Ridho Al-Hamdi : Melihat Politik dengan Perspektif Hikmah
YOGYAKARTA – “LHKP mulai mengkampanyekan “Politik Uang itu Haram” sebagai pendidikan politik. Bahwa politik uang itu kategori haram, itu menjadi politik nilai yang harus Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah perjuangkan dan fatwakan, karena ini memang merusak cara pikir masyarakat. Karena politik uang itu membentuk cara berpikir masyarakat yang pragmatis.” Hal tersebut disampaikan Ridho Al-Hamdi selaku Ketua LHKP PP Muhammadiyah dalam Webinar Pendidikan Pemilih Cerdas untuk Pilkada dan Pembangunan Daerah yang Inklusif pada Sabtu (2/11/24)
LHKP disebut Ridho melakukan Konsolidasi Internal yaitu dengan mengadakan program pelatihan ideologi dan kepemimpinan nasional yang dibuat perkawasan di seluruh Indonesia. Forum ini dibuat tidak hanya semata-mata dengan kader-kader Muhammadiyah dan LHKP saja, namun juga dengan ‘Aisyiyah termasuk Ortom yang lainnya.
“Forum ini untuk menyamakan persepsi dan menyatukan langkah apa yang harus Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah lakukan dalam mengahadapi pilkada termasuk pilkades yang juga cukup penting yang menjadi perhatian khusus.” lanjut Ridho Al-Hamdi.
Ridho Al-Hamdi menegaskan bahwa, Muhammadiyah memiliki posisi independen bukan netral, karena kalau netral Muhammadiyah seperti tidak aktif bersikap. Posisi independen itu adalah posisi dimana Muhammadiyah memiliki otoritas untuk mengatur rumah tangga nya sendiri termasuk ‘Aisyiyah.
Dapat dikatakan Politik Muhammadiyah merupakan politik yang strategis, karena posisi Muhammadiyah ialah independen dan pada keputusan resmi Muhammadiyah tidak dibenarkan adanya istilah bersikap netral. Posisi independen yang dimaksud ialah dengan mempunyai calon sendiri, tidak termasuk dalam usulan partai tetapi merupakan aspirasi warga Muhammadiyah. Yang artinya keputusan independen ini menjadi kekuatan bagi Muhammadiyah ‘Aisyiyah untuk mengonsolidasikan internal.
Muhammadiyah ‘Aisyiyah memberi dukungan wajib dan kondisional/situasional. seperti yang dijelaskan Ridho-Al-Hamdi ‘Bentuk dukungan Muhammadiyah ‘Aisyiyah yang wajib ialah mensolidkan suara internal warga Muhammadiyah ‘Aisyiyah agar mendukung calon tersebut yang sudah disepakati di internal. Penjaringan suara di luar Muhammadiyah ‘Aisyiyah adalah mejadi tugas tim lain yang dimiliki calon. Lalu bentuk dukungan kondisinal yaitu mensupport secara finansial itu tidak hanya In Cash tapi juga bisa In Kind.”
Adapun problematika dan tantangan internal bagi Muhammadiyah “Masih banyak pimpinan dan anggota Muhammadiyah ‘Aisyiyah yang alergi terhadap politik praktis, pimpinan dan warga Muhammadiyah ‘Aisyiyah masih banyak salah kaprah terhadap politik praktis, pimpinan dan warga Muhammaadiyah ‘Aisyiyah memandang politik cenderung pakai pandangan tarjih, padahal politik urusan muamalah dan seharusnya menggunakan perspektif hikmah, jangan sampe kemudian melihat politik itu halal haram.” Ujar Ridho Al-Hamdi. “Melihat politik itu bukan dengan cara tarjih, halal haram atau hitam putih, tetapi melihatnya dengan perspektif hikmah, hikmah itu dengan perspektif yang bijaksana, yang penuh kearifan sehingga tidak tejebak pada hitam putih.” Lanjut Ridho Al-Hamdi
Peran Muhammadiyah ‘Aisyiyah sangat penting dalam menghadapi pilkada saat ini, seperti yang disampaikan Ridho Al-Hamdi “Peran Muhammadiyah ‘Aisyiyah pasca pilkada ialah Muhammadiyah ‘Aisyiyah harus selalu melakukan pendidikan politik tanpa henti, memetakan kader Muhammadiah ‘Aisyiyah yang terpilih nanti, saat ini juga sedang memetakan calon-calon yang maju, walaupun kemudian ini sulit tidak semua daerah sudah memetakan itu, karena pimpinan dan anggota Muhammadiyah ‘Aisyiyah masih alergi untuk mendiskusikan politik praktis ini. Dan bisa juga mulai memetakan kader untuk maju Pilkades sebagai ruang untuk menghidupkan PRM-PRA”.
“Semoga ini menjadi awal dari kita untuk membangun politik kebangsaan seperti apa yang bisa kita lakukan, tentu poilitik nilai ini harus kita perjuangkan melalui pendidikan politik termasuk forum webinar ini tentang pendidikan pemilih cerdas untuk pilkada yang membangun daerah yang inklusif, yang lebih penting lagi yag ini mampu merusak alam semesta dan alam pikir yaitu merajalelanya politik uang dan kecurangan itu.” tutup Ridho Al-Hamdi. (Dayang)