Khidmat NA Mendorong Kontribusi Perempuan dalam Kemanusiaan
“Tema milad Nasyiatul Aisyiyah ‘Khidmat Perempuan dalam Dakwah Kemanusiaan’ memiliki pesan dan juga sikap yang tegas, bahwa selama Nasyiatul Aisyiyah lahir selalu melakukan kerja dan aksi dalam konteks kemanusiaan, terutama saat ini di masa pandemi.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA) Diyah Puspitarini saat Puncak Milad Nasyiatul Aisyiyah Ke 93 Tahun Hijriyah/ 90 Tahun Masehi yang dilaksanakan secara daring pada Sabtu (7/8).
Di masa pandemi yang memunculkan banyak dampak bagi masyarakat ini, kader-kader Nasyiah menurut Dyah turut menujukan kontribusinya dalam berbagai bidang seperti pendidikan melalui PAUD Nasyiatul Aisyiyah, ekonomi melalui BUANA, juga melakukan gerakan anti kekerasan serta edukasi dan pelatihan paralegal. “Nasyiatul Aisyiyah selama pandemi ini turut hadir dalam upaya pengentasan kekerasan dengan giat melakukan gerakan anti kekerasan serta edukasi dan pelatihan paralegal, sehingga setiap kader Nasyiah siap menjadi advokat bagi dirinya sendiri ataupun lingkungan sekitarnya sehingga kekerasan tidak lagi terjadi.”
Terkait keluarga dan kesehatan anak, Dyah juga menyampaikan bahwa NA mengadakan Samara Course sebagai bekal dalam persiapan pernikahan serta juga edukasi dengan parenting dan pencegahan berkelanjutan. Kegiatan Family Learning center juga dilakukan sebagai penguatan keluarga di masa pandemi, sebab keluarga adalah solusi dari munculnya dampak negatif pandemi. Nasyiatul Aisyiyah juga berupaya melakukan pencegahan meningkatnya angka stunting di Indonesia dengan terus melakukan pencegahan stunting dengan sosialisasi, edukasi hingga pemberian makanan sehat bagi ibu hamil dan menyusui.
Meski dalam keterbatasan di masa pandemi ini Dyah mengajak segenap kader NA untuk tidak hanya diam, larut pada ketakutan dalam situasi pandemi ini, namun terus berbuat sesuatu, terlebih untuk tetap hifdzun nafs (menjaga keselamatan diri) dengan melakukan pencegahan virus corona. Diharapkan juga para kader untuk saling membantu, tolong menolong dalam menggerakkan organisasi saat ini serta memberikan kontribusi dalam pandemi ini. “Karena kita semua adalah orang pilihan, maka segala yang kita lakukan untuk Nasyiah akan bermanfaat bagi masyarakat luas.”
Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Shoimah Kastolani menyampaikan bahwa ‘Aisyiyah terus mendorong NA untuk selalu berbuat untuk dakwah kemanusian, untuk kemajuan masyarakat secara bersama. Menurut Shoimah selama ini ia melihat banyak kegiatan yang sudah dilakukan NA hingga ke bawah dan di bawah ‘Aisyiyah juga selalu bergandeng tangan dengan NA. “Kita sebagai kaum perempuan sangat berkontribusi besar dalam gerakan nyata bertaawun sosial yang sudah dilakukan oleh ‘Aisyiyah maupun Nasyiatul Aisyiyah,” papar Shoimah.
Shoimah menyoroti bahwa isu besar tentang krisis hidup, lingkungan hidup, juga ekonomi harus menjadi perhatian semua pihak dan ia yakin bahwa Muhammadiyah dibantu ‘Aisyiyah, NA, dan ortom yang lain juga bisa membantu mengembangkan dan menumbuhkan kekuatan bangsa. Menurutnya tidak ada perubahan yang lebih efektif selain dilakukan dengan bekerjasama antar kelompok masyarakat yang sama-sama kuat untuk saling menguatkan. Bagi Shoimah, kontribusi dalam mendukung dakwah kemanusian tidak perlu bersendiri-sendiri tetapi juga bisa bersama. Sebagai ortom Muhammadiyah, ‘Aisyiyah dan NA juga dapat berperan menginterpretasikan nilai-nilai Islam untuk kehidupan berkemajuan. “Para perempuan dapat selalu berbuat untuk masyarakat untuk memajukan masyarakat, dalam keterbatasan bagaimanapun kita harus berbuat nyata karena kita adalah sebuah gerakan.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengapresiasi kerja-kerja NA yang dalam beberapa tahun ini memiliki konsern pada hal yang terkait dengan keluarga dan anak-anak. Menurutnya ini pilihan yang sangat tepat dengan apa yang selama ini menjadi realitas kehidupan NA yang para kadernya kebanyakan merupakan para perempuan dan ibu muda. Mu’ti menyebutkan bahwa kompoisis terbesar penduduk Indonesia adalah kelompok usian muda 15-60 tahun oleh karena itu, Indonesia di masa depan berada di tangan keluarga muda yakni mereka yang memiliki anak-anak yang saat ini berusia di bawah 15 tahun.
Makna keluarga dalam pembagunan bangsa menurut Mu’ti adalah tiang negara, bahwa ketahanan bangsa dibangun atas keluarga. “Kalau bicara mengenai SDGS ada perhatian penting menyangkut keluarga dan pendidikan anak usia dini yang sering disebut the golden age dalam membangun kekuatan suatu bangsa.” Oleh karena itu Mu’ti mendorong NA untuk terus berbuat dan berkontribusi bagi bangsa karena para ibu muda kader NA ini memiliki peran penting karena mereka berada pada level itu dan memiliki konsern pada hal tersebut. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!