Siti Noordjannah: Pijakan ‘Aisyiyah Kuat untuk Mendorong Perempuan Berkemajuan
SURAKARTA – Diikuti 165 peserta, ‘Aisyiyah menyelenggarakan Sidang Tanwir ‘Aisyiyah yang melekat pada Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah. Berlangsung di Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sidang Tanwir ini diikuti oleh 165 peserta berasal dari anggota PP ‘Aisyiyah, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah, dan utusan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah dengan agenda pengesahan materi Muktamar 48 ‘Aisyiyah dan pemilihan calon tetap anggota PP ‘Aisyiyah dari 105 calon menjadi 39 calon.
Saat menyampaikan Pidato Iftitah, Siti Noordjannah Djohantini Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, mengungkapkan bahwa Tanwir maupun Muktamar kali ini mungkin berbeda secara teknis. Namun, Noordjannah menegaskan, “Secara substansi, Tanwir dan Muktamar ‘Aisyiyah sudah sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai regulasi organisasi.” Noordjannah menambahkan, bahwa Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah telah mengupayakan cara melaksanakan Muktamar ini dengan cara sebaik-baiknya untuk menghindarkan diri dari kemudharatan di tengah situasi Covid-19.
Penyelenggaraan Tanwir dan Muktamar ini, menurut Noordjannah, memiliki makna yang luas dan mendalam bagi gerakan ‘Aisyiyah, “Materi muktamar begitu kaya, memotret berbagai tantangan kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan global, tentu harapannya ada kemajuan yang menjadi perhatian lebih dalam konteks kepentingan Gerakan dalam 5 tahun yang akan datang.”
Noordjannah menjelaskan, bahwa tema Muktamar 48 ‘Aisyiyah ini mengambil tema “Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Peradaban Bangsa”. Ia menjelaskan bahwa tema ini sangat penting untuk menunjukkan ikhtiar dan kontribusi perempuan berkemajuan dalam mencerahkan kehidupan bangsa.
Tema tersebut juga merujuk pada visi Gerakan ‘Aisyiyah di abad kedua sebagaimana tercantum dalam Pokok Pikiran ‘Aisyiyah Abad Kedua. Terdapat tiga visi gerakan, yaitu Islam Berkemajuan, Gerakan Pencerahan, dan Perempuan Berkemajuan, yaitu berkembangnya perempuan berkemajuan di lingkungan keumatan, bangsa, dan ranah global sebagai insan pelaku perubahan untuk mewujudkan peradaban utama.
Perempuan Berkemajuan, ungkap Noordjannah, bukan sosok fisik, tetapi alam pikiran dan kondisi kehidupan yang maju tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi secara structural maupun kultural. “Aisyiyah memiliki pijakan yang kuat untuk mendorong perempuan menjadi warga perempuan yang maju, di situlah letak ‘Aisyiyah memperjuangkan kehidupan perempuan, keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal,” terang Noordjannah.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!