12 Pesan Ini Akan Dibahas Muhammadiyah di Tanwir Kupang
YOGYAKARTA – Muhammadiyah pada tanggal 4 sampai 6 Desember 2024 menyelenggarakan Tanwir di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tanwir merupakan pranata permusyawaratan tertinggi di bawah Muktamar yang diikuti oleh 350 orang mewakili Pimpinan Pusat, perwakilan Pimpinan Wilayah, dan Organisasi Otonom Muhammadiyah.
Dipilihnya Kupang NTT sebagai tempat Tanwir dan Milad atas pertimbangan. Pertama, memberi apresiasi dan dukungan penuh atas kemajuan dan pengkhidmatan Muhammadiyah NTT termasuk Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) yang telah dan terus berkiprah memajukan daerah dan masyarakat. Kedua, meningkatkan usaha-usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, pemberdayaan, dan program lainnya yang memajukan kehidupan rakyat. Ketiga, menggalang kerja sama dengan semua pihak untuk gerakan kemakmuran bangsa baik di NTT maupun di seluruh tanah air Indonesia.
Tema Milad dan Tanwir tahun ini ialah “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”. Kemakmuran adalah kehidupan di mana semua kondisi dan kekayaan yang dimiliki negara dipergunakan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan seluruh rakyat. Kemakmuran adalah keadaan kehidupan negara yang rakyatnya mendapat kebahagiaan jasmani dan rohani karena terpenuhi kebutuhannya.
Dalam Konferensi Pers yang diadakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Senin (18/11/24), Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Sayuti menyampaikan 12 pesan, pemikiran, dan harapan yang akan dibahas Muhammadiyah pada Tanwir di Kota Kupang.
1. Kemakmuran merupakan salah satu tujuan nasional yaitu Indonesia yang “merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur” sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, mewujudkan “Indonesia makmur” merupakan perintah konstitusi sekaligus cita-cita nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia yang wajib diwujudkan oleh Pemerintahan Negara dengan seluruh institusi negara. Secara khusus Indonesia makmur sering dikaitkan dengan Indonesia yang adil dan makmur, sehingga kemakmuran disertai keadilan dan keadilan disertai kemakmuran.
2. Kemakmuran Indonesia niscaya merata untuk seluruh bangsa dalam spirit Sila Kelima Pancasila, yakni “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Kemakmuran Indonesia berlaku untuk seluruh rakyat sebagaimana pasal 33 UUD 1945, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Kemakmuran Indonesia tidak boleh hanya untuk kelompok kecil orang, sementara mayoritas rakyat hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak berkemakmuran. Soekarno dalam Pidato 1 Juni 1945 di Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan tegas menyatakan, “Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara “semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu”. Menurut Bung Hatta, pasal 33 UUD 1945 adalah “sendi utama bagi politik perekonomian dan politik sosial Republik Indonesia”, yakni ekonomi yang berdasarkan asas kekeluargaan yaitu koperasi dan gotong royong, yang menentang segala bentuk “individualisme dan kapitalisme secara fundamental”.
3. Peran pemerintah sangat sentral dalam pembangunan yang membawa kemakmuran berbasis konstitusi, sebagaimana dinyatakan oleh Presiden Prabowo Subianto, “Dalam membangun ekonomi, menyelamatkan negara, membangun kemakmuran, dan mengurangi kemiskinan, pemerintah harus menjadi pelopor. Pemerintah tidak boleh hanya menjadi wasit. Ini bedanya paham neoliberal dan paham ekonomi konstitusi.” Para pejabat negara dari Pusat sampai Daerah yang tersebar di seluruh institusi dan instansi wajib menjalankan konstitusi sebagai kebijakan imperatif mewujudkan kehidupan rakyat yang berkemakmuran. Jangan sampai makmur sendiri dan kelompok sendiri, sementara rakyat tidak makmur kehidupannya.
4. Muhammadiyah dengan “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua” mengandung pemahaman bahwa kemakmuran itu berdimensi lahiriah sekaligus rohaniah untuk semua orang tanpa diskriminasi. Negeri yang makmur tanahnya subur dan dikelola dengan baik. Adapun penduduknya niscaya beriman-bertakwa, cerdas berilmu, dan beramal saleh untuk kemaslahatan hidup bersama. Seluruh penduduk menjalani kehidupan dengan benar, baik, dan berperadaban tinggi. Sebaliknya menjauhi hidup yang salah, buruk, dan mafsadat di muka bumi.
5. Muhammadiyah sebagaimana terkandung dalam pemikiran Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup tahun 1969, mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil makmur yang diridai Allah Subhanahu wa ta’ala: Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur. Muhammadiyah berusaha secara berkesinambungan mewujudkan kemakmuran dalam kehidupan bangsa secara nyata.
6. Muhammadiyah terus bergerak meningkatkan intensitas dan kualitas gerakannya di berbagai bidang khususnya amal usaha dan ekonomi untuk memakmurkan kehidupan bangsa di seluruh komponen masyarakat dan di berbagai kawasan hingga ke daerah terdepan, terjauh, dan tertinggal. Muhammadiyah dalam usaha menghadirkan kemakmuran bangsa menjadikannya sebagai satu mata rantai usaha dengan membangun iman dan takwa, akhlak mulia, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan orientasi amal usaha di segala bidang kehidupan. Para penggeraknya gigih berjuang dengan spirit keikhlasan, pengabdian, kesungguhan, kesabaran, dan jiwa ihsan dalam mewujudkan kemakmuran bangsa secara tersistem melalui gerak organisasi yang berkemajuan.
7. Muhammadiyah berkomitmen menjadikan “Indonesia Berkemakmuran” sebagai bagian integral dalam wawasan “Negara Pancasila Darul Ahdi Wa Syahadah”. Muhammadiyah bekerja keras menjadikan Indonesia tempat berkomitmen dan membuktikan diri dalam membangun kehidupan kebangsaan yang bermakna menuju kemakmuran di segala bidang kehidupan. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama (ta’awun) dengan pemerintah dan seluruh komponen bangsa untuk memakmurkan dan memajukan kehidupan bangsa dengan segenap kreasi, inovasi, dan strategi yang terbaik. Muhammadiyah telah berbuat dan berkhidmat dalam usaha memakmurkan bangsa Indonesia sebelum sampai sesudah kemerdekaan. Di kawasan-kawasan terdepan, terjauh, dan tertinggal Muhammadiyah dengan gerak kemandirian hadir memajukan dan memakmurkan masyarakat setempat.
8. Gerakan Muhammadiyah dalam “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua” niscaya menjadi satu kesatuan dengan membangun “Indonesia Berkemajuan”. Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta positif yang dimiliki bangsa ini. Namun modal dasar dan potensi yang besar itu tidak atau belum dikelola dengan optimal dan sering disia-siakan sehingga bangsa ini kehilangan banyak momentum untuk maju dengan cepat, sekaligus menimbulkan masalah yang kompleks. Penyakit Indonesia yang mengganggu gerak kemakmuran ialah korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, eksploitasi sumber daya alam secara serampangan, serta kelemahan mentalitas pada sebagian warga dan elite bangsa sehingga Indonesia sering kehilangan peluang untuk menjadi negara makmur berkemajuan.
9. Gerakan “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua” meniscayakan kehadiran dan peran penting para pemimpin Indonesia yang benar-benar menjadi pemimpin yang jujur, amanah, berakhlak mulia, berintegritas tinggi, berwawasan luas, dan gigih berjuang dalam usaha mewujudkan “Indonesia Berkemakmuran”. Para pemimpin Indonesia mesti berjiwa negarawan dan pahlawan dengan mengedepankan agenda memakmurkan kehidupan rakyat di atas kemakmuran diri, kroni, dinasti, dan golongan sendiri. Bersamaan dengan itu menjadi para pemimpin yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila, Agama, dan Kebudayaan Bangsa yang teraktualisasi dalam keteladanan hidup nyata untuk terwujudnya cita-cita Indonesia Raya.
10. Muhammadiyah mengajak keterlibatan aktif setiap warga negara untuk berkhidmat dalam membangun bangsa dan negara yang berkemakmuran. Warga bangsa mesti memiliki mentalitas dan kemampuan mandiri, kerja keras, bertanggung jawab, cerdas, berilmu, dan percaya pada diri sendiri. Jauhi sikap menerabas, hedonis, egois, dan ingin meraih sesuatu dengan mentalitas benalu. Jadilah warga bangsa yang beriman-bertakwa, berbudi pekerti yang baik, serta peduli terhadap sesama untuk kemakmuran hidup bersama.
11. Khusus Milad ke-112 Muhammadiyah berpesan kepada seluruh warga dan pimpinan Persyarikatan untuk menjadikan hari bersejarah tersebut sebagai momentum melakukan refleksi, evaluasi, dan proyeksi atas gerakan Muhammadiyah yang selama ini telah berkiprah dalam usaha memakmurkan kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan semesta. Muhammadiyah melalui gerakan pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan seluruh praksis usahanya selama ini sejatinya memiliki orientasi pada usaha memakmurkan kehidupan bangsa. Kemakmuran dalam dimensi kesejahteraan dan kemajuan yang bersifat utuh dan menyeluruh, yakni lahir dan batin, material dan spiritual, serta duniawi dan ukhrawi. Semuanya mesti bergerak semakin kompetitif yang menggambarkan pergerakan Muhammadiyah yang berkemajuan. Muhammadiyah memiliki potensi dan modal sangat besar untuk memakmurkan dan memajukan negeri dan dunia semesta dengan seluruh amal usaha serta gerak dakwah dan tajdid yang selama ini telah dilakukan dengan pergerakan yang tersistem. Kini yang diperlukan menyatukan dan mengembangkan seluruh potensi, kekuatan, dan akses untuk mendinamisasikan gerakan secara simultan melibatkan berbagai komponen dan lini organisasi. Mari bergerak dinamis memajukan Muhammadiyah agar makin unggul dan bergerak di garda terdepan untuk kemaslahatan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
12. Muhammadiyah dapat melangsungkan gerakannya lebih dari satu abad serta bergerak “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua” maupun usahanya jika didukung dan diperankan secara optimal oleh para pimpinannya sebagai aktor utama. Kepemimpinan dalam Muhammadiyah niscaya memajukan seluruh aspek kehidupan yang berbasis pada nilai-nilai Islam dan menjadikan Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wasyahadah di dunia nyata. Seluruh pimpinan Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting dan segenap organnya niscaya bergerak dinamis dan progresif didukung wawasan pemikiran yang luas guna memecahkan masalah dan menghadapi tantangan yang semakin kompleks dalam kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan global. Jadilah pemimpin pembaruan dan pemimpin pergerakan yang secara progresif membawa perubahan serta menjadikan Muhammadiyah unggul-berkemajuan di segala aspek kehidupan yang menebar rahmat bagi semesta alam.