati untuk bangsa. Oleh karena itu menurutnya kehadiran Muhammadiyah dan kader-kadernya adalah untuk kepentingan bangsa. “Muhammadiyah hadir bukan untuk Muhammadiyah tetapi untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa,dan negara. Tahap perjuangan negara kita tidak pernah terlepas dari tokoh-tokoh Muhammadiyah,” ujarnya.
Pembuatan film Ir.H.Juanda ini menurut Akib adalah hal positif untuk kepentingan bangsa. “Apa yang dilakukan ini suatu hal positif untuk kepentingan bangsa kita karena sejarah memberikan pandangan kepada kita bagaimana masa lalu dilakukan untuk kepentingan masa depan. Sejarah bukan nostalgia semata tetapi ada pengetahuan yang harus kita petik.”
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!