SPPG ‘Aisyiyah Kasihan Diresmikan, Wujud Ta’awun dan Inovasi Layanan Gizi Berbasis Komunitas
Bantul — ‘Aisyiyah kembali meneguhkan komitmennya dalam dakwah kesehatan melalui peresmian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ‘Aisyiyah Kasihan, yang berlokasi di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada Kamis (13/11).
SPPG ‘Aisyiyah merupakan unit layanan yang berfokus pada pemenuhan gizi anak sekolah secara aman, higienis, dan berkualitas. Inisiatif ini menjadi bagian dari gerakan ‘Aisyiyah Sehat serta sejalan dengan dakwah Muhammadiyah untuk membangun masyarakat berkemajuan.
Dalam sambutannya, Yuli Isnaeni selaku Penanggung Jawab SPPG ‘Aisyiyah menuturkan bahwa pendirian SPPG ini lahir dari semangat kolaborasi dan gotong royong lintas unsur masyarakat.
“SPPG ini hadir sebagai wujud kerjasama, keikhlasan, ta’awun, dan gotong royong,” ujarnya. Yuli juga menyampaikan apresiasi kepada Yayasan Hati Ikhlas Indonesia yang telah menjadi mitra utama dalam penyediaan gedung dan sarana prasarana SPPG yang menjadi fondasi penting bagi terlaksananya layanan gizi yang aman, higienis, dan berkualitas.
Disampaikan oleh Yuli bahwa SPPG sudah mulai beroperasi sejak 10 November 2025 dengan menjangkau 1.009 siswa di Sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Kasihan, dan akan diperluas hingga melayani 2.500 siswa.
“Semoga pelayanan ini menjadi langkah awal dalam membangun budaya makan sehat di sekolah sekaligus menjadi inspirasi bagi wilayah ‘Aisyiyah lainnya untuk mengembangkan model yang sama,” tambahnya.
Menurut Yuli, kehadiran SPPG bukan hanya sekadar penyediaan makanan bergizi, melainkan menjadi pusat pembelajaran dan inovasi bagi masyarakat dalam memahami pentingnya pola makan sehat, terutama bagi anak-anak usia sekolah. “Diharapkan keberadaan SPPG ‘Aisyiyah Kasihan Bantul ini akan menjadi pusat pembelajaran, kolaborasi, inovasi, layanan gizi berbasis komunitas menebar manfaat yang luas bagi masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Hati Ikhlas Indonesia, M. Arsjad Rasjid, menegaskan bahwa pembangunan SPPG bukan hanya proyek fisik semata, melainkan gerakan kemanusiaan yang memberikan dampak sosial, kesehatan, dan ekonomi yang luas.
“Pembangunan SPPG ini bukan hanya membangun dapur tetapi membawa dampak yang luar biasa yaitu kebahagiaan dan kesehatan untuk anak-anak,” ujar Arsjad.
Ia menambahkan bahwa upaya ini juga bertujuan untuk membangun ekosistem pemberdayaan yang menyentuh lapisan masyarakat terbawah. “Dampak ekonomi yang membantu komunitas ini membangun ekosistem ekonomi yang luar biasa. Insya Allah ini menjadi bagian awal dan akan membawa dampak yang lebih luas,” tuturnya.
Arsjad berharap sinergi antara dunia usaha dan organisasi masyarakat seperti ‘Aisyiyah dapat terus diperkuat, sehingga setiap inisiatif sosial mampu memberi nilai tambah nyata, baik dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat maupun penguatan ekonomi lokal.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menekankan bahwa komitmen Muhammadiyah dalam program pemenuhan gizi ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk mempersiapkan generasi bangsa yang sehat dan unggul.
Ia menjelaskan bahwa sejak awal, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah telah terlibat aktif dalam Program Makan Bergizi (MBG) yang digagas oleh pemerintah.
“Sejak pertama Pak Prabowo menggagas dan memulai program MBG yang belum diluncurkan saat itu, kami bahkan menjadi organisasi masyarakat pertama yang menandatangani MoU dengan Badan Gizi Nasional (BGN) bersamaan dengan Tanwir Muhammadiyah di Kupang NTT yang dibuka Presiden Prabowo,” ucapnya. Haedar menyampaikan bahwa sejak itu Muhammadiyah sudah mendirikan 150 unit SPPG yang terus bertambah dan bahkan diproyeksikan akan muncul 150 SPPG lagi dari Muhammadiyah.
Haedar menegaskan bahwa alasan Muhammadiyah terlibat dalam program ini bukan semata karena dukungan terhadap kebijakan, tetapi karena kesadaran moral dan keagamaan.
“Kenapa kami terlibat dan ikut? Ini menyangkut masa depan generasi bangsa kita. Karena dalam Islam terdapat konsep Qurrota Ayun dan jangan meninggalkan dzurriyyatan dhi’afa atau generasi yang lemah,” ujarnya. Salah satu pilar untuk membangun generasi bangsa disebut Haedar adalah kesehatan dan masalah gizi anak yang memengaruhi kondisi fisik dan psikologisnya.
Haedar menyampaikan bahwa proram MBG ini memiliki niat utama untuk kesehatan generasi bangsa. Akan tetapi terkait dinamika yang terjadi pelaksanaan MBG, Haedar menyampaikan Muhammadiyah bukan acuh tetapi justru mengkoreksinya dengan perbuatan, dan dengan berbuat ini Muhammadiyah mempunyai posisi legal moral untuk bisa memberi masukan kepada pemerintah.
Lebih lanjut, Haedar menjelaskan bahwa keterlibatan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah juga merupakan bentuk dakwah nyata melalui teologi Al-Ma’un. Menurutnya, melalui gerakan seperti SPPG, Dengan Teologi Al-Ma’un kita bisa mengimplementasikan SPPG Muhammadiyah ‘Aisyiyah di berbagai tempat untuk mencerdaskan mencerahkan, memberdayakan, memajukan masyarkat seluas-luasnya.
Sebagai penutup, Haedar mengajak seluruh elemen Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah untuk terus berinovasi dan memperluas kontribusi dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan.
“Kita jangan berhenti untuk terus membangun. Sesuai tema Milad 113 Muhammadiyah, kita memajukan kesejahteraan bangsa, dan SPPG ini adalah salah satunya,” tegasnya.
Peresmian SPPG ‘Aisyiyah Kasihan menjadi simbol sinergi antara semangat keikhlasan, profesionalisme, dan inovasi dalam dakwah kesehatan. Dengan dukungan berbagai pihak, SPPG ini diharapkan menjadi model layanan gizi berbasis komunitas yang berkelanjutan, sekaligus memperkuat peran ‘Aisyiyah dalam mencerdaskan dan menyehatkan bangsa. (Suri)


