Perubahan Iklim Berdampak Nyata, Sampai Kapan Kita Berdiam Diri ?
Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PPA) tidak henti mengajak masyarakat untuk membuka mata dan kesadaran diri atas dampak nyata dari perubahan iklim yang terjadi di bumi. Hal itu tergambar dari kegiatan Webinar Nasional LLHPB PPA dengan judul ‘Gerakan Mengatasi Bencana Akibat Dampak Perubahan Iklim’ yang dilaksanakan secara daring pada Jumat (23/7).
Acara yang dihadiri oleh jajaran pengurus LLHPB dari seluruh Indonesia ini menghadirkan Hening Parlan selaku Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PPA, Laksmi Dhewanthi selaku Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Dwikorita Karnawati selaku Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
Nurni Akma, selaku Ketua LLHPB PPA dalam sambutannya menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini diharapkan para pengurus LLHPB dan kader-kader ‘Aisyiyah akan mendapatkan masukan dan solusi bagi kegiatan-kegiatan di daerah dan wilayah sehingga ‘Aisyiyah akan semakin dapat menunjukkan kontribusinya bagi penanggulangan maupun pencegahan dampak perubahan iklim.
Pernyataan tersebut di dukung oleh Ketua PPA, Masyitoh Chusnan yang menyampaikan keynote speechnya. Masyitoh menyampaikan bahwa terkait perubahan iklim ini banyak beredar informasi hoax yang dapat menyesatkan masyarakat. Oleh karena itu menurutnya webinar sebagai salah satu cara ‘Aisyiyah berdakwah memberikan pencerahan bagi masyarakat. “Di era saat ini masyarakat membutuhkan pencerahan karena berbagai berita informasi yg kadang membingungkan dan membuat kontraproduktif.” Masyitoh menyebut bahwa banyak sekali tantangan perubahan iklim dan dampaknya. ‘Aisyiyah harus selalu bergerak untuk menanggulangi dampak tersebut.
Laksmi Dhewanthi selaku Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan bahwa dalam situasi adanya perubahan iklim, Indonesia dengan kondisi iklim dan geografisnya memiliki potensi bencana Hidrometereologi yakni kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, tornado, angin puyuh, topan, putting beliung, gelombang dingin, gelombang panas, abrasi pantai yang dapat terjadi bersamaan dibeberapa lokasi. Oleh karena itu menurutnya upaya penanganan dampak perubahan iklim harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi serta kebutuhan lingkungan masing-masing.
“Alhamdulillah acara ini diikuti oleh jajaran pimpinan LLHPB seluruh Indonesia karena menghadapi perubahan iklim ini pilihan aksi kita di tingkat lokal harus beragam, harus berbeda dan sesuai kondisi kebutuhan lingkungan di tempatnya masing-masing,” jelas Laksmi. Menurutnya ini merupakan tantangan dan berkah di mana kita punya keberagaman sehingga Indonesia diberikan kemampuan beradaptasi lebih beragam dibandingkan negara lain karena dapat belajar bagaimana beradaptasi dari daerah lain yang kondisinya berbeda-beda.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa berbicara mengenai perubahan iklim maka harus diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi khususnya untuk Indonesia. Menurutnya semua tentang iklim sebenarnya dapat diprediksi dan diberikan peringatan dini. Akan tetapi sayangnya masyarakat Indonesia masih kurang terbiasa memperhatikan cuaca dan iklim karena masyarakat terbiasa dengan kondisi dua musim di Indonesia yakni musim hujan dan kemarau padahal saat ini terjadi perubahan iklim yang sangat dinamis dan sering ekstrim. “Sekarang harus dihidupkan budaya yang tadinya biasa-biasa saja dengan cuaca menjadi budaya pemerhati cuaca dan iklim. Tetapi kami masih belum mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat sehingga jika muncul informasi peringatan dini cuaca dan iklim seiring diabaikan,” tandas Dwikorita.
Ia berharap ‘Aisyiyah dapat berperan serta dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat agar lebih sadar akan perubahan iklim yang terjadi termasuk lebih memberikan perhatian pada peringatan dini yang disampaikan oleh BMKG. Selain itu menurutnya juga dibutuhkan peran nyata masyarakat untuk menghentikan peningkatan produksi gas rumah kaca yang akan semakin memperburuk kondisi perubahan iklim. “Kami minta bantuan ibu-ibu agar gas rumah kaca bisa dikendalikan dan tidak bertambah tambah terus.”
Hening Parlan selaku Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PPA, mendorong para kader ‘Aisyiyah untuk dapat terus bergerak dan berkontribusi dalam upaya menyelamatkan bumi. Menurutnya al-Qu’an sendiri mengandung 40 ayat yang terkait perlindungan terhadap bumi dan ini sepatutnya menjadi spirit para kader ‘Aisyiyah untuk bergerak melalui Eco Jihad yakni perjuangan untuk bumi yang lestari.
Hening menyampaikan bahwa 40 ayat yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut sudah tentu sering diperdengarkan oleh karena itu harus menjadi suluh yang memberikan semangat para kader ‘Aisyiyah untuk terus bergerak dengan spirit Eco Jihad dengan gerakan yang bernama Green ‘Aisyiyah.
Melalui gerakan Green ‘Aisyiyah ini Hening menyebutkan bahwa kader-kader ‘Aisyiyah sekaligus melaksanakan kewajiban manusia sebagai khalifah fil ‘ard, menyelamatkan bumi, menyelamatkan generasi, dan mengurangi risiko akibat dampak perubahan iklim. “Itulah yang kita semangati, menjadi Green ‘Aisyiyah, sebuah gerakan yang kita gerakan bersama tidak hanya untuk satu atau dua tahun tapi jangka panjang dengan nilai dasar Eco Jihad ‘Aisyiyah Muhammadiyah untuk menggerakan masyarakat demi menjaga lingkungan, menjaga bumi, menjaga generasi.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!