Musywil ‘Aisyiyah Bali Siap Lahirkan Pemimpin Amanah dan Dinamis
Tinggi budinya, tinggi ilmunya, dan baik kelakuannya menjadi tiga kriteria pemimpin yang disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Latifah Iskandar saat menghadiri Musyawarah Wilayah (Musywil) ke-22 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Bali pada Sabtu (14/1/23). Kriteria pemimpin tersebut menurut Latifah ia kutip dari pidato yang disampaikan oleh salah seorang Srikandi ‘Aisyiyah yakni Siti Munjiyah saat menyampaikan pidatonya berjudul Derajat Perempuan dalam Kongres Perempuan Pertama di Yogyakarta pada 22 Desember 1928. “Ini yang disampaikan Munjiyah dan sampai sekarang masih bisa kita lakukan.”
Latifah berharap melalui gelaran Musywil ini agar ‘Aisyiyah Bali dapat terus melahirkan pemimpin masa depan yang dibutuhkan. “Pemimpin yang mempersatukan, mencerahkan, dan pemimpin yang Insya Allah jujur dan amanah, saya yakin semua sepakat siapapun yang hadir di sini ingin menjadi pemimpin yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Latifah juga menyampaikan harapannya agar kegiatan Musywil ini akan menggali lebih banyak lagi hal yang berkaitan tentang perempuan berkemajuan mencerahkan peradaban bangsa. ‘Aisyiyah yang berdiri sejak tahun 1917 disebut Latifah bersama dengan Muhammadiyah telah mengembangkan spirit Islam Berkemajuan yang merupakan ajaran Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diskriminsai. Sejalan dengan pandangan keagamaan tentang Islam Berkemajuan tersebut ‘Aisyiyah terus menerus mengaktualisasikannya untuk mewujudkan tegaknya ajaran Islam demi terwujudnya peradaban utama yang memuliakan dan memajukan perempuan serta memajukan umat manusia.
Latifah juga menekankan mengenai dokumen Risalah Perempuan Berkemajuan yang telah diputuskan dalam Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah di Surakarta pada November 2022 lalu. Ia menyampaikan dalam berbagai situasi yang terjadi, perempuan dan anak-anak karena lemah posisinya sering menjadi korban dari pandangan dan struktur yang membelenggu, diskriminasi, penindasan. “Padahal sejatinya Allah menciptakan perempuan dan laki-laki dengan martabat kedudukan yang sama, di muliakan untuk menjalani kehidupan bersama-sama yang luhur dan sangat mulia,” terangnya.
Oleh karena itu, bagi dunia perempuan pada umumnya, kehadiran pemikiran Risalah Perempuan Berkemajuan ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagaimana agama khususnya Islam memiliki pandangan yang maju tentang dunia perempuan sehingga agama bukan rintangan bagi kemajuan perempuan. “Apakah selama ini ada situasi tersebut? saat ini sangat berkembang paham keagaaman yang luar biasa menjadi tantangan kita semua termasuk gerakan perempuan di Indonesia dan ‘Aisyiyah sudah merumuskan RPIB dengan latar spirit kelahiran ‘Aisyiyah, dinamika ‘Aisyiyah dan berbagai dokumen ideologi yang menjadi pegangan.”
Latifah menyebutkan bahwa ‘Aisyiyah berharap RPB ini dapat menjadi rujukan utama perempuan ‘Aisyiyah, Muhammadiyah dan perempuan pada umumnya. “Mudah-mudahan kontribusi ‘Aisyiyah dalam pemikiran ini bisa memajukan peradaban bangsa. Kalau bangsa beradab, Insya Allah maju semua dan kita songsong Indonesia ke depan dengan senang hati, dengan besar hati, dan berilmu dan Insya Allah apa yang kita lakukan bersama-sama akan memberi manfaat untuk umat.”
Mengangkat tema “Dari Bali, Kamis Siap Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta,” Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Bali, Takwalin menyampaikan bahwa Musywil ‘Aisyiyah Bali adalah permusyawaratan tertinggi ‘Aisyiyah di Bali. “Mudah-mudahan Musywil kali ini kita maknai dan warnai dengan keikhlasan, kesungguhan hati, pemikiran maju, dan luas serta kebersamaan dan kegembiraan untuk merefleksikan perjalanan ‘Aisyiyah sehingga bisa menghasilkan keputusan yang startegis dan praksis bagi arah kemajuan ‘Aisyiyah Bali dalam periode mendatang.”
Takwalin meminta agar melalui Musywil ini akan terpilih pemimpin yang amanah dan dinamis karena masih banyak PR dan tantangan yang semakin kompleks yang dihadapi ‘Aisyiyah di Bali. “PR ‘Aisyiyah sebenarnya masih banyak karena tantangan yang makin kompleks, maka ‘Aisyiyah perlu memperkokoh pandangan keagaman yang wasthiyah berkemajuan yang memajukan Islam Rahmatan lil ‘Alamin, Islam yang menjadi rahmat bagi semuanya, tidak memandang ras dan tidak memandang suku.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!