Noordjannah : Sejarah Membuktikan Peran Perempuan Islam Membangun Peradaban
Perempuan dapat tampil bersama laki-laki dalam martabat yang sama untuk berbuat kebaikan bagi kehidupan bersama sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran surat an-Nahl ayat 97. Hal tersebut ditekankan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam Pidato Milad di gelaran Tasyakur Milad ke-105th ‘Aisyiyah dan Halal Bihalal yang dilaksanakan pada Kamis, 19 Mei 2022.
Noordjannah menyebutkan beberapa nama-nama tokoh perempuan Islam yang menjadi sebuah bukti sejarah kehadiran perempuan dalam membangun peradaban dunia. “Sejarah menunjukkan peran perempuan Islam dalam membangun peradaban utama yang tercerahkan dan mencerahkan atau al-Madinah al-Munawwarah,” tegasnya.
Para tokoh perempuan tersebut antaralain, Siti Khadidjah, Siti ‘Aisyiyah yang namanya dilekatkan dengan nama ‘Aisyiyah, sebagai tokoh utama Ummahatul Mukminun. Kemudian seorang sufi perempuan Rabiah Al-Adawiyyah, Zubaidah permaisuri Khaifah harus Ar-Rasyid yang dikenal tokoh dermawan, Nusaybah binti Ka’ab sebagai tokoh pejuang perempuan Islam yang bertempur dalam medan perang saat perang Uhud, Rufaida Al-Aslamia pelopor kesehatan yang terkenal sejak periode awal Islam masuk ke Kota Madinah, sekitar abad 6 hingga 7 Masehi; Zainab binti Ahmad sosok ilmuwan muslimah yang punya pendalaman baik di bidang hadist dan mengajar di madrasah Hanbali di Damaskus. Kemudian juga Aziza Uthmania adalah seorang filantropi Tunisia yang mendirikan Sadiki Bimaristan, rumah sakit modern pertama di Tunisia. Serta Fathimah Al-Fihri yang bersama keluarganya mendirikan Universitas Al-Qarawiyyin sebagai salah satu universitas tertua di dunia.
Tak lupa pula peran dari para tokoh perempuan dunia maupun Indonesia di era modern juga berperan aktif dalam membangun peradaban, termasuk Siti Walidah, Siti Moendjiyah, Siti Hayyinah, dan sebagaimnaya. Kita dapat menyebut tokoh lainnya seperti Tjut Nyak Dien, RA Kartini, dan lain-lain. “Siti Walidah Dahlan dan ibu Fatmawati bahkan merupakan tokoh perempuan ‘Aisyiyah yang menjadi Pahlawan Nasional,” ujar Noordjannah.
Peran-peran yang dilakukan oleh para tokoh perempuan muslim tersebut disebut Noordjannah bukanlah semata dalam gerakan praksis emansipatoris untuk pembebasan, pemberdayaan, dan pemajuan kehidupan. “Tetapi sebagai pondasinya menegakkan kebenaran, kebaikan, pengetahuan, mengembangkan budaya nir-kekerasan termasuk terhadap perempuan dan anak, dan keadaban yang lahir dari nilai dasar ajaran Islam sebagimana misi risalah Islam yang rahmatan lil-‘alamin.”
Dengan berlandaskan dasar dan praksis gerakan Islam itu Noordjannah menyebut akan dapat dibangun peradaban yang utama atau terbaik sebagaimana jejak sejarah keemasan Islam di dunia Islam maupun kemajuan Islam di Indonesia. Jejak gerak dakwah para tokoh pendiri ‘Aisyiyah disebut Noordjannah juga masih akan diteruskan oleh warga ‘Aisyiyah kini. Hal ini dibuktikan dengan oleh kader-kader ‘Aisyiyah yang berada di pelosok negeri hingga luar negeri yang menggiatkan dakwah ‘Aisyiyah. Para penggerak ‘Aisyiyah menurut Noordjannah walaupun berada hingga ke pelosok-pelosok terjauh akan tetapi tetap berkiprah tak kenal lelah dalam keterbatasan. “Tetap gembira dan istiqamah dalam berkidmat memajukan umat dan bangsa, para penggerak ‘Aisyiyah yang hebat-hebat itu sejatinya merupakan aktor-aktor pembangun peradaban yang tujuan hidupnya mencari ridha dan karunia Allah Swt.” (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!