Keberpihakan Islam pada Isu Disabilitas
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Pada tahun 2020, Survei Ekonomi Nasional (Susenas) mencatat ada sekitar 28,05 juta penyandang disabilitas di Indonesia. Jumlah ini setara dengan 10,38 % populasi nasional. Angka ini adalah angka yang tidak sedikit, dan sayangnya mereka seringkali tidak seberuntung anggota masyarakat yang lain, khususnya dalam memperoleh hak-haknya. Baik hak untuk mendapatkan pekerjaan, hak untuk beribadah, dan hak-hak mendasar yang lain. Padahal, Islam memberikan suatu pedoman nilai (al-qiyam al-asasiyyah) agar kita manusia mampu melihat setiap individu sebagai pribadi yang setara dan memiliki hak yang sama di mata Allah swt. Salah satu nilai ajaran Islam yang penting untuk kita refleksikan dalam konteks ini adalah firman Allah berikut ini,
﴿یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرࣲ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبࣰا وَقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوۤا۟ۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِیمٌ خَبِیرࣱ﴾ [الحجرات ١٣]
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha teliti [QS. Al-Hujurat: 13].
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Al-Baghawi dalam tafsirnya, Ma’alim al-Tanzil, menerangkan latar belakang turunnya ayat ini. Menurutnya, salah satu alasan Allah menurunkan ayat ini adalah peristiwa yang dialami oleh Bilal bin Rabah yang diejek dan diremehkan oleh orang-orang kafir Quraisy sesaat setelah ia diperintahkan untuk mengumandangkan azan oleh Rasulullah pasca Fathu Mekkah. Setelah tuntas mengumandangkan azan di atas Kakbah, orang-orang kafir Quraisy mendatangi Bilal sembari melemparkan olok-olok dan umpatan, seperti: “apakah Muhammad tidak memiliki orang lain selain gagak hitam ini untuk mengumandangkan azan?”; suatu celaan yang sangat hina, karena menyamakan manusia dengan binatang. Setelah itu, turunlah pembelaan Allah terhadap Bilal dengan menurunkan ayat ini. Pembelaan Islam yang tidak hanya sekedar diberikan untuk Bilal, tapi juga pembelaan atas harkat manusia yang seharusnya dimuliakan, meskipun orang tersebut memiliki status sosial rendah.
Kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Selain dalam al-Quran, pembelaan Islam terhadap harkat manusia juga dapat kita baca dalam narasi hadis. Bahkan kisah dalam hadis berikut ini, sangat spesifik tentang bagaimana Rasulullah membela manusia yang secara fisik mengalami disabilitas. Diceritakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa ‘Abdullah bin Ma’sud suatu ketika pernah diminta oleh Rasulullah untuk memetik ranting pohon yang akan digunakannya bersiwak. Ketika ia telah menaiki pohon tersebut, angin yang cukup kencang berhembus dan membuat pakainnya tersingkap. Ketika itu, dua betis ‘Abdullah bin Ma’sud yang kecil tampak oleh sahabat-sahabat Nabi yang lain. Bagi mereka, ukuran kaki ‘Abdullah bin Ma’sud aneh dan tidak seproporsional ukuran kaki orang pada umumnya. Melihat tingkah para sahabat yang menertawakan kaki ‘Abdullah bin Ma’sud, Nabi lalu berkomentar: “apa yang kalian tertawakan?”. Para sahabat kemudian menjawab: “Duhai Rasulullah, kami menertawakan kaki kecil ‘Abdullah bin Ma’sud itu”. Mendengar jawaban itu, Rasulullah marah lalu kemudian mengatakan: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betis ‘Abdullah bin Mas’ud di hari kiamat nanti akan lebih berat timbangannya dari gunung Uhud.”
Kaum Muslimin sekalian yang dirahmati oleh Allah,
Sungguh pernyataan Nabi ini tidak hanya sekedar pembelaan terhadap ‘Abdullah bin Mas’ud, tapi lebih dari itu ia merupakan bentuk advokasi dan keberpihakan Rasulullah pada kaum difabel. Dari hadis ini pula, kita seharusnya meneladani Rasulullah dalam hal pembelaan kita kepada saudara-saudara kita penyandang disabilitas. Mereka juga adalah manusia yang sama dan setara seperti kita, yang layak dan berhak juga untuk mendapatkan kemulian dan hak-haknya. Di samping itu, yang perlu kita sadari pula ialah bahwa keunggulan dan kemulian manusia itu bukan ditentukan oleh bentuk fisik, warna kulit, disabilitas atau tidak, dan lain sebagainya. Namun kemulian manusia ditentukan oleh tingkat ketakwaan yang ada dalam diri seseorang, sebagaimana yang tersurat dalam surat al-Hujurat ayat 13 di atas.
Dalam ayat tersebut, Allah ingin menegaskan bahwa Dia memang sengaja menciptakan manusia secara beragam dan berbeda. Allah menciptakan kita berbeda-beda secara suku, bangsa, bahasa, bentuk tubuh, dan lain sebagainya. Tidak ada satu individu pun di dunia ini yang sama identik; semuanya memiliki kekhasan dan karakteristik masing-masing. Tujuan manusia diciptakan berbeda, sebagaimana dalam ayat tersebut, adalah agar kita bisa saling membangun rasa saling mengerti dan memahami satu sama lain. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa ayat tersebut bukan untuk menunjukkan satu individu lebih unggul dari individu yang lain; atau suatu kelompok lebih baik dari kelompok yang lain. Akan tetapi keunggulan dan kemuliaan seseorang atau kelompok itu ditentukan oleh seberapa ia memiliki tingkat ketakwaan kepada Allah swt.
Pesan besar ayat ini juga diperkuat oleh hadis Nabi di bawah ini, yang menegaskan bahwa Allah tidak menganggap penting bentuk fisik dan warna kulit kita, tapi yang Allah akan jadikan tolok ukur untuk melihat manusia adalah apa yang terdapat dalam hatinya (iman) dan amal kesehariannya (takwa),
عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: «إنَّ الله لا ينْظُرُ إِلى أجْسَامِكُمْ، ولا إِلى صُوَرِكمْ، وَلَكن ينْظُرُ إلى قُلُوبِكمْ وأعمالكم».
– [رواه مسلم]
Demikian khutbah Jumat pada hari ini. Semoga Allah senantiasa membimbing kita menjadi manusia yang bertakwa dan memperhatikan hak-hak saudara kita yang difabel.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِى الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا . أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
Oleh : Niki Alma Febriana Fauzi (Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah & Dosen Prodi Ilmu Hadis FAI UAD)
(Artikel ini tayang di Majalah Suara Muhammadiyah edisi 1-15 Oktober 2024)