Perempuan Berperan Atasi Persoalan Keumatan, Jangan Terjebak Pada Pandangan yang Meminggirkan Perempuan
Sejak awal berdirinya, para tokoh ‘Aisyiyah, srikandi-srikandi ‘Aisyiyah telah hadir dan maju di ranah publik untuk menjawab persoalan keumatan. Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini dalam kesempatan Puncak Milad ke-94 Nasyiatul Aisyiyah pada Ahad (24/7) menyebutkan contoh nama salah seorang tokoh ‘Aisyiyah yakni Siti Hayinah. Siti Hayinah tampil dalam Kongres Perempuan Pertama Indonesia pada tahun 1928 dan membawakan buah pemikirannya berjudul Persatuan Manusia. Buah pemikiran Siti Hayinah ini disebut Noordjannah tidak hanya relevan pada situasi Indonesia pada kala itu tetapi bahkan hingga kini. “Seorang perempuan tokoh Islam, tokoh perempuan muslim yang sudah berbicara saat itu dengan tema yang sangat penting dan bahkan sangat relevan hingga kini, ini adalah mutiara dari ‘Aisyiyah tentang pentingnya perdamaian.”
Noordjannah mengajak segenap warga persyarikatan untuk dapat bersama merefleksikan sejarah perjuangan tokoh-tokoh ‘Aisyiyah yang sudah merasuk pada persoalan kehidupan yang sangat luas. “Kita bisa merefleksikan bagaimana sejarah perjuangan tokoh ‘Aisyiyah di awal yang memang sudah masuk pada kehidupan yang lebih luas, membawakan ajaran Islam untuk menjadi solusi dan menjadikan pandangan-pandangan itu untuk kehidupan yang lebih luas.” Buah pemikiran para tokoh tersebut menurut Noordjannah juga kemudian diwujudkan dalam sebuah gerakan nyata yakni tindakan praksis. “Kelebihan dan kekuatan di persyarikatan Muhammadiyah adalah bukan hanya dilisankan tetapi semua yang jadi pemikirannya adalah kemudian dilakukan dengan tindak yang sama antara apa yang dilakukan dengan tindakan praksis, yakni gerakan dakwah Muhammadiyah ‘Aisyiyah untuk seluruh aspek kehidupan.”
Perempuan, menurut Noordjannah memiliki potensi dan peran untuk mengatasi persoalan kebangsaan dan keumatan global. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya jangan terjebak pada hal-hal yang justru menjadikan perempuan terpinggirkan atas dasar penafsiran agama yang tidak tepat. “Karena meminggirkan perempuan kadang-kadang juga seakan-akan didasarkan dengan nilai ajaran Islam yang menurut mereka benar. Isu itu sudah selesai di ‘Aisyiyah maupun Nasyiatul Aisyiyah.”
Warga persyarikatan disebut Noordjannah tidak akan terjebak pada soal-soal yang sifatnya hal-hal yang kecil yang menjadikan perempuan yang sebenarnya diperlukan oleh bangsa ini dan diperlukan untuk kepentingan kemanusiaan global tetapi karena faktor cara pandang memahami ajaran Islam yang tidak tepat malah menjadikan perempuan berada di pinggir bukan ada di tengah.
Sesuai dengan tema Puncak Milad 94th Nasyiatul Aisyiyah “Merawat Damai, Menggelorakan Semesta”, Noordjannah terus mendorong agar segenap perempuan Muhammadiyiah dapat terus menjawab persoalan kebangsaan. Karena problem kehidupan juga semakin kompleks dan di sinilah ‘Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah akan mengambil peran aktif progresif untuk turut serta menyelesaikan persoalan kehidupan bagi tubuh bangsa maupun untuk kepentingan dunia. (Suri)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!