Hari Guru, Haedar Nashir Sampaikan Hormat untuk Guru Muhammadiyah ‘Aisyiyah
“Kami atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui amanah pada pagi hari ini secara khusus juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pimpinan Majelis Dikdasmen Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, seluruh lembaga pendidikan dasar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah termasuk TK ‘Aisyiyah Busthanul Athfal, baik yang di pimpinan, guru, tenaga pendidikan, dan seluruh karyawan dan keluarga besar lembaga pendidikan dasar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah atas segala ikhtiar, segala pengabdian, segala pengkhidmatan di tengah suka dan duka untuk terus tiada henti mendidik anak-anak negeri lewat Persyarikatan Muhammadiyah.” Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah), Haedar Nashir bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional, Kamis (25/11)
Bertepatan dengan Hari Guru Nasional, Ketua Umum PP Muhammadiyah menyampaikan pidato pencerahan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) bagi para pimpinan sekolah/paud/madrasah/pesantren, guru, tenaga kependidikan, hingga karyawan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan lembaga pendidikan dasar hingga menengah Muhammadiyah ‘Aisyiyah.
Haedar menyebut bahwa momentum Hari Guru Nasional tepat untuk digunakan para guru sebagai peneguhan komitmen dan peningkatan kualitas untuk menjadi guru yang unggul dan berkemajuan. “Memperingati Hari Guru Nasional sebagai momentum penting untuk meneguhkan komitmen guru sebagai aktor pendidik. Tidak pernah kenal lelah mendidik anak-anak bangsa dengan beragam latar belakang dan masalah yang tidak ringan, tetapi tetap bermujahadah, bersungguh-sungguh penuh komitmen untuk terus mendidik akal budi anak-anak negeri untuk menjadi insan kamil, menjadi manusia yang utuh, utuh iman dan takwanya, akhlak dan kepribadaiannya, pikiran, ilmu, dan keahliannya sampai pada kebudayaan dalam perilaku sebagai insan yang berkeadaban mulia,” tutur Haedar.
“Maka tidak kami sampaikan kecuali jazzakumullaha ahsanul jaza, semoga pengkhidmatan Bapak, Ibu dan Saudara sekalian di penjuru tanah air dan di luar negeri termasuk TK Aba yang ada di Kairo Mesir dan di Malaysia memperoleh balasan pahala, rahmat, ridha dan anugerah Allah Swt.”
Dalam kesempatan tersebut, Haedar menyegarkan kembali pemahaman Keislaman dan Kemuhammadiyahan. Ia menyebut hal tersebut sebagai ikhtiar untuk terus menanamkan nilai-nilai utama dalam kehidupan kita. “Termasuk dalam mendidik anak-anak tercinta kita dengan nilai-nilai Islam dan Kemuhammadiyahan yang mendalam, yang luas, dan memberi arti bagi kehidupan mereka dan kehidupan lingkungan serta semesta,” ungkapnya.
Disiarkan langsung secara daring dari Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta Cik Ditiro, Haedar berharap para guru, ustaz, dan pengajar Muhammadiyah menangkap sisi multi dimensi ajaran Islam. Sisi multi dimensi itu misalnya tersirat dalam hadis Jibril ketika Nabi ditanya tentang makna Islam, Iman, dan Ihsan yang mana ketiganya saling terhubung sebagai satu kesatuan utuh dengan dimensi amal.
Semua aspek akidah, ibadah dan syariat, menurut Haedar tidak hanya dalam lingkup hubungan manusia dengan Tuhan semata. Tetapi, terkait erat dengan hubungan antara sesama manusia dan lingkungan semesta. “Ketika kita diperintahkan salat, salat tidak hanya berkaitan dengan keniscayaan kita kepada Allah, at taqarub ilallah, sehingga ketika kita salah memahami, kita hanya mendekat kepada Allah dan melupakan yang lain.”
Salat, dicontohkan Haedar juga meniscayakan kita untuk menjadi orang yang bersih, saleh, tanha ‘anil fahsya wal munkar sehingga dari salat itu menjadi kekuatan ibadah dan ruhaniyah yang mensublimasi diri kita, menjadikan diri kita saleh, selalu berbuat baik dan selalu berusaha tidak berbuat buruk hatta ketika di saat tidak diketahui orang. Itu adalah cermin dari dimensi ajaran Islam satu sama lain terikat dan terkait.” terangnya.
Haedar menyampaikan bahwa dimensi relasi antara iman dan kehidupan dalam wujud ihsan, semuanya harus dilakukan, diinternalisasikan, dan ditanamkan dalam diri kita terlebih dahulu kemudian kita dakwahkan, kita sebarluaskan, dan kita tegakkan dalam kehidupan di lingkungan kita, di keluarga lembaga pendidikan, dalam masyarakat, bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di mana bangsa Indonesia berideologi Pancasila, berpijak di atas nilai-nilai agama dan kebudayaan luhur bangsa. (muhammadiyah.or.id/Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!