Learning Session Metode Penanganan Anak dengan ADHD
YOGYAKARTA – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam Program Inklusi ‘Aisyiyah gelar webinar Learning Session Pendidikan Inklusi Metode Pembelajaran dan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus pada Sabtu (27/7/2024). Berlangsung secara hybrid, kegiatan ini menghadirkan Rachmi Aida selaku narasumber yang merupakan praktisi pendidikan inklusi sekaligus Ketua Majelis PAUDDASMEN Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Jawa Timur.
Menyampaikan tema “Metode Penanganan Anak dengan ADHD,” Rachmi mengajak semua pihak mampu berperan dalam memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak kita yang berkebutuhkan khusus termasuk anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang merupakan kondisi anak yang mengalami kesulitan fokus, hiperaktif, dan impulsif.
Anak-anak ABK ini disebut Rachmi menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya orang tua tetapi juga guru, lingkungan, pakar, dan pentingnya kerjasama dengan berbagai pihak dengan prinsip No One Left Behind untuk pembangunan maupun pembelajaran. “Anak-anak dengan kondisi apapun perlu kita layani dan bersama membangun pendidikan inklusi agar kita bisa melayani semua anak dengan kebutuhan apapun,” ucap Rachmi.
Penyediaan layanan pendidikan inklusi ini menurut Rachmi dimulai dari fase asesmen. Baik asesmen yang dilakukan oleh ahli maupun asesmen awal yang dilakukan oleh para guru. “Sehingga dari asesmen awal setelah dilaksanakan satu bulan akan kelihatan ada anak-anak yang berbeda dengan teman-temannya yang menunjukan ketidakmampuan intelektual, social, dan fisik inilah yang dinamakan ABK.”
Untuk itulah Rachmi berharap semua pendidik yang ada di ‘Aisyiyah paham tentang fase perkembangan anak. Sampai di TK apa fase perkembangan yg harus dilalui oleh anak tersebut. Kalau fase itu tidak dilewati oleh anak maka ada proses tumbuh kembang yang belum dilalui sehingga anak memerlukan pelayanan khusus/kebutuhan khusus. “Kondisi ini harus dioptimalkan sehingga tujuan akhir ini adalah kelebihan/kekurangan anak akan saling menyeimbangkan dengan baik,” ujar Rachmi.
Untuk anak dengan ADHD sendiri disebut Rachmi memang belum diketahui secara pasti dari faktor internalnya. Akan tetapi untuk faktor eksternal, banyak dipengaruhi pola asuh dan lingkungan yang kurang mendukung juga lingkungan yang toxic. “Oleh karena itu mengapa lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak kita.”
Dalam mendampingi anak dengan ADHD, Rachmi menyebut orang tua juga memiliki peran. “Perilaku yang kita ajarkan pada orangtua, mengajarkan anak untuk memiliki kontrol diri yang lebih baik untuk perilakunya sendiri dan keberhasilkannya membutuhkan waktu dan usaha.”
Beberapa hal yang perlu dipelajari orang tua antara lain pertama, perkuat hubungan dengan anak mereka melalui komunikasi positif, misalnya, mendengarkan secara aktif dan menggambarkan emosi. Kedua, perkuat perilaku yang baik, misalnya, beri perhatian positif dan pujian efektif untuk perilaku yang baik. Ketiga, buat struktur dan berikan disiplin yang konsisten, misalnya memberikan instruksi yang efektif, menahan perhatian untuk perilaku yang tidak diinginkan, dan penggunaan waktu yang efektif.
Dalam kesempatan tersebut Rachmi menyampaikan bahwa setiap anak memiliki kepribadian yang unik dan keterampilan khusus. Oleh karena itu baik guru maupun orangtua perlu untuk mempertahankan fokus utama pada kekuatan dan kemampuan masing-masing anak saat berupaya membuat modifikasi dan penyesuaian. “Setiap anak berbeda, dan setiap keterlambatan atau disabilitas membutuhkan modifikasi yang berbeda sehingga perlu informasi dan observasi yang baik, sebelum menentukan tehniknya.”
Rachmi menyampaikan semangat agar sekolah-sekolah ‘Aisyiyah mampu memberikan pelayanan pendidikan untuk semua. “Gerakan kemanusiaan kita termasuk untuk penanganan anak berkebutuhan khusus, siapa lagi yang akan bergerak untuk mendorong kecuali kita.” (Suri)