Stereotip dan Bias Gender Menutupi Kontribusi Perempuan di Bidang Sains Teknologi
“Bagaimana perempuan terlibat dalam pengembangan sains ? Ada banyak mutiara muslim, perempuan, yang tersembunyi di banyak proyek scientific dunia, hanya saja memang jauh dari liputan media dan tidak kita ketahui.” Hal tersebut dipaparkan oleh Fathul Wahid, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), dalam Pengajian Ramadhan 1443 H Pra Muktamar ke-48 yang dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Kamis (21/4/2022).
“Paling tidak cerita-cerita seperti ini akan membangkitkan optimisme bahwa kita bisa loh berdiri sama tinggi dengan negara-negara maju, berkontribusi, berdialog antar peradaban, ini menjadi penting sehingga ini lagi-lagi menjelaskan bahwa IPTEK tidak punya batas perbedaan,” ungkap Fathul
Lebih lanjut Fathul menyampaikan data tentang proporsi periset perempuan dari total periset. Walaupun total rata-rata periset perempuan di seluruh dunia adalah 29.3% akan tetapi Indonesia memiliki data yang cukup bagus yakni sekitar 45% periset perempuan. Selain itu di beberapa belahan negara di dunia jumlah periset perempuan juga lebih dari 40%. “Ternyata di dunia Arab yang selama ini di bingkai, di bangun citra tidak terbuka, tidak memiliki ruang untuk perempuan akan tetapi proporsinya jauh lebih tinggi yakni 41.5%. Ini bagi saya adalah sebuah bukti bahwa banyak pemahaman Islam berkemajuan yang muncul di pojok titik bumi ini termasuk di negara-negara Arab.”
Fathul juga menyebutkan data tahun 2020 yakni bahwa 1 dari 10 penduduk perempuan menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi dan jumlahnya lebih banyak dari laki-laki. Ini menurutnya adalah modal sosial yang luar biasa untuk mengembangkan dan meningkatkan kontribusi perempuan di bidang sains.
Akan tetapi disampaikan Fathul bahwa perlu dicari penjelas dan melihat masalahnya dimana ketika kita menganggap perempuan tertinggal kontribusinya dalam pengembangan sains.Menurutnya ada banyak stereotip dan bias gender yang berkembang di masyarakat terkait keterlibatan perempuan di bidang sains dan teknologi.
Stereotip dan bias gender itu disebutnya antaralain bahwa adanya anggapan bahwa laki-laki lebih baik daripada perempuan di bidang STEM (science, technology, engineering, and math), adanya kepercayaan tradisional bahwa perempuan tidak tertarik berkarir di bidang sains, perempuan sukses berperilaku maskulin, bias gender dalam proses review sejawat, bias gender dalam lamaran pekerjaan, dan bias gender dalam promosi karir.
“Ada banyak penjelasan yang saya temukan dari literatur mengapa perempuan dianggap tertinggal dari laki-laki,” ujar Fathul. Ia menyebutkan antara lain perbedaan biologis perempuan dan laki-laki, kesiapan akademik untuk memilih program studi atau karier di bidang sains, sikap yang tidak menyukai sains dan minim pengalaman terkait sains di masa anak-anak. “Untuk bagian ini ‘Aisyiyah melalui amal usaha pendidikannya seperti TK ABA bisa berkontribusi bagaimana menumbuhkan kecintaan anak-anak termasuk anak perempuan dalam bidang sains,” tutur Fathul.
Kemudian, ketiadaan saintis atau insinyur perempuan sebagai teladan, kurikulum sains tidak relevan untuk banyak perempuan, pedagogi kelas sains lebih mengutamakan laki-laki, tekanan kultur kepada perempuan untuk tetap pada peran tradisionalnya, penekanan pada persaingan individual, tekanan dan stres menjadi minoritas dalam bidang sains, dsb.
Dalam menyelesaikan masalah ini, Wahid menawarkan beberapa solusi yakni pertama, memastikan akses yang sama antara perempuan dan laki-laki ke sumber daya sains; kedua, membuat contoh dan penugasan yang menekankan cara sains dapat meningkatkan kualitas kehidupan; ketiga, menggunakan kelompok kerja di kelas yang lintas gender; keempat, menghilangkan bahasa dan gambar dalam buku teks yang hanya menonjolkan laki-laki; kelima, meningkatkan kedalaman dan mengurangi keluasan pelajaran/mata kuliah dasar; dan keenam, secara terbuka mengakui adanya aspek politik dalam penelitian saintifik. “Solusinya adalah agar bagaimana membuka akses, meningkatkan partisipasi dan membuka ruang untuk berkemajuan,” tegasnya. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!