Impian PCIA PCIM Mesir Menjadi Center of Excellent Muhammadiyah di Timur Tengah
“Keberadaan kader-kader Muhammadiyah ‘Aisyiyah di Mesir sudah ada jauh sebelum PCIM dan PCIA diresmikan.” Hal tersebut disampaikan oleh Puji Fauziah Sophiakusumah Hakim, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Kairo di Mesir. Perempuan yang akrab disapa Ophi ini menyampaikan bahwa awal mula adanya PCIM itu diawali dari para kader Muhammadiyah yang bersepakat mendirikan sebuah perkumpulan dengan nama Ikatan Keluarga Muhammadiyah pada tahun 1996. Kemudian pada tahun 2002 PCIM mesir didirikan yang merupakan PCIM pertama, waktu itu PCIA hanya menginduk ke PCIM, baru pada tahun 2004 PCIA didirikan.”
Dalam perjalanannya, PCIA Mesir kemudian menjadi PCIA pertama yang mendirikan TK ABA di mancanegara. Pendirian TK ABA ini disebut Ophi berangkat dari keinginan untuk memberikan hak pendidikan bagi anak-anak dari pengurus PCIM PCIA yang mayoritas adalah mahasiswa di al-Azhar dan keluarga muda. Disampaikan Ophi bahwa embrio TK ABA di Mesir dimulai dari diadakannya summer school for children. “Kami mendirikan summer school for children yang berangkat dari keresahan, ini kalau orang tua pada kuliah, anak-anaknya pada ngapain ya, kalau libur summer anak-anak pada kemana ya ? jadi pada waktu itu kami bentuk summer school dan berlangsung selama beberapa tahun.”
Kemudian PCIA resmi membentuk TK ABA Kairo pada tahun 2010, meskipun demikian TK ABA Kairo baru mendapatkan izin operasional dari Kemendikbud RI tiga tahun yang lalu yakni tahun 2019. Kini TK ABA Kairo juga tengah melakukan pengurusan beberapa perijinan lain agar kegiatan TK ABA bisa mendapatkan dukungan dari pemerintah layaknya lembaga Pendidikan yang ada di Indonesia.
Dalam melakukan gerak dakwahnya PCIM maupun PCIA juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga yang ada di Mesir. Salah satunya disebut Ophi adalah dengan al-Azhar. “Kami kerjasama dengan lembaga seperti dengan Azhar, dan PCIM PCIA sudah dinotice, Azhar menganggap Muhammadiyah itu partner untuk menyuarakan Islam Berkemajuan,” terang Ophi. Bahkan ia menerangkan bahwa Muhammadiyah sudah memiliki MOU dengan Azhar seperti MOU Penelitian dan ada juga MOU Pelatihan Da’i.
Hal lain yang patut dibanggakan menurut Ophi adalah dakwah Muhammadiyah di Kairo dalam bidang budaya melalui Tapak Suci. Saat ini ia menjelaskan sudah ada total 2.500 pendekar Tapak Suci yang merupakan warga asli Mesir. “ Tapak Suci saat ini menjadi satu-satunya kegiatan kami yang langsung bersinggungan dengan warga setempat, untuk kegiatan lain kami belum mengajak orang Mesir untuk ikut serta dengan beberapa pertimbangan seperti beda culture dan kebiasaan,” terang Ophi. Tapak Suci Muhammadiyah Kairo disebut Ophi juga sering diajak oleh KBRI setempat jika ingin mengenalkan kebudayaan Indonesia dalam setiap acara yang digelar.
Lebih lanjut Ophi menyampaikan bahwa PCIM bersama PCIA memiliki visi besar untuk dapat menjadi center of excellent Muhammadiyah di Timur Tengah dan penerimaan masyarakat Mesir serta dukungan al-Azhar menjadi peluang besar untuk mewujudkan impian ini. “Kami melihat dengan adanya kesamaan visi dengan Azhar itu menjadi peluang yang besar baik bagi PCIM PCIA secara khusus maupun bagi Muhammadiyah ‘Aisyiyah secara keseluruhan karena selama ini kami sebagai mahasisa memperhatikan kesamaan nafas antara pandangan Muhammadiyah dengan al-Azhar. Jadi kami melihat peluang kami di situ sebagai mediator dan kader yang menuntut ilmu di Timur Tengah, kami juga bisa membawa ilmu yang kami dapat ke Indonesia.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!