Kuatkan Kerja Bersama, Cegah Dampak Stunting Bagi Masa Depan Bangsa
“Kami optimis karena kalau teman-teman dari ‘Aisyiyah sudah bergerak pasti sukses. Kedepan kami juga berharap bersama ‘Aisyiyah bisa mendampingi ibu-ibu hamil dan upaya pencegahan stunting.” Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo dalam Muktamar Talk bertema Cegah Stunting Sebelum Genting pada Jum’at (24/6/2022).
Stunting menurut Hasto masih menjadi masalah untuk kualitas SDM Indonesia. “Karena seperti yang kita tahu kesempatan Indonesia untuk mendapatkan peningkatan perkapita dari keluarga adalah di periode bonus demografi ini yang masanya tidak lebih dari tahun 2035 sehingga kalau SDM kita tidak unggul, kita kehilangan peluang untuk memanfaatkan bonus demografisnya,” terang Hasto.
Hasto menyoroti salah satu faktor tingginya angka stunting di Indonesia ini adalah kehamilan yang tidak sehat. “Kita harus menyadari bahwa kondisi sebelum hamil banyak perempuan yang memang tidak memenuhi syarat untuk hamil karena 36% remaja putri kita mengalami anemia, kemudian setelah hamil hampir 48% ibu berdasar data dari Riskesdas 2018 juga anemia sehingga anaknya yang lahir yang panjangnya kurang dari 48cm itu berjumlah hingga 22.6%.”
Melihat berbagai fakta dan data yang ada, Hasto tetap mengajak masyarakat untuk optimis dalam melakukan upaya bersama mengatasi stunting. “Kita harus menyempurnakan ikhtiar, meluruskan niat, sebelum kita berserah atau bertawakal karena kita belum mneyempurnakan ikhtiar, salah satunya ketika usia mau menikah itu belum kita smepurnakan supaya dia tidak anemia dulu sebelum hamil,” terang Hasto.
BKKBN disebut Hasto melakukan berbagai upaya untuk mensosialisasikan dan berkomitmen bahwa semua yang akan menikah harus diperiksa kesehatannya. “Sehingga nanti ada data siapa, dimana yang perlu diberikan treatment, dari hulu harus seperti itu dan penanganan dilakukan hingga 1000 HPK.”
Hasto juga menyebutkan bahwa lingkungan sehat, air bersih, dan jamban serta rumah yang layak memiliki pengaruhnya besar pada kondisi kesehatan bayi termasuk mempengaruhi kondisi stunting. “Mereka yang punya bayi tapi airnya tidak bagus maka bayinya akan sering diare, batuk pilek, jambannya yang tidak bagus juga mengotori lingkungannya.” Faktor inilah yang menurut Hasto juga harus menjadi pemahaman bersama.
Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Chairunnisa menyebut , dalam jangka panjang stunting akan membawa dampak besar bagi bangsa Indonesia. Menurut Chairunnisa, “Stunting ini jika kita tidak pedulikan akan mengancam kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Padahal pada tahun 2024 kita menyongsong Indonesia emas, kalau pada hari ini anak-anak kita dilahirkan dengan gagal tumbuh kondisi stunting maka bagaimana nanti kualitas generasi kita menjelang satu abad kalau anak-anak yang diahirkan tidak terpenuhinya asupan gizi,” paparnya.
Stunting menurut Chairunnisa menjadi persoalan bersama bukan hanya pemerintah tetapi juga termasuk ‘Aisyiyah. ‘Aisyiyah terbukti sejak awal kelahirannya sudah memiliki perhatian pada isu kesehatan termasuk kesehatan ibu dan anak. Kini, isu stunting pun menjadi salah satu kerja yang dilakukan ‘Aisyiyah dengan melakukan berbagai upaya secara terstruktur dalam pencegahannya.
“Kalau kita bicara pemenuhan gizi untuk kelahiran itu dimulai dari 1000 HPK, ini menjadi tugas kita semua, ‘Aisyiyah termasuk di dalamnya, kita harus berbuat untuk berkontribusi menuntaskan masalah ini.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!