Haedar Nashir : Kalender Islam Global Unifikasi Adalah Wujud Ukhuwah Insaniyah dan Basyariyah
YOGYAKARTA – “Muhammadiyah kenapa melakukan usaha mencari solusi dari perbedaan yang sering terjadi soal penanggalan awal baru Ramadan, Idulfitri, dan Zulhijah pada kalender Islam Global Unifikasi sesungguhnya itu merupakan semangat kita untuk bersilaturahmi yakni menyatukan satu kalender yang berlaku untuk semua kaum muslimin.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam
Silaturahmi Idulfitri 1444H Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Ahad (30/04/2023).
Dalam acara yang berlangsung di Gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini Haedar menyebut bahwa Kalender Islam Global Unifikasi mempunya dimensi ibadah sekaligus juga mencari penyelesaiaan dari berbagai perbedaan yang ada. Haedar juga menyebut bahwa pengenalan Kalender Islam Global Unifikasi (KIGU) di masyarakat harus dilakukan dengan bentuk silaturahmi dan semangat kasih sayang.
“Jadi kalau kita semua terus menggelorakan ini, maka ini sebagai bentuk silaturahmi dan caranyapun harus terus dalam cara silaturahmi yakni memperkenalkan pemikiran-pemikiran ini dengan semangat kasih sayang, dengan semangat hikmah mau’iẓatil-ḥasanati wa jādil-hum billatī hiya aḥsan yang disertai keyakinan suatu saat itu akan terwujud,” tegasnya.
Kalender Islam Global Unifikasi menurut Haedar juga merupakan bagian dari wujud ukhuwah insaniyah, ukhuwah basyariyah atau persaudaraan semesta atau universal. “Jika kita dan saudara-saudara dari berbagai kalangan muslim selalu mengelorakan ukhuwah insaniyah, ukhuwah basyariyah atau persaudaraan semesta atau universal, sesungguhnya kalau kita ingin mewujudkan itu, terimalah sistem kalender islam global itu sebagai wujud ukhuwab basyariyah dan ukhuwah insaniyah. Bahkan kalau kita ingin wa maaa arsalnaaka illaa rahmatal lil ‘aalamiin dan mengeksplore Islam yang rahmatan lil ‘aalamiin ya satu diantara agendanya adalah mewujudkan kalender Islam global unifikasi.”
Mewujudkan ini disampaikan Haedar memang bukan suatu pekerjaan yang mudah karena ada perbedaan yang menyangkut dimensi ibadah dan dimensi hukum kauniyah. “Secara ibadah memang dua-duanya benar tetapi bagaimana generasi baru dan ilmu pengetahuan bisa menerima bahwa tanggal baru 1 Syawal di tubuh umat Islam dunia kok ada dua padahal bumi, bulan, matahari beredar pasti. Disitulah kita terus menggelorakan hisab dan Kalender Islam Global sebagai satu kepastian kita menghitung hari tanggal dan tahun,” tegas Haedar.
Atas perbedaan dan perjuangan ini Haedar mengajak segenap warga Muhammadiyah untuk tetap sabar bahkan ketika Muhammadiyah menghadapi hujatan dan persekusi verbal. “Maka sabarpun harus dilakukan ketika ada perbedaan, kita dihujat, kena presekusi verbal, bahkan ancaman ya kita harus sabar.” Kesabaran ini dicontohkan Haedar sebagaimana K.H. Ahmad Dahlan dan Nabi Muhammad saw dalam perjuangan membawa risalah Allah Swt.
Oleh karena itu, terkait situasi yang ada Haedar menyampaikan warga Muhammadiyah untuk tidak bereaksi berlebihan. “Mohon juga jangan jalan sendiri-sendiri. Muhammadiyah sudah punya garis, dimensi hukum terus kita lakukan lewat jalur hukum, hal-hal bersifat sosial kemanusiaan tetap kita bangun silaturahmi, emosi boleh seketika tetapi jangan berlebihan,” tegasnya.
“Muhammadiyah memiliki marwah bahwa ketika ada pihak lain yang merendahkan kita, menghina kita, kita punya marwah. Tetapi ciri orang bertaqwa salah satunya adalaah wal-kāẓimīnal-gaiẓa wal-‘āfīna ‘anin-nās, nah ini penting dan harus ada saatnya kita beralih ke isu lain tetapi dimensi hukum harus tetap kita lakukan dan kita kawal karena ini terkait kepastian sosial dan tertib hukum,” lanjuta Haedar.
Lebih lanjut Haedar juga mengajak segenap warga Muhammadiyah untuk terus membangun kekuatan ilmu dan penguasaan teknologi sebagai bagian dari membangun peradaban. “Saya yakin Muhammadiyah harus berada di garda depan baik kita memang juga punya tanggung jawab agar mereka yang berilmu itu punya hikmah, yu’til ilm wal hikmah.”
Akan tetapi dengan berilmu Haedar berpesan janganlah arogan. “Banyak orang sekarang berilmu tapi minus hikmah maka di arogan bahkan ilmunya tak mencerahkan jiwa, pikiran, dan perbuatan, bahkan sebaliknya ilmunya membuat dia bahlul. Ada orang yang kelihatan berilmu tetapi dia kerdil,” tegasnya.
Tujuan Kalender Islam Global Unifikasi ini sebagai sebuah gerakan pembaharuan Islam juga disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar. Hal ini berdasarkan Deklarasi Dakar hasil konferensi puncak negara anggota OKI tahun 2008 yang menyatakan bahwa dalam rangka pembaharuan islam itu sendiri, kami menyampaikan seruan kepada negara-negara kita dan para pakarnya agar melakukan mobilisasi tenaga dalam upaya penyatuan kalender islam dalam upaya mendukung penguatan citra Islam di mata dunia. “Dalam deklarasi ini ada dua hal, satu bahwa kalender global adalah bagian pembaharuan Islam itu sendiri. Jadi kalau kita Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan maka termasuk pembaharuan kalender menuju kalender Islam global,” terang Syamsul. Kedua adalah penguatan citra islam di dunia karena dalam berbagai literatur selalu identik umat Islam tidak punya penghargaan terhadap waktu, salah satunya adalah tidak punya kalender yang jelas yang menyatukan. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!