Inspirasi Praktik Baik Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dan Ketenagakerjaan Difabel
YOGYAKARTA – Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah gelar webinar Inspirasi ‘Aisyiyah seri ke-5 dengan tema Pemberdayaan Ekonomi dan Ketenagakerjaan pada Sabtu (10/5/25).
Witriani, Selaku Wakil Ketua LPPA PP ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa webinar ini adalah upaya LPPA untuk mensyiarkan lebih luas praktik baik yang sudah dilakukan oleh ‘Aisyiyah di berbagai bidang kehidupan. Tentu saja kita meyakini bahwa kerja kerja yang dilakukan oleh teman teman di Wilayah, Daerah, hingga Cabang, Ranting itu bukan proses yang sebentar, bukan proses yang instan dan itulah yang kemudian praktik-praktik baik ini harus betul-betul disiarkan sehingga kemudian bisa menginspirasi banyak pihak,” ucapnya.
Trias Setyawati selaku Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) PP ‘Aisyiyah menyebutkan bahwa gerakan pemberdayaan yang dilakukan oleh MEK adalah satu kesatuan paket yang komplit. Dimulai dari kegiatan pertemuan di ranting dengan basis pengajian, ‘Aisyiyah mendampingi anggotanya tidak hanya terkait ilmu agama tetapi juga materi materi praktis termasuk ekonomi. Dari sana kemudian akan tumbuh Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA), Koperasi, Ketahanan Pangan, Kewirausahaan Aisyiyah, Ikatan Saudagar dan Wirausaha Aisyiyah, hingga kemudian bisa memberikan manfaat yang lebih besar dengan pemberdayaan kelompok rentan seperti disabilitas dan lansia. Gerakan ini satu paket, kalau ini semuanya terbentuk dijalankan dengan baik oleh cabang ranting. Insya Allah Cabang Ranting bisa tumbuh dan berkembang dan keluarga kuat, ujar Trias.
Inspirasi pemberdayaan ekonomi kali ini diawali dengan pemaparan Ririn Dewi Wulandari selaku Ketua Unit Ekonomi Pesantren Aisyiyah Boarding School (ABS) Bandung. ABS Bandung sebagai salah satu amal usaha Aisyiyah merupakan Boarding School kedua yang didirikan oleh Aisyiyah setelah sebelumnya berdiri ABS di Malang. Sebagai amal usaha, kita memang diharapkan mandiri dan berdiri sendiri, tidak bergantung pada pihak lain, ujar Ririn. Sehingga sebagai amal usaha diharapkan bisa mengatasi masalah yang terkait dengan kebutuhan pokok untuk mencapai tujuan hidup yang sejahtera.
Setelah memperhatikan kondisi internal maupun eksternal lingkungan pesantren, ABS kemudian disebut Ririn mendirikan unit ekonomi pada 22 Januari 2022. Unit yang pertama berdiri adalah ABS Mart, kemudian ABS Mineral Kemasan, Laundry, ABS Cake & Bakery, kemudian menjadi distributor Mie Lezatmu.
Unit Ekonomi ABS ini memiliki visi menjadi usaha ekonomi yang unggul dan maslahat dalam membangun perekonomian umat. Hal ini diperkuat dengan lima misi usaha yang salah satunya adalah tidak hanya memperkuat minat wirausaha bagi para santri dengan menjadi laboratorium usaha santri tetapi juga dibuka bagi para ibu-ibu Aisyiyah yang tergabung dengan BUEKA. Kami terbuka mengundang para ibu Aisyiyah untuk berlatih misalkan ingin melihat proses pembuatan roti itu seperti apa.
Pengembangan unit bisnis juga masih terus dilakukan oleh ABS yakni untuk mendirikan Day Care yang ditujukan sebagai pelayanan kepada guru dan karyawan yang memiliki anak balita. Kemudian integrated farm and education untuk anak-anak.
Ririn mengajak warga ‘Aisyiyah untuk terus bergerak dengan penuh keyakinan dalam mengembangkan suatu usaha. Keyakinan ini menurutnya datang jika kita tidak diam saja tetapi justru jika kita belajar, mencari ilmu, mengikuti pelatihan. “Teruslah berbgerak dan bergerak dengan penuh keyakinan, pasti Allah tidak akan diam,” ucapnya.
Tati Kartati, Ketua MEK PDA Balikpapan Dari delapan gerakan BUEKA, baru lima yang saya jalankan yakni pengajian ekonomi, usaha BUEKA, SWA, Koperasi, dan KUKA
Sampai saat ini ada sepuluh UMKM naik kelas yang dibina langsung oleh MEK PDA Balikpapan. “10 UMKM ini kami membina langsung, mulai dari produk apa yang akan dibuat. Ini bagian penting yang dilakukan yakni melihat potensi yang ada di lingkungan,” ujar Tati.
Dalam kesempatan tersebut Tati tidak menyangkal bahwa memang UMKM menghadapi berbagai masalah dalam upayanya untuk eksis. Permasalahan tersebut seperti akses yang sulit ke pembiayaan, kurangnya akses dan keterampilan dalam teknologi, kesulitan menjangkau pasar yang lebih luas, dan beban administrasi serta peraturan yang komplek. Akan tetapi ia mengajak para penggerak UMKM untuk tidak putus asa dan menguatkan jejaring karena pemerintah memiliki berbagai dukungan bagi pengembangan UMKM seperti Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memberikan pinjaman dengan bunga rendah, berbagai kegiatan pelatihan dan inkubasi untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan UMKM, serta pusat layanan UMKM yang memberikan konsultasi dan bantuan bisnis.
UMKM naik kelas disebut Tati harus berani melakukan sesuatu, mengikuti berbagai pelatihan, kesiapan UMKM yang mendasar perlu punya percaya diri dan mental juara.” Kita harus percaya dan yakin bahwa produk kita ini bisa maju, kita harus PD untuk ikut berbagai lomba dan pameran,” ucapnya. Oleh karena itu Tati menyebut semua produk yang dibuat haruslah yang terbaik dalam setiap penampilannya, kemudian selalu kreatif dengan berinovasi, berani mengambil peluang dan resiko, serta membangun mindset kolaboratif. Selain itu Tati juga mendorong para pemilik usaha untuk dapat melengkapi berbagai perizinan usaha maupun produk untuk dapat mengembangkan UMKM mereka. Seperti memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB), sertifikat halal dan sebagainya.
Kemudian inspirasi lain disampaikan oleh Wahyu Setiani terkait ketenagakerjaan disabilitas yang digerakkan oleh PDA Kabupaten Ponorogo. Ini dimulai dari tahun 1986 dengan berdirinya SLB yang dikelola PDA Ponorogo. Para murid SLB disebut Wahyu juga menerima berbagai pelatihan keterampilan. Selain itu, untuk mendukung kemandirian murid SLB agar setelah lulus mampu memasuki dunia kerja, para murid juga diberikan pelatihan softskill. Sekolah disebut Wahyu juga melaksanakan program magang bagi para murid yang dilaksanakan sejak mereka duduk di kelas dua SMA.
“Kami berusaha memberikan bekal yang cukup sehingga ketika mereka sudah dewasa mereka memiliki keterampilan, kemampuan, dan soft skill untuk terjun ke masyarakat karena bagaimanapun juga mereka kelak akan membekali dirinya sendiri, hidup mandiri tanpa orang tua,” ucapnya.
Tidak hanya meningkatkan keterampilan serta kemampuan softskill para murid, SLB juga mendorong ketersediaan kerja bagi difabel. SLB mengadakan pertemuan hingga refreshmet dengan penyedia lapangan kerja untuk dapat berpartisipasi penuh dan efektif mendukung ketersediaan kerja bagi difabel ini. “Kita datangkan beberapa penyedia lapangan kerja, kita kenalkan bahwa anak-anak ini memiliki potensi, memiliki keterampilan, daya saing yang jika mendapatkan pelatihan akan sama dengan mereka yang tidak memiliki hambatan, dengan tentu saja melihat berbagai potensi yang mereka miliki.” Wahyu menyebut, hingga kini sudah ada 10 penyedia lapangan kerja yang memiliki komitmen dalam mendukung ketenagakerjaan disabilitas ini.
Diakhir pemaprannya Wahyu mengajak semua pihak untuk membuka ruang inklusif seluas-luasnya. “Tidak mengecualikan siapapun dan memberi ruang kepada semua orang untuk terlibat, dihargai, dan diberi kesempatan yang setara, karena anak-anak difabel ini juga memiliki berbagai iImpian untuk berkerja dan terlibat dalam masyarakat,” ucapnya. Wahyu berharap akan semakin banyak Perusahaan yang peduli dengan keternagakerjaan inklusif ini, dengan menerima dan melibatkan smeua orang tanpa terkecuali, termasuk mereka yang berbeda dalam hal kemampuan, latar belakang, dan kondisi sosial, budaya, atau fisik.