Jelang Tanwir I, ‘Aisyiyah Pertegas Komitmen Gerakan Perempuan Menuju Indonesia Berkeadilan
JAKARTA – “’Aisyiyah bersama organisasi perempuan yang lain punya komitmen yang sangat tinggi bersama-sama memajukan bangsa dan negara menuju terwujudnya peradaban utama.” Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah dalam sarasehan gerakan perempuan bertema “Refleksi Gerakan Perempuan Menuju Indonesia Berkeadilan,” pada Jum’at (22/11/2024) di Jakarta.
Sarasehan yang digelar dalam rangka menyongsong Tanwir I ‘Áisyiyah pada tanggal 15 hingga 17 Januari 2024 ini dihadiri oleh berbagai organisasi perempuan Indonesia. Kegiatan ini menurut Salmah diharapkan dapat memberikan masukan-masukan penting pada acara Tanwir ‘Aisyiyah mendatang.
‘Aisyiyah sendiri disebut Salmah adalah salah satu dari tujuh organisasi perempuan yang masih berkiprah hingga hari ini yang pada masa awal pergerakan perempuan Indonesia menjadi Steering Committee Kongres Perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta pada 22-25 Desember 1928. “Ketujuh organisasi tersebut tentu semuanya mempunyai komitmen perempuan untuk merdeka dan alhamdulillah masih tetap berkiprah hingga saat ini adalah ‘Aisyiyah bersama Wanita Katolik dan Wanita Taman Siswa,” ucap Salmah. Ketiga organisasi ini bersama dengan 111 organisasi perempuan Indonesia yang tergabung dalam KOWANI disebut Salmah tentu memberikan kontribusi yang luar biasa untuk perkembangan Indonesia.
Kongres Perempuan Indonesia pertama disebut Salmah memiliki cita-cita untuk kemajuan perempuan, menginspirasi bukan hanya untuk kaum perempuan tetapi juga bangsa Indonesia. Utusan ‘Aisyiyah yang saat itu diwakili oleh Ibu Munjiyah dan Ibu Hayinah menunjukkan semangat perempuan Indonesia untuk merdeka dan berkemajuan.
Munjiyah pada saat itu disebut Salmah menyampaikan pidatonya tentang Derajad Perempuan. Salah satu pernyataan beliau yakni perempuan dan lelaki Islam itu masing-masing berhak berkemajuan dan berkesempurnaan dan bahwasanya yang dikata kemajuan dan kesempurnaan itu adalah menurut hak dan batas-batasnya masing-masing.
Amanat dari Kongres Perempuan Pertama tersebut menurut Salmah masih terus dilaksanakan oleh ‘Aisyiyah, sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah yang sejak awal berdirinya memiliki konsen pada kesetaraan bagi perempuan dan laki-laki dalam ber amar ma’ruf nahi munkar. “Antara lain dengan lahirnya ribuan amal usaha ‘Áisyiyah diantaranya majalah Suara Aisyiyah pada tahun 1928, TK ABA, Perguruan Tinggi, Rumah Sakit, Panti Asuhan, Koperasi, dan lain sebagainya,”papar Salmah.
Kontribusi ‘Aisyiyah dalam Pembangunan Indonesia ini juga diamini oleh Giwo Rubianto Wiyogo, selaku Ketua Umum KOWANI. Giwo menyebut walaupun KOWANI adalah anaknya ‘Aisyiyah, tetapi ‘Aisyiyah dan KOWANI bersama-sama mengawal kemajuan perempuan Indonesia.
“’Aisyiyah menjadi pilar penting dalam pendidikan. Kita mengetahui pendidikan tinggi, ratusan sekolah, puluhan ribu PAUD yang dikelola, ‘Aisyiyah ini menjadi panutan bagi organisasi anggota KOWANI dalam mempelopori pendidikan dan ‘Aisyiyah juga banyak mendapatkan penghargaan berbagai amal usaha,” ucapnya.
Kedepannya, Giwo menyampaikan harapannya kepada ‘Aisyiyah agar dapat mengawal dan membimbing gerakan pemberdayaan perempuan dan berbagai program-programnya. “Karena seorang ibu tidak boleh melupakan anaknya, sudah dilahirkan tidak boleh diabaikan,” ucapnya.
Masyitoh Chusnan, Ketua PP ‘Aisyiyah menyampaikan ibu bangsa dari ibu bangsa lahir anak-anak bangsa yang kenal tentang kebangsaannya dan anak-anak bangsa yang menjadi teladan. Menurutnya lahirnya anak-anak bangsa yang bisa diteladani adalah dari ibu-ibu bangsa yang juga teladan yang nantinya melahirkan bangsa yang teladan. Oleh karena itu disebut Masyitoh, perempuan mempunyai banyak potensi untuk membangun bangsa
“Wahai kaum perempuan, di dalam diri kita sesungguhnya banyak energi positif yang bisa kita sumbangkan untuk warga bangsa,” ucapnya. Ia juga ingin mengajak para perempuan menyadari bahwa setiap perempuan adalah pemimpin di berbagai level. “Mari kita bersama-sama bukan hanya memberdayakan tetapi juga memperjuangkan tugas-tugas kita sebagai ibu bangsa baik peran domestik juga peran publik.”
Dalam kegiatan ini hadir pula Ketua PP ‘Aisyiyah, Latifah Iskandar dan Siti Aisyah. Hadir sebagai pemateri, Siti Zuhro, Guru Besar Riset Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Peneliti Senior BRIN; Lusia Willar, DPP Wanita Katolik RI; Siti Syamsiyatun, Ketua LPPA PP ‘Aisyiyah; dan Sri Yoeliati Sugiri, Wanita Taman Siswa. (Suri)