Pendidikan Politik LPPA PWA DIY Dukung Pemilih Perempuan Cerdas dan Mandiri
YOGYAKARTA – Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA) DIY berkolaborasi dengan Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah DIY telah menyelenggarakan Pendidikan Politik Perempuan pada hari Ahad, 17/11/2024 di Auditorium Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan.
“pendidikan politik tidak hanya tugas partai melainkan tugas seluruh masyarakat termasuk perempuan perlu berpartisipasi” tutur Puji Utami. Dalam sambutanya menyampaikan bahwa memilih pemimpin itu seperti memilih pasangan, tentu yang berkualitas “Janggan memilih pemimpin yang bohong, kita semua harus memilih pemimpin yang baik” tutur Puji Utami sekaku Wakil Ketua Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah. Untuk itu, ‘Aisyiyah yang memiliki nilai membebaskan mengadakan acara pendidikan politik dengan tujuan memahami pemimpin yang sesuai dengan nilai Muhamamdiyah, memilih yang tepat dan mandiri tidak terpengaruh apapun termasuk money politik”.
Arif Jamali Muis, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah DIY menyampaikan dengan tegas soal sikap muhamamdiyah dalam politik berkaitan dengan khittah dan kepribadian muhamamdiyah. Setelah tahun 1981 muncul khittah perjuangan ujung pandang, tentang muhamamdiyah menyikapi politik “muhammadiyah tidak memiliki afilisiasi dengan partai politik manapun, maka tidak bisa muhamamdiyah/ Aisyiyah mendukung parpol. Sikap Muhammadiyah dalam berpolitik sesuai Keputusan muktamar adalah independen”. Arif juga menyatakan Muhamamdiyah itu independen, netral berbeda dengan independen, netral cederung tidak mempunyai sikap, sementara independen jauh lebih mempunyai sikap. “Muhamamdiyah mempunyai sikap independen merujuk pada khittah muhamamdiyah”.
Sebagai narasumber pertama pendidikan politik perempuan Arif juga menegaskan tentang sikap politik muhammdiyah terkait dengan kepribadian Muhamamdiyah yang Pertama, mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah. Kedua, membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. Membantu pemerintah dalam hal ini “tentu saja bekerjasama dengan pemerintah dan bahkan bisa jadi menerima bantuan dari pemerintah” bahkan Arif menyatakan bagi Muhammadiyah jika program – program pemerintah baik untuk kemaslahatan umat tentu perlu didukung bahkan bekerjasama untuk menyukseskan program tersebut. Ketiga, bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana. Salah satu model Muhammadiyah memberikan kritik kebijakan pemerintah “ jangan berharap Muhammadiyah menyampaikan kritik dengan nada keras seperti LSM kebanyakan, lihatlah bagaimana Prof Haedar Nashir atau Prof Abdul Mu’ti memberikan masukan ke dengan bahasa yang santun tetapi secara substansi mengena dan tidak ada yang merasa tersakiti”. Itulah Muhammadiyah yang akan selalu kritis terhadap pemerintah jika itu tidak sesuai dengan nilai – nilai kebenaran, tetapi pada saat yang sama bisa juga bekerjasama ketika itu untuk kemaslahatan umum tutur Arif.
Hal senada disampaikan narasumber kedua Nur Azizah, Dosen FISIPOL UMY yang sekaligus anggota Pimpiman Wilayah Aisyiyah bahwa perempuan perlu punya sikap independen dalam mentukan pilihan “Independen atau otonom, kemana-mana bergerak, dia mempunyai otoritas mau kekanan atau mau ke kiri boleh karena punya kemampuan”. Azizah juga menyampaikan kepada para perempuan pentingnya kemampuan ekonomi bagi perempuan sebagai pijakan perempuan yang otonom “perempuan harus mempunyai kemampuan ekonomi, pijakan utama dari otonom adalah kemampuan ekonomi, kalau punya kemampuan ekonomi maka akan meningkatkan kemamuan kita yang akhirnya mampu mengontrol, sehingga pertama kita sejahtera dulu, yang kedua mempunyai akses”.
Dalam kegiatan yang bertemakan “ Pemilih Perempuan yang Cerdas dan Mandiri” ini, Azizah juga menyatakan modal saja tidak cukup yang harus disadarkan perempuan adalah kesadaran gender “Bukan hanya nyoblos tapi perlu meningkatkan kesadaran gender sehingga tahu masalah utama yang dihadapi perempuan apa, karena kita bagian organisasi perempuan yang mempunyai peran memperjuangkan nasib bangsa. “Bahkan Kalau sudah sadar kita bisa berpartisipasi melakukan kontrol, nah inilah yang dinamakan peremuan yang otonom, cerdas” tutur Aizizah.
Ini Artinya, dalam kontestasi pilkada DIY, perempuan tidak cukup hanya memilih atau nyoblos pemimpin tetapi juga penting memilih calon yang memahami peta masalah riil DIY. sebagaimana disampaikan Azizah kepada peserta berbagai permasalahan riil di DIY mulai dari masalah sampah, balita stunting, minuman Keras, kemiskinan, pernikahan Anak dan kekerasan.
Diakhir penyampaian Azizah juga menegaskan tak cukup hanya nyoblos, pasca memilih, perempuan perlu mengawal janji calon pemimpin “Setelah nyoblos mengawal agar kebijakannya memerdekakan perempuan”
Dini Yuniarti sekalu Ketua LPPA DIY dalam sambutanya menyampaikan “data pemilih tetap KPU DIY menunjukkan jumlah pemilih perempuan di DIY lebih banyak dari pemilih laki-laki. Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) DIY, total Daftar Pemilih Tetap (DPT) Se-DIY di gelaran Pilkada Serentak 2024 di angka 2.877.756 jiwa, dengan rincian 1.380.616 adalah pemilih laki-laki dan 1.452.140 adalah pemilih perempuan” sehingga perempuan penting untuk mendapatkan pendidikan politik agar dapat menggunakan hak pilihnya secara tepat dan independen.
Untuk itu, sebagai pemilih perempuan yang cerdas dan mandiri, perlu berpartisipasi dalam pilkada DIY, selaian menentukan calon pemimpin yang dipilih, penting mengetahui profil pemimpin yang akan dipilih dan mengawal kebijakan pasca pilkada sehingga kebijakan yang dilaksanakan dapat merespon kebutuhan perempuan dan memerdekakan perempuan di DIY. Acara telah dihadiri Pimpinan Aisyiyah Se-DIY, Ortom tingkat Wilayah, juga pemilih pemula dari Sekolah Muhamamdiyah di Kota Yogyakarta.